Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Bahaya Krisis Pangan, dan Panggilan Jadi Petani Muda Muhammadiyah

×

Bahaya Krisis Pangan, dan Panggilan Jadi Petani Muda Muhammadiyah

Share this article

Oleh: Lia Asmira (Sekretaris PP IPM Bidang Perkaderan)

Sebagai pembuka reflektif, Muhammadiyah telah berdiri lebih dari 1 abad, dampak yang diberikan untuk masyarakat telah begitu banyaknya. Soal peningkatan SDM, Muhammadiyah telah berkontribusi dalam menyalurkan dan meningkatkan pemahaman agama, pendidikan, dan kesehatan. Teranyar, kebencanaan pun digarap oleh Muhammadiyah.

Namun, bagi penulis, ada satu slot lagi yang hingga kini belum massif digandrungi warga Persyarikatan, termasuk AMM, yaitu Pertanian.

Padahal, bidang satu ini menjadi salah satu aspek penting dalam menjalani kehidupan. Kebanyakan kebutuhan pangan manusia per hari ini, bersumber dari pertanian.

Efek Domino

Saya mesti memaparkan uraian permasalahan yang hendak dibahas.

Saat ini, status krisis iklim hampir disandang oleh semua negara, salah satunya Indonesia.

Krisis iklim pun bukanlah sebab, ia hanya akibat dari banyaknya aktivitas yang tak berjalan sesuai koridornya.

Hanya saja, fokus tulisan ini adalah efek krisis iklim terhadap pertanian. Saya meyakini krisis iklim bisa mengakibatkan krisis pangan. Hal inilah yang menjadi alasan penulis menekankan perlunya Muhammadiyah dan Ortomnya menaruh perhatian lebih pada bidang pertanian.

Sebetulnya, diantara semua Ortom Muhammadiyah, IPM dan Aisyiyah telah banyak berinovasi dalam menangani krisis iklim, termasuk gerakan edukasi yang dilakukan hampir setiap saat.

Sebagai Ipmawati, saya menjadi saksi hidup bagaimana IPM begitu masifnya berkontribusi dalam pemulihan iklim. Mulai dari edukasi, penanaman pohon sebagai langkah pengurangan emisi karbon, hingga gerakan satu tumbler satu kader.

Namun, menurut saya, hal demikian belumlah cukup. IPM sebagai salah satu Ortom inovatif dan progresif perlu melangkah ke tahap selanjutnya. Diperlukan langkah yang cepat untuk melakukan branding dan mencetak kader pro pertanian, bahkan lebih penting lagi menjadi petani.

Tentunya, hal demikian dilakukan dalam rangka menjalankan pertanian modern yang terhindar dari bahaya dan dampak krisis iklim.

Gagasan ini mesti menjadi atensi, baik oleh Ayahanda di Muhammadiyah maupun pimpinan Ortom di tingkat pusat.

Saya teringat perkataan Bung Karno bahwa persoalan pangan adalah persoalan hidup dan matinya suatu bangsa. Saya rasa, saat ini sudah waktunya Muhammadiyah dan AMM fokus pada isu ini.

Jika informasi dan pokok realitas ini terdelivery dengan baik, mungkin 5-10 tahun kedepan akan ada bidang baru di IPM, yakni Bidang Pertanian.

Meskin gagasan ini masih sunyi peminat, kita mesti menjauhkan pikiran kita yang menganggap isu ini tak penting.

Meski hari ini tak banyak anak muda yang mau jadi anak tani, barangkali di masa depan akan massif.

Langkah ini harus dimulai oleh kita. Referensi dan contoh bisa kita ambil dari Greta Thunberg, seorang generasi muda yang begitu getol menyuarakan advokasi lingkungan.

AMM hari ini juga sudah harus menambah langkah baru, agar kehadiran kita memberi dampak positif untuk semesta.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply