Oleh : Delvianita Anggraeni Bonggili
Muhamadiyah merupakan suatu organisasi besar yang didirikan oleh KH. Dahlan dengan menjunjung tinggi agama Islam dengan sikap optimisme yang kuat sehingga banyak dikenal melalui lembaga pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, ekonomi, pemberdayaan masyarakat, dan gerakan dakwah yang tersebar luas di seluruh pelosok tanah air. Sikap optimis inilah yang kini membawa Muhamadiyah terkenal dan meluas di ranah global dengan 22 cabang istimewa bahkan pada tahun ini juga seperti yang disampaikan Prof. Dr. Haedar Nashir,M.Si dalam pidatonya pada Milad ke 109 Muhamadiyah bahwa Indonesia memperoleh kepercayaan dunia di mana presiden Joko Widodo dimandati memimpin presidensi G20 tahun 2021-2022.
Muhamadiyah menyampaikan apresiasi dan selamat atas pencapaian positif dan konstruktif diranah global tersebut. Harapannya kepercayaan dari G20 (Group of Twenty) tersebut dijadikan modal penting membangun optimisme dan peluang positif agar Indonesia makin berkiprah proaktif di tingkat global sekaligus melakukan konsolidasi nasional untuk bangkit dan bergerak dinamis menjadi negara berkemajuan.
Muhamadiyah merupakan organisasi Islam yang melekat dalam denyut nadi kehidupan masyarakat dan bangsa indonesia. Di mana hampir seluruh sudut tanah air dijumpai papan nama lembaga pendidikan, rumah sakit, kantor dan amal usaha Muhamadiyah. Muhamadiyah lahir,tumbuh, dan berkembang dengan penuh perjuangan yang dinamis antara pasang dan surut serta melewati banyak rintangan dan tantangan.
Muhamadiyah dianggap sebagai agama baru dengan membawa paham pembaruan (tajdid) yang belum dikenal saat itu seperti meluruskan arah kiblat, memperkenalkan sistem pendidikan Islam modern, memelopori taman pustaka dan gerakan literasi keilmuan, mendirikan organisasi Islam perempuan bernama “AISYIYAH”, mendirikan rumah sakit atau poliklinik dan lembaga pelayanan sosial serta meluruskan pemahaman Islam yang keliru dan diliputi syirik, takhayul, bidah dan khurafat yang menyebabkan Kiai Ahmad Dahlan dianggap sebagai seorang kafir.
Corak pembaruan Islam tersebut ada yang kuat dalam pemurnian Islam (purifikasi), adapula yang berorientasi pada pembaruan itu sendiri (dinamisasi) terutama dalam lingkup pemikiran dan pengembangan amaliah keislaman. Kiai Ahmad Dahlan menyerap pikiran pikiran pembaruan islam tersebut, tetapi beliau memiliki perbedaan yang tidak dimiliki oleh para pembaru (mujadid) Islam sebelumnya yaitu pembaruan akan gerakan perempuan Islam untuk bergerak diranah publik yaitu Aisyiyah (1917).
Muhamadiyah juga memainkan peran sejarah yang penting dalam gerakan kebangkitan nasional dan perjuangan kemerdekaan, contohnya Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (1918) menunjukkan gerakan cinta tanah air yang di mana melahirkan pemuda bernama Soedirman yang menjadi pelopor perang gerilya dan Bapak Tentara Nasional Indonesia. Bagian dari kiprah Muhammadiyah tersebut menunjukkan gerakan Islam modern yang dipelopori Muhammadiyah sangat menentukan perjuangan umat Islam dan bangsa pada awal abad ke-20 hingga Indonesia merdeka serta setelah kemerdekaan.
Watak Muhamadiyah sebagai gerakan pembaruan bukan hanya pemurnian tetapi sekaligus kuat pada pembaruan (dinamisasi) serta berwatak moderat atau tengahan yang berbeda dengan gerakan pembaruan Islam di Timur Tengah seperti pada pidato milad ke-109 Muhamadiyah oleh Bapak Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si
Di dalam diktum Pernyataan Pikiran Muhamadiyah abad kedua disebutkan bahwa “Dengan Gerakan pencerahan muhamadiyah terus bergerak dalam mengembangkan sikap misi dakwah dan tajdid untuk menghadirkan islam sebagai ajaran yang kemajemukan, menghormati harkat martabat, kemanusiaan laki-laki dan perempuan, mencerdaskan kehidupan bangsa, menjunjung tinggi akhlak mulia dan memajukan gerakan Islam yang dinamis dan progresif dalam menjawab tantangan zaman tanpa harus kehilangan identitas dan rujukan yang autentik”.
Muhamadiyah dengan inspirasi Al-Quran dan Hadits ingin menghadirkan Islam bukan sekadar sebagai ajaran yang mengajak pada kesadaran iman dalam bingkai tauhid semata. Lebih jauh dari itu Muhamadiyah menampilkan Islam sebagai kekuatan dinamis sebagai transformasi sosial dalam dunia nyata kemanusiaan.
pada tanggal 18 November 2021 kemarin Muhamadiyah merayakan milad ke 109 yang disiarkan langsung melalui youtube, hal tersebut merupakan pengalaman pertama saya mengikuti acara seperti ini yang di mana saya sangat kagum dan terkejut ternyata Muhamadiyah sudah ada sejak lama dan sudah berusia seabad lebih karena pertama kali saya mengenal adalah saat memulai pendidikan perkuliahan di Universitas Aisyiyah Yogyakarta Saya bersyukur diberi kesempatan untuk lebih mengetahui secara mendalam tentang makna sebenarnya didirikan Muhamadiyah oleh Kiai Ahmad Dahlan dan Aisyiyah oleh Nyai siti Walidah.
Memahami dan mengkaji Muhamadiyah sungguh merupakan bagian penting dalam sejarah dan perjuangan umat Islam Indonesia yang tiada habisnya jika dipelajari. Sehingga untuk generasi muda muslim khususnya mahasiswa, mempelajari kemuhamadiyahan merupakan keniscayaan ilmiah agar menjadi generasi ulul albab di negeri kita Indonesia dan menjadi warga dunia dengan menyebar luaskan ilmu keislaman dan sejarah pergerakan islam untuk mewujudkan islam sebagai rahmatan liI-‘alamin.
*Mahasiswa S1 Kebidanan Semester 3 Universitas Aisyiyah Yogyakarta