Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Hebat! E-voting Musyda, 100% Buatan Kader Pemuda Muhammadiyah Bantaeng

×

Hebat! E-voting Musyda, 100% Buatan Kader Pemuda Muhammadiyah Bantaeng

Share this article

KHITTAH.CO, Bantaeng– Persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam Berkemajuan tidak lepas dari aktivitas organisasinya yang memanfaatkan kecanggihan teknologi.

Hal itu terbukti pada pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musyda) Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Bantaeng.

Pasalnya, musyda tersebut sudah menggunakan sistem e-voting, bahkan sejak pelaksanaan musyawarah pimpinan daerah (musypimda).

Namun, ada hal menarik dari sistem e-voting itu. Sistem yang digunakan bukanlah e-voting yang dibuat oleh Tim IT Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.

Diketahui, sistem buatan Tim IT PP Muhammadiyah itulah yang digunakan dalam Muktamar ke 48 dan Musyawarah Wilayah (Musywil) ke 40 Muhammadiyah-‘Aisyiyah Sulawesi Selatan, baru-baru ini.

Sistem yang digunakan dalam Musyda Muhammadiyah-‘Aisyiyah Bantaeng itu adalah buatan dari Haeruddin, kader tulen Persyarikatan asal Butta Toa, tepatnya Morowa, Kecamatan Sinoa.

Laki-laki kelahiran 1 Januari 1993 itu adalah Mantan Ketua Pimpinan Daerah (PD) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Wakil Ketua PD Pemuda Muhammadiyah (PM) Bantaeng.

Hae, sapaan karib alumni Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Makassar (UNM) itu mengisahkan, kurang lebih empat bulan lalu, dirinya diberi tahu oleh salah seorang teman terkait pelaksanaan musyda.

Saat itulah, dirinya sontak menawarkan diri untuk membuatkan sistem e-voting. “Kebetulan saya punya pengalaman dan sedikit ilmu merancang aplikasi berbasis web,” ujar Hae.

Setelah panitia musyda mengonfirmasi setuju menggunakan e-voting itu, dia pun membuat sistem tersebut.

Hal itu ia sampaikan saat diwawancarai pada Senin, 1 Mei 2023 via WhatsApp.

Haeruddin mengaku memiliki sedikit ilmu terkait coding karena sering ikut pelatihan di lembaga-lembaga yang telah diakui oleh Google dan perusahaan besar IT lainnya.

“Dari situlah saya berani mencoba merancang aplikasi menggunakan PHP, Javascript, dan CSS yang akhirnya digunakan oleh Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Bantaeng,” ungkap dia.

Hae mengungkapkan, sistem e-voting yang ia buat pertama kali digunakan pada saat musyawarah pimpinan daerah (musypimda).

“Alhamdulillah, semua pihak merasa sistem ini sangat membantu karena mempermudah pekerjaan yang dulunya bisa memakan waktu lama,” kata Hae.

Hanya saja, lanjut dia, sistem yang ia buat itu sempat bermasalah. Saat itu, hasil musypimda belum tersusun dari suara tertinggi ke suara terendah.

“Itu kekurangan yang sempat merepotkan saya dan panitia. Karena hasil yang keluar sesuai dengan urutan para calon. Setelah saya perbaiki kembali dalam satu malam setelah musypimda, alhamdulillah sudah teratasi,” ujar dia.

Ia bersyukur karena pada saat pemungutan suara untuk sembilan anggota Pimpinan Daerah Muhammadiyah Periode 2022–2027, hasil perolehan suara yang keluar sudah terurut dari suara tertinggi hingga suara terendah.

Ia membeberkan, kemarin, dirinya sempat menemukan satu kendala yang sangat rumit. Pasalnya, sistem pemilihan yang digunakan Muhammadiyah, calon yang dipilih lebih dari satu orang.

“Bagian inilah yang paling lama baru saya temukan solusinya. Alhamdulillah, hasilnya, setiap voter tidak bisa memilih kurang dan tidak bisa juga lebih dari ketentuan yang telah di tetapkan, seperti memilih 27 orang pada saat musypimda dan memilih 9 orang pada saat pemilihan calon anggota PDM di musyda,” ucap Hae.

Ketika ditanyai soal biaya, dengan tegas, Hae mengungkapkan, sistem e-Voting itu dibuat tanpa biaya.

“Dan saya tidak akan pernah mengharapkan biaya selama aplikasi ini digunakan oleh Muhammadiyah dan ortom-ortomnya,” tegas dia.

Ia mengatakan, dirinya siap membantu musyawarah daerah lainnya yang ingin menggunakan sistem buatannya.

“Insya Allah saya siap bantu, selama saya dapat izin dari sekolah. Karena kebetulan, sekarang saya salah satu guru PPPK Pemprov Sulsel,” ungkap dia.

Ketika ditanyai perihal keamanan dan kerahasiaan data sistem e-voting buatannya, Hae menjamin sistem tersebut aman.

“Karena sistemnya berjalan secara offline, terpusat di satu server dan database tidak bisa diakses oleh perangkat lain,” kata Hae meyakinkan.

Selain itu, sistem buatan Hae terbilang lebih sederhana. Itu karena sistem e-voting Hae menggunakan laptop sebagai server dan client-nya mengggunakan tablet. “Agar sekalipun mati lampu, tidak akan mengubah sistem,” ungkap Hae.

Ia membeberkan, dalam Musyda Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Bantaeng, dirinya meminjam tablet dari sejumlah pihak. “Jadi, alhamdulillah, tidak ada biaya terkait penggunaan e-voting ini,” tutup dia.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply