Oleh: Syarifuddin Jurdi Dosen UIN Alauddin Makassar (Non Aktif)
KHITTAH.CO, MAKASSAR — Innalillahi wa inna ilahi rajiun, Husni Yunus (HY) menghembuskan nafas terakhir pada hari Sabtu tanggal 14 Juli 2018 pukul 23.53 Wita. HY merupakan sosok aktivis dakwah yang tidak kenal lelah, bahkan dalam kondisi kurang sehat sekalipun apabila panggilan dakwah itu datang, ia berusaha untuk menunaikannya.
Aktivis Muhammadiyah tidak ada yang tidak kenal dengan almarhum, ia merupakan sosok yang mudah bergaul dan sangat aktif dalam memberikan informasi dan berita mengenai kegiatan sosial kemanusiaan yang dilakukannya. Secara umum, saya ingin membuat catatan singkat mengenai HY dari dua sisi sentral yang menonjol dalam kehidupannya yakni sebagai “jurubicara” Muhammadiyah Sulawesi Selatan dan sekaligus sebagai aktor utama yang menggerakkan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PWM sejak majelis ini didirikan.
Husni Yunus dan Pencerahan Umat
HY bukanlah tipe ustad atau kyai yang popular, apalagi di kalangan masyarakat umum, di lingkungan Muhammadiyah sendiri dimana yang bersangkutan menjadi aktornya, juga tidak dikenal sebagai penceramah yang “popular”. Meskipun bukanlah ustad dan kyai popular, HY merupakan aktivis yang sangat totalitas dalam menjalankan tugas dan amanah yang dibebankan kepadanya.
Sejumlah posisi dan peran strategis dalam dunia pergerakan telah dilakukan oleh HY, bahkan yang bersangkutan dapat disebut sebagai aktivis yang ”menggairahkan” banyak kalangan, disebut “menggairahkan” karena HY dengan kesadaran literasinya selalu menginformasikan ke publik melalui media segala aktivitasnya, baik media cetak maupun media sosial sehingga merangsang yang lain untuk ikut bergerak dan tidak berdiam diri.
Pada sisi pencerahan, HY dapat dilihat dalam dua hal; pertama, sebagai aktivis yang juga bertindak sebagai penyebar informasi yang mencerahkan, ia dekat dengan wartawan, bahkan dengan pimpinan Tribun Timur yakni Kambie dan HY ibarat bersaudara, keterbukaan keduanya menjadi modal hubungan yang harmonis, sehingga HY selalu menjadikan media ini sebagai sarana untuk menyebarkan informasi, demikian pula dengan Harian Fajar dan harian yang lain yang terbit di Makassar. Sejak tahun 1990-an, HY juga menjadi kontributor bagi Majalah Suara Muhammadiyah di Yogyakarta.
Posisi HY penting untuk menjembatani dengan pihak lain, khususnya penyebaran informasi mengenai Muhammadiyah, HY juga pernah menjadi Humas Universitas Muhammadiyah Makassar. Peran kehumasan itulah yang menjadi titik sentral HY dalam menyiarkan kegiatan sosial keagamaan yang menyerahkan.
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa HY tidak saja aktivis dakwah Islam, tetapi juga sekaligus wartawannya Muhammadiyah, setiap kegiatan Muhammadiyah pasti dengan mudah di peroleh melalui HY, tanpa diminta, HY dengan kesadarannya menginformasikan ke publik melalui media cetak dan media sosial. Hubungannya dengan redaksi media cetak di Makassar sangat baik, sehingga informasi yang dikirmkan oleh HY ke redaksi media cetak dengan mudah dimuat. Pasca maraknya media sosial, HY mengandalkan media sosial seperti facebook, WhatsApp dan lainnya sebagai sarana untuk mencerahkan dan mencerdaskan umat. Prinsip HY berlomba-lomba dalam mengabarkan kegiatan yang baik atau dalam kebaikan menjadi prinsip hidupnya.
Pada sisi penyebaran informasi mengenai aktivitas sosial keagamaan, HY merupakan sosok yang sangat cepat dan mungkin masih relatif langkah menemukan penggantinya dalam tempo yang lama, sejak tahun 1990-an (itu yang saya ingat, karena saya mengenal beliau pada dekade 1990-an), peran kehumasan yang ikut mewartakan segala aktivitas Muhammadiyah telah dilakukan oleh HY. Inilah yang dimaksud dengan pencerahan dan pencerdasan, betapapun informasi dan publikasi kegiatan itu suatu keniscayaan, namun tanpa sosok HY tentulah tidak banyak membantu.
Bukankah perkembangan Universitas Muhammadiyah Makassar saat ini tak terlepas dari peran kehumasan yang dirintis dan dikembangkan oleh HY sejak 1990-an. Suatu kesyukuran bagi Muhammadiyah memiliki kader seperti HY yang peduli terhadap penyebaran informasi, semoga peran ini dapat dilanjutkan oleh saudara kita Dr. Haidir Fitra Siagian (HFS) yang merupakan pendidik dan pengajar jusrnalistik dan public relation.
Kedua, HY dalam tiga tahun terakhir mengemban amanah sebagai pimpinan Lembaga Pengembangan Pondok Pesantren PWM dan sebelumnya juga sebagai pimpinan di lembaga Pendidikan Ulama Tarjih MUhammadiyah, satu lembaga yang khsusu memproduksi kader-kader ulama Muhammadiyah, yang oleh banyak kalangan bahwa di Muhammadiyah terjadi kelangkaan ulama. Peran HY sangat besar dalam lembaga ini, banyak mahasiswa yang menempuh pendidikan melalui PUT ini disebar ke berbagai pelosok Sulawesi selatan hingga di wilayah timur Indonesia untuk mencerahkan umat.
Secara rutin, di kampus PUT secara berkala dilaksanakan kegiatan kajian berbagai masalah aktual keumatan dengan menghadirkan banyak ahli dan pakar berbicara di hadapan para santri yang menempuh pendidikan di PUT. Misi HY sebenarnya ingin mengajarkan kepada para mahasiswa calon ulama ini tidak hanya menguasai dan memahami masalah agama saja, tapi pahami juga masalah aktual umat dan bangsa secara baik agar misi dakwah bisa tepat sasaran. Kita butuh kader seperti HY untuk menggerakkan ini agar integrasi keilmuan itu dapat dengan baik diletakkan pada para calon ulama muda melalui pendidikan PUT.
Pemberdayaan Umat Model HY
Gebrakan kemanusiaan yang paling mencolok dari HY adalah ekspansi kegiatannya ke sektor sosial ekonomi pertanian, khususnya pasca HY mengemban amanah sebagai Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PWM Sulawesi Selatan periode 2010-2015. Secara totalitas, HY menghabiskan waktunya untuk mengambil peran yang besar dalam pemberdayaan masyarakat petani melalui program unggulan Muhammadiyah. Aktivitasnya berat, karena harus memetakan dan membuat agenda program yang secara tepat untuk memastikan bahwa Muhammadiyah hadir untuk menfasilitasi kepentingan kaum marginal dan tersisihkan.
Gebrakan HY dalam bidang pemberdayaan dilakukan dengan advokasi terhadap kelompok yang terpinggirkan terutama buruh, tani dan nelayan dengan mendengarkan aspirasi dan permasalahnnya untuk diteruskan ke pihak pembuat kebijakan. MPM menjadi sarana bagi proses mediasi kepentingan publik dan pemerintah serta pihak swasta untuk memberikan perhatian dan dukungan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang termarginalkan.
Selama kepemimpinan HY di MPM, hampir setiap tahun dilaksanakan panen raya hasil pertanian masyarakat di Sulawesi Selatan, kegiatannya dihadiri oleh pemerintah dan PP Muhammadiyah, menunjukkan adanya pengakuan terhadap keberhasilan program MPM.
Kegiatan pemberdayaan MPM melintasi sekat-sekat primordial dan keagamaan, karena prinsip utamanya yakni meningkatkan peran serta masyarakat yang tersisihkan atau dalam bahasa Gayatri Spivak sebagai jurubicara bagi kelompok marginal dan tersisihkan. HY lebih senang menjadi pemain yang bisa merasakan denyut nadi kehidupan masyarakat bawah dan menjadi mediator yang meningkatkan partisipasi masyarakat.
Misi rahmatan lil’alamin menjadi titik star MPM, karena orientasi besarnya pada pemihakan yang melintasi sekat ideologi dan sekat primordial, oleh karena itu tepat apabila ada yang menyebut bahwa HY dapat disebut kader Muhammadiyah moderat yang wilayah pergaulannya melampaui sekat-sekat sosial, politik, dan ideologi. Misi MPM bagi HY yakni misi kemanusiaan dan transformasi sosial. Selamat jalan kanda, insya Allah tempat terbaik bagimu di sisi Allah SWT. Wallahu a’lam bi shawab.(*)