Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Guru Pilar Utama Pembangunan Bangsa: Refleksi Hari Guru Nasional

×

Guru Pilar Utama Pembangunan Bangsa: Refleksi Hari Guru Nasional

Share this article

Oleh: Irwan Akib (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah)

KHITTAH. CO – Tidak dapat dimungkiri bahwa kemajuan suatu bangsa tergantung pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki negara tersebut. Sedangkan, SDM dibentuk melalui pendidikan dan salah satu faktor penentu kualitas pendidikan adalah hadirnya guru yang memiliki kompetensi yang mumpuni. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa guru merupakan kunci kemajuan negara.

Mereka mendidik, mencerdaskan, dan membentuk karakter generasi penerus bangsa. Guru tidak hanya hadir mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, tetapi dia hadir sebagai pendidik yang menjadi teladan bagi siswa, menjadi agen perubahan sosial yang membimbing dan menginspirasi siswa untuk menjadi pribadi yang lebih baik, pribadi yang berkarakter kuat

Presiden Prabowo Subianto, dalam pidato yang disampaikan pada puncak peringatan Hari Guru Nasional tahun 2024, menekankan bahwa guru adalah pilar utama pembangunan bangsa, dan pendidikan adalah kunci kebangkitan Indonesia. “Bagi saya, guru adalah kunci bagi kebangkitan bangsa Indonesia. Guru bagi kita semua adalah tonggak berdirinya sebuah negara. Negara yang berhasil adalah negara yang pendidikannya berhasil”.

Presiden Prabowo menyebutkan bahwa sejarah perjuangan Indonesia tak lepas dari peran guru, seperti Ki Hajar Dewantara hingga Panglima TNI pertama dalam hal ini Jenderal Besar Sudirman juga seorang guru. Dalam kesempatan tersebut, Presiden Prabowo juga menyampaikan apresiasi mendalam kepada para guru atas dedikasi dan pengabdian mereka. Presiden menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan guru, termasuk memperbaiki kualitas hidup mereka.

Pandangan dan sikap terhadap pentingnya kehadiran guru untuk masa depan suatu bangsa disadari oleh Kaisar Jepang sehingga ketika Hiroshima dan Nagasaki, luluh lantah akibat kekuatan dahsyat bom atom yang dijatuhkan pada tahun 1945,  Kaisar Hirohito selaku pemimpin tertinggi Jepang, mengambil inisiatif untuk mengumpulkan para jenderal yang masih tersisa. Sang Kaisar bertanya kepada mereka, berapa jumlah guru yang masih hidup? Pertanyaan tersebut diluar ekspektasi para jenderal, mereka justru berhadap ditanyakan adalah kondisi militer Jepang, sehingga para jenderal dengan sikap tegas mengatakan bahwa mereka masih mampu memberikan pengamanan dan melindungi keselamatan Sang Kaisar tanpa harus bantuan guru.

Kaisar mengatakan bahwa bangsa kita telah jatuh terpuruk akibat tidak belajar dari pengalaman. Jepang memang kuat dari segi persenjataan dan strategi perang.  Tetapi faktanya, pasukan kita mengalami kekalahan.  Keberadaan guru justru menjadi tumpuan dan harapan rakyat Jepang, bukan lagi bergantung kepada kekuatan pasukan tempur atau bala tentara.

Guru hadir bukan hanya untuk mentransfer pengetahuan kepada siswanya, tetapi lebih dari itu, dia hadir menjadi teladan yang digugu dan ditiru, hadir menginspirasi, mendidik karakter, menanamkan nilai-nilai kebhinekaan, nilai-nilai keindonesiaan dan nilai-nilai kemanusian. Seorang guru perlu memiliki kompetensi akademik, kompetensi pedagogi, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian, serta komitmen keindonesiaan untuk melaksanakan tugas tersebut. Kemampuan komparatif yang dimiliki para pendidik akan menentukan arah perubahan peradaban. Para pendidik harus memiliki pengetahuan dasar mengenai pendidikan moral (akhlak) sebagai sarana untuk menanamkan karakter pembelajar yang sesuai dengan nilai-nilai keindonesiaan.

Di samping itu dalam konteks kekekinian dengan perkembangan teknologi khususnya hadirnya kecerdasan buatan (artificial intelligence), menuntut seorang guru untuk dapat memastikan bahwa nilai-nilai kemanusiaan tetap menjadi pusat dari proses pembelajaran, sesuatu yang tidak dapat sepenuhnya diwujudkan oleh teknologi.  Kecerdasan buatan (AI) dapat dimanfaatkan oleh guru dalam menyajikan pelajaran secara interaktif sesuai latar kemampuan siswa, juga dapat dimanfaatkan untuk merancang program pembelajaran yang lebih efektif. Namun demikian peran guru dalam interaksi dengan siswa tidak dapat digantikan oleh AI khususnya dalam membangun karakter siswa, membangun hubungan emosional guru dengan siswa. Oleh karena itu, guru harus hadir sebagai pembimbing, motivator, dan teladan bagi siswa.

Kai-Fu Lee, seorang ahli kecerdasan buatan dalam bukunya The words I see, menekankan bahwa kecerdasan sejati mesin harus dilandasi oleh kecerdasan emosional dan empati manusiawi. Pada bagian lain dikatakan bahwa AI adalah alat yang luar biasa untuk mendukung pekerjaan manusia, tetapi tidak bisa menggantikan peran manusia dalam hal empati, kreativitas, dan nilai-nilai sosial.” Senada dengan Lee, Andrew seorang ilmuan komputer mengatakan bahwa AI tidak akan menggantikan pekerjaan yang membutuhkan empati, kreativitas dan interaksi manusia yang mendalam.

Pernyataan kedua pakar tersebut memberikan gambaran bahwa perkembangan teknologi khususnya AI yang menawarkan berbagai kemudahan dalam dunia pendidikan, seperti efisiensi dan kemampuan untuk menyediakan pembelajaran yang lebih personal, teknologi ini tetap tidak bisa menggantikan peran seorang guru. Perkembangan teknologi AI dapat dimanfaatkan dalam merancang pembelajaran dan juga sebagai media yang memudahkan aktivitas pembelajaran demikian halnya kreativitas, membimbing siswa untuk dapat berpikir kritis, membangun hubungan emosional guru dengan siswa, pembentukan karakter tetap menjadi bagian penting dari peran seorang guru, peran yang tidak dapat digantikan oleh teknologi.

Untuk memerankan fungsi guru yang tidak terganti oleh teknologi, guru perlu senantiasa meningkatkan kualitas pribadi sebagai seorang pendidik yang menjadi teladan bagi siswanya, memperdalam pemahaman tentang kebhinekaan dan keindonesiaan sehingga dapat hadir sebagai guru yang mencerminkan watak dan karakter keindonesiaan, memahami teknologi, dan dampaknya, sehingga dapat memberi informasi kepada siswa pentingnya teknologi dan pemanfaatan teknologi untuk kemanusiaan. Di samping itu tentu terus meningkatkan kompetensinya sebagai seorang pendidik.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner PMB UNIMEN

Leave a Reply

Opini

Oleh: Irwan Akib (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah) KHITTAH….