Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Cegah dan Kendalikan Resistensi Antibiotik, Antimikroba (AMR) Pada Pasien dan Masyarakat.

×

Cegah dan Kendalikan Resistensi Antibiotik, Antimikroba (AMR) Pada Pasien dan Masyarakat.

Share this article

Oleh:Bahria,S.Si (PFM Ahli Madya,Balai POM di Mamuju)

KHITTAH. CO – Warga masyarakat harus memahami antibiotik bagi pasien yang ditujukan sebagai pengobatan untuk menghambat pertumbuhan bakteri-virus dan penggunaan yang sejenisnya  karena amat sedikit yang mengetahui efek negatif jika dalam penggunaannya tidak sesuai kondisi pasien. Warga masyarakat yang sembrono dan secara ilegal menggunakan jenis obat-obatan termasuk antibakteri (antibiotik), antivirus, antijamur, dan antiparasit sebagai obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit menular pada manusia, hewan, yang kini penggunaan antibiotik-antimikroba pada peternakan dan tumbuhan.

Kesalahan dalam penggunaan dapat terjadi fatal  ketika bakteri, virus, jamur, dan parasit tidak lagi merespons obat antimikroba. Akibat resistensi obat, antibiotik dan antimikroba lainnya menjadi tidak efektif dan infeksi menjadi sulit dan terjadi kekebalan, sehingga meningkatkan risiko penyebaran penyakit, penyakit parah, kecacatan, dan kematian.

Antibiotik adalah jenis obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain: Pertama, Gol. Penisilin (mis. Amoksilin, Cefadroxyl, Cefixime, Tetracyclin, Clindamycin, Levofloxacin…) dapat digunakan untuk mengobati abses gigi, infeksi telinga, infeksi tenggorokan, infeksi saluran kemih (genone/kencing nanah), infeksi saluran pernapasan, meningitis (radang selaput otak), infeksi kulit; kedua, Ciprofloxacin HCl, Ampicillin, Piroxicam,.. untuk radang sendi; ketiga, Loratadin,.. antihistamin untuk meredakan gejala alergi.

Keempat, Ponstan/ Mefenamic acid.., dijual bebas untuk meredakan nyeri gigi, sakit kepala, nyeri haid; Keima, Cetirizine HCl,.. untuk meredakan infeksi alergi, mata berair, bersin,bersin, hidung meler, gatal di kulit, tenggorokan dan hidung; keenam, Ranitidine, Antasida,.. untuk mengobati gejala nyeri lambung; ketujuh, Guafenesin, mengatasi batuk berdahak;kedelapan, Triamcinolon, meredakan peradangan pada berbagai kondisi (radang sendi, asma, psoriasis (sel kulit bersisik yang gatal dan kering) dan penyakit autoimun (Ketika system kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat); kesembilan, Meloxicam,.. untuk meredakan nyeri peradangan akibat asam urat; kesepuluh, Furosemide, Candesartan,.. Obat diuretic untuk pengelolaan tekanan darah tinggi; dan kesebelas, Cotrimoxazole,..untuk menangani infeksi pada bronkritis, infeksi saluran kemih,..dll

Jenis-Jenis Obat Antivirus

Antivirus adalah jenis Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus. Beberapa contoh bbat antivirus umum: Oseltamivir, Paramivir,.. untuk pengobatan Influenza; Acyclovir,.. untuk infeksi virus Herpes (seperti luka, herpes genital, cacar air); Paxlovid, Rendesivir, Molnuviravir,.. untuk pengobatan Virus Covid-19; Obat Antiretroviral (mis. Bigtagravir/Entriciltabine/Tenofovir),.. untuk mengatasi infeksi HIV/AIDS; dan Obat untuk Hepatitis B (HBV) dan Hepatitis C (HCV),.. mis. Adefovir, Dipivoxil, Entecavir, Telbivudin, Lamivudin, Tenovofir; Obat Tuberkulosis (TB),.. mis. Isoniazid dan Rifampisin.

Penting untuk diingat diatas adalah obat. Obat antivirus adalah obat keras dan harus digunakan di bawah pengawasan dokter. Konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan obat antivirus, terutama jika memiliki kondisi medis lain atau sedang hamil/menyusui. Beberapa obat antivirus memiliki efek samping saat dikonsumsi, jadi penting untuk mengetahui potensi efek samping tersebut dan cara mengatasinya (baca informasi pada label kemasan obat, ikuti petunjuk dokter dan atau penanggung jawab apotek).

Berikutnya jenis-jenis bbat antijamur. Antijamur adalah jenis Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur (fungi). Contoh obatnya: Clotrimazole, Miconazole, Ketoconazole, Imidasol, Terbinafin,.. untuk pengobatan Infeksi Jamur kulit (seperti Panu, Kurap, Kutu air dan bahan campuran untuk mengatasi ketombe membandel,.. merk seperi canesten, daktarin, salep 88, fungiderm, kalpanax, Nizoral, dll

Ada pula jenis-jenis obat antiparasit. Antiparasit adalah jenis obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit (Kuman). Beberapa yang umum digunakan: Klofamicin, Rifampisin, Dapson., untuk pengobatan penyakit Kusta; Gol. Antihelmintik,.. untuk mengatasi infeksi Cacing parasite (seperti Cacing gelang, Cacing pipih, Cacing pita, Cacing kremi dan Cacing tambang) Contoh obatnya : Ivermectin, Albendazole, Mebendazol, Pyrantel pamoat; Obat untuk infeksi protozoa-penyebab Diare (seperti Giardia lamblia-parasit pada usus halus manusia dan hewan, parasite Cryptosporidium parvum dan Amoeba proteus), contoh obatnya : Metronidazole dan Nitazoxanide; dan Obat untuk infeksi yang disebabkan oleh Ektoparasit-parasit yang menempel pada inangnya (seperti Kutu, Lalat, Caplak, Tungau, Nyamuk,..) contoh obatnya : Permethrin

Pemilihan obat antiparasit yang tepat tergantung pada jenis parasit yang menyebabkan infeksi dan kondisi pasien. Selalu konsultasikan dengan dokter atau apoteker untuk mendapatkan saran penggunaan obat yang tepat.

Penyebab Resistensi Antimikroba

Resistensi pada antibiotik, jika digunakan secara tidak tepat, misalnya obat antibakteri digunakan untuk mengobati infeksi virus atau jamur, maka pada kondisi itu membuat bakteri justru akan berkembang biak dan menjadi kebal terhadap antibiotik tersebut. Di sinilah peran pentingnya  berkonsultasi ke dokter atau Apoteker dengan menjelaskan semua gejala yang dialami sebelum memutuskan untuk mengonsumsi suatu jenis obat antimikroba.

Penting untuk diingat, bahwa pasien harus meminum antibiotik dengan benar, sampai habis meski gejala sudah mereda, sesuai resep dokter, lakukan secara teratur pada rentang waktu (jam) yang sama sesuai jadwal (pagi, sore, malam, dan sebelum atau sesudah makan). Tidak berbagi antibiotik atau menggunakan antibiotik sisa orang lain. Adapun penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian vaksin, maka lakukan vaksinasi atau imunisasi

Gejala resistensi antibiotik bisa bervariasi pada setiap pasien, tergantung pada bakteri penyebab infeksi.Namun, gejala umum akibat resistensi antibiotik meliputi: demam berulang; diare lebih dari tiga hari; batuk dan sesak napas; mual dan muntah, dan BAN berdarah, Jumlah dan frekuensi buang air kecil menurun, belah atau lemas, berat badan menurun, dan mulut kering.

Pada penderita resistensi antibiotik, keluhan di atas tidak mereda/sembuh meski diobati dengan beberapa jenis (kombinasi) antibiotik, maka dianjurkan segera mencari pertolongan medis, untuk mencegah gangguan kesehatan yang lebih serius (misal, kerusakan organ dalam tubuh, penyakit autoimun, dan kematian).

Berikut adalah beberapa dampak utama resistensi bbat pada manusia: (1) Bakteri atau mikroorganisme lain yang resisten/sudah kebal terhadap obat menjadi lebih sulit dimatikan atau dihambat pertumbuhannya. Sehingga infeksi yang terjadi menjadi lebih sulit pula untuk diobati dengan antibiotik ataupun dengan obat lain yang tersedia; (2) infeksi yang resistensi sudah lebih sulit diobati, pasien berisiko mengalami komplikasi serius bahkan kematian; (3) Pengobatan infeksi resisten seringkali membutuhkan antibiotik yang lebih kuat, lebih tinggi dosis. Lebih mahal, atau perawatan yang lebih lama di rumah sakit, yang mengakibatkan peningkatan biaya perawatan kesehatan secara keseluruhan, sekaligus dapat menurunkan produktifitas di tempat kerja atau sekolah; (4) Bakteri resisten dapat menyebar ke orang lain, terutama melalui kontak langsung atau melalui lingkungan yang terkontaminasi, sehingga meningkatkan risiko infeksi pada orang lain. Disinilah peran pentingnya untuk senantiasa menjaga kebersihan (sanitasi) tempat tinggal/kerja dan higienitas lingkungan sekitar; dan (5) Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat memicu munculnya bakteri yang kebal (resisten) terhadap berbagai jenis antibiotik yang dikenal sebagai “Superbug” dan ini dapat menjadi ancaman serius yang lebih luas bagi kesehatan global.

Kasus AMR pada manusia telah diketahui juga dapat bersumber dari produk makanan atau ‘pangan asal hewan’ (termasuk ternak peliharaan). Pengendalian AMR pada bahan baku ‘Pangan Segar Asal Hewan (PSAH), ‘Pangan Segar Asal Ikan (PSAI), ‘Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) telah dilakukan oleh kementrian/lembaga yang berwenang di bidang pangan olahan., namun diduga masih ada “Residu antibiotik” yang tahan terhadap proses pengolahan.

Resistensi obat pada hewan ternak dan hasil perikanan, memiliki dampak yang signifikan, ketika mikroorganisme seperti bakteri menjadi kebal terhadap obat-obatan yang seharusnya membunuh atau menghambat pertumbuhannya. Adapun dampak AMR [Resistensi antimikroba] pada hewan ternak dan hasil perikanan, yaitu kesulitan dalam mengobati penyakit infeksi pada hewan dan ikan, atau bahkan tidak mungkin diobati dengan antibiotik atau obat antimikroba lainnya.

Jika potensi penyebaran penyakit ke hewan atau ikan lainnya, maka resiko kesehatan manusia melalui ‘Rantai makanan’, kontak langsung dengan hewan/ikan atau konsumsi langsung hewani/ikan yang terkontaminasi, dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak dan petambak akibat penurunan produktifitas hewan/ikan yang sakit, mungkin memerlukan perawatan yang lebih lama dan biaya pengobatan yang lebih tinggi (mahal) serta potensi kehilangan hewan ternak/perikanan, karena kematian.

Penyebab AMR pada Hewan dan Ikan

Penggunaan antibiotik yang berlebihan atau tidak tepat/tidak sesuai aturan untuk pengobatan atau promosi pertumbuhan, dapat memunculkan bakteri resisten (kebal). Kurangnya penerapan Biosekuriti yang baik di peternakan hewan dan pertambakan ikan. Untuk itu, hendaklah bijak dalam penggunaan antibiotik pada hewan dan ikan, gunakan antibiotik hanya saat diperlukan dan harus sesuai dosis yang tepat. Sanitasi kandang di peternakan, dan kebersihan lingkungan budidaya perikanan, untuk mencegah penyebaran bakteri, serta kesadaran masyarakat akan pentingnya mengatasi AMR dan dampak negatifnya, agar dapat membantu keberlanjutan produk PSAH dan PSAI, dan menjaga ketersediaan pangan hewani yang aman.

Di bidang Pertanian, penggunaan antimikroba juga dapat berkontribusi menyebabkan AMR, menyebabkan kerugian produksi, merusak mata pencaharian, dan membahayakan ketahanan pangan. AMR dapat menyebar di antara ‘inang’ dan lingkungan yang berbeda. dan mikroorganisme yang resisten terhadap antimikroba dapat mencemari rantai makanan”.

FAO memperkirakan hanya dalam satu dekade jika tidak ditangani, AMR dapat memaksa 24 juta lebih banyak orang jatuh ke dalam kemiskinan ekstrim, serta meningkatkan kelaparan dan kekurangan gizi.

Dampak Resistensi Obat pada Tumbuhan

Ketika patogen (hama penyakit tanaman) menjadi resisten terhadap obat (mis. Pestisida, Insektisida), maka tanaman menjadi lebih rentan terhadap serangan penyakit, menyebabkan tanaman menjadi lebih sulit untuk dilindungi dari serangan hama lainnya, dan penyakit dapat menyebar lebih cepat dan luas ke tanaman lain di sekitarnya, yang tentunya dapat mengurangi kualitas produk dan penurunan hasil panen

Saat penggunaan obat sudah tidak efektif karena hama telah resisten, maka petani mungkin perlu menggunakan dosis yang lebih tinggi, atau jenis obat (pestisida) yang berbeda, atau bahkan kombinasi obat-obatan untuk mencapai pengendalian yang sama. Hal ini tentu akan meningkatkan biaya produksi pertanian yang semakin besar (mahal). Di sinilah pentingnya pendekatan pengendalian hayati yang ‘Ramah Lingkungan’ dan berkelanjutan, termasuk pengembangan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap penyakit.

Tindakan-tindakan yang dapat membantu mengurangi kebutuhan akan  antimikroba dan meminimalkan munculnya AMR: (1) Memastikan penggunaan Antibiotik secara rasional sesuai ketentuan, yang diakui bahwa antibiotik masih sebagai sumber daya berharga., oleh karena itu, pelayanan sesuai resep dokter dan tidak menjual secara bebas, serta waspada antibiotik palsu dan illegal; (2) Memperkuat pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan, peternakan, dan tempat-tempat Industri makanan; (3) Memastikan akses ke  Air bersih, Sanitasi dan Kebersihan (Jenis-jenis Bakteri Patogen : a.l: Salmonella sp, Staphyiococcus aureus, Pseudomonas aureugenosa, Eschericia coli); (4) Memastikan akses ke ‘Vaksinasi” untuk penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin; (5) Menerapkan proses ‘Terbaik’ dalam produksi pangan, perikanan dan pertanian.

Pedoman terkait rencana aksi pengendalian AMR telah diatur dalam “Peraturan Menko PMK  Nomor 7 Tahun 2021 tentang ‘Rencana Aksi Nasional’  terkait ‘Pengendalian Resistensi Antimikroba’  yang disingkat  RAN-PRA  2024-2027. RAN-PRA  merupakan pedoman bagi  kementrian/lembaga, pemerintah daerah, dan mitra kerja dalam perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan pengendalian AMR

RAN-PRA bertujuan untuk meminimalkan muncul dan menyebarnya mikroba resisten., memastikan ketersediaan antimikroba yang aman, efektif, bermutu, dan terjangkau, serta penggunaan antimikroba secara bijak dan bertanggung jawab.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply