Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Bertabayyun dalam Bermedsos

×

Bertabayyun dalam Bermedsos

Share this article

Oleh: Fahri Muhaimin Fabrori*

 

KHITTAH.CO, – Kata tabayyun berasal dari kata tabayyanayatabayyanutabayyunan yang memiliki arti jelas, tampak, dan terang. Sedangkan secara istilah, Tabayyun sendiri diartikan sebagai kehati-hatian kita di dalam menerima informasi serta melakukan selektifitas terhadap berita yang datang. Hal ini sudah dijelaskan secara jelas di dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 6 yang berbunyi: “Hai kamu orang-orang yang beriman, jika datang kepada kamu orang fasik membawa suatu berita, maka bersungguh-sungguhlah mencari kejelasan agar kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa pengetahuan yanga menyebabkan kamu atas perbuatan kamu menjadi orang-orang menyesal”.

Dalam tafsir Al-Misbah kata fasiq diambil dari kata fasaqa yang menunujukkan terhadap orang yang durhaka, yaitu orang yang keluar dari ketentuan agama disebabkan ia melakukan dosa besar atau sering melakukan dosa kecil. Adapun kata naba’ yaitu diartikan sebagai berita yang penting, hal ini berbeda dari kata khabar yang mempunyai arti kabar yang umum.

Kita tahu bahwa berita pada hari ini timbul dari berbagai macam media dengan menggunakan latar belakang mereka sendiri. Yang keabsaahnnya tergantung atau persepktif di mana kita mempercayainya. Adanya hal tersebut suatu kelemahan di dalam era ini untuk mengetahui mana yang harus dikonsumsi atau mana yang harus dipercayai.

Maka dari itu, adanya tabayyun dalam bermedsos  ini merupakan langkah yang efektif dalam memilah dan memilih berita atau informasi yang jauh dari kebohongan (hoax). Juga sebagai tameng kita agar tidak dijerumuskan ke dalam kebohongan. Sebab, Pada era yang serba mudah dalam mengakse apapun, baik itu cakupan dalam berinteraksi, betukar informasi, dan bermedia sosial. Seluruh orang dapat membuat papaun yang ia inginkan dan menyebarkan berbagai hal yang dapat memberikan kemanfaatan atau sebaliknya menceroboohkan.

Hal ini terjadi mungkin dalam berbagai kepentinga atau ketidaktahuannya dalam membuat sebuah informasi/berita. Dengan adanya hal tersebut, kita sebaiknya harus melakukan selektifitas terhadap menagkap, menrima berita yang tersebar dengan cara bertabayyun.

Terdapat tahapan-tahapan bertabayyun terhadap menagkap atau mengkonsumsi berita yang ada di media sosial. Pertama, bertabayyun terhadap pembawa berita, hal ini untuk mengtahui sejauh mana orang yang membawa berita benar-benar memberikan berita yang jelas, dan susuai dengan fakta yang ada. Dalam hal ini pula kita dituntut untuk mengamalkan maqolah yang sudah masyhur: undzur man qala wa la tanadzur man qala, artinya kita harus melihat terahdap apa yang ia katakan, dan jangan melihat siapa yang mengatakan.

Kedua, bertabayyun terhadap isi berita, dalam hal ini kita harus menelisik kembali isi di dalam berita dengan cara menganalisis dan mengkorelasikan terhadap akal pikiran, hati nurani dan juga fakta yang ada. Dan ketiga, bertabayyun bin-nafs, yaitu dengan cara menganalsisi diri kita terlebih dahulu untuk tidak secara semberangan dan mengkonsumsi mentah-mentah terhadap suatu berta tanpa mengetahui keabsahan berita tersebut.

Dengan mempraktekkan bertabayyun sedikit demi sedikit, kita akan mengetahui bahwa ada sebuah kejanggalan didalam sebuah informasi atau berita yang beredar, juga selain itu kita akan memahami kemana arah sebuah informasi itu ditujukan dan untuk siapa informasi atau berita tersebut seharusnya  dikonsumsi.

Dalam bertabayyun (menganalisis) sebuah informasi selayaknya kita tidak hanya terpatok pada satu media sosial saja. Namun harus dipadukan dengan media sosial yang lain agar benang merah kebenaran dapat ditemukan. Hal ini merupakan contoh kecil di dalam bertabayyun dalam bermedsos. Sebab, jika tidak melakukan demikian kita akan ceroboh dan lekas percaya terhadap suatu berita yang ada dan hal itu merupakan kesalahan yang signifikan jika dilakukan secara terus menerus.

Pada era global ini, tidak salah lagi jika kita menayakan terhadap diri kita sendiri apakah informasi atau berita tersebut layak untuk kita ambil, walaupun informasi tersebut datang dari seorang tokoh, pendakwah atau penceramah. Sebab pada masa sekarang keabsahan dari pembawa informasi atau berita perlu dipertimbangkan dan ditelusuri.

Pada kajian Tabayyun dalam bermedsos ini kita tidak diarahkan untuk tidak mempercayai kepada seseorang pembawa berita atau informasi. Namun alangkah lebih baiknya dan lebih bijaksananya dalam bermedia sosial kita selayaknya untuk menelisik dan menganalisis kembali berita atau informasi yang ada.  Terkadang apa yang  kita anggap remeh pada kenyataannya hal itu berakibat fatal.

Maka dari itu, dengan memperaktekkan tabayyun ketika di bermedsos, kita akan dijauhkan dari kebohongan, atau penipuan yang dapat merugikan kita dan seluruh umat.

 

 

* Mahasiswa IAT UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply