Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
ArsipMuhammadiyahOpini

Inilah Agenda Strategis Pemuda Muhammadiyah

×

Inilah Agenda Strategis Pemuda Muhammadiyah

Share this article
Munir Anshory

Oleh: Munir Anshory (Aktivis AMM Samboja, Kutai Kartanegara)

Di bawah kepemimpinan Dahnil Anzar Simanjuntak, Pemuda Muhammadiyah seperti menemukan kembali jati dirinya sebagai gerakan sosial yang tampil menggelorakan amar makruf nahi munkar. Bak sinar mentari yang terbit diantara panorama cerah berawan, binar dan kehangatan Pemuda Muhammadiyah kali ini amat terasa oleh segenap lapisan masyarakat, terlebih lagi bagi seluruh angkatan muda persyarikatan.

Tema kajian serta isu nasional yang terwujud menjadi gerakan moral oleh Pemuda Muhammadiyah beserta rekan sesama aktifis demokrasi, hukum dan kemanusiaan menjadi pencerahan untuk segenap elemen masyarakat. Pemuda Muhammadiyah mampu menjadi motor dan komponen pendobrak disaat tidak banyak organisasi pemuda lainnya menyuarakan Anti Korupsi, Kemanusiaan, Keadilan serta Dinamika Perekonomian Nasional.

Kemampuan Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dalam mengelola isu strategis dan pelaksanaan gagasan sebagai bentuk gerakan moral, adalah bukti komitmen terhadap prinsip dasar amar makruf nahi mungkar serta semangat fastabiqul khairat. Tentu tidak cukup dengan hanya berbangga pada eksistensi ortom persyarikatan ini. Pertanyaannya kemudian, apa yang telah atau akan dilakukan segenap kader muda persyarikatan diseluruh jajaran wilayah, daerah dan cabang? Apakah kita hanya bergegap gempita dan terpana atas fenomena ini, atau tergerak untuk ambil bagian dari tiap persoalan disekitar dan menjadi aktor dalam pergolakan di lapangan? Kemudian, apakah selepas kepemimpinan Dahnil Anzar Simanjuntak, perahu bernama Pemuda Muhammadiyah ini akan tetap garang dan tangguh di samudera, atau justru karam dengan segala penyebabnya?

Ditiap tingkatan pengurus tentu menghadapi persoalan beragam. Apalagi ketika berbicara Indonesia, problem sosial terbilang lengkap untuk dijadikan objek kajian dan lahan beramal. Memang tidak mudah dan cukup jika kemudian tiap kader melakukan aksi sosial hanya berdasar pada prinsip dan semangat yang telah disampaikan diatas. Tradisi berpikir dan bergerak sosial bukanlah fitrah setiap kader yang kemudian mampu berekspresi. Karna peran kader yang kemudian disebut ideologis dan militan itu tidak semuanya terbentuk oleh sistem internal. Tetapi juga hasil racikan dari wadah lain yang dia aktif di dalamnya, namun tetap loyal kepada Pemuda Muhammadiyah.

Agenda Strategis

Paling tidak ada 2 (dua) hal yang harus kita renungkan dan dijadikan pijakan atas pertaruhan eksistensi angkatan muda ini. Pertama, sejauhmana aplikasi dari sistem kaderisasi yang telah, sedang dan akan berjalan demi kelangsungan organisasi ini. Apakah sudah ideal untuk membentuk kader bangsa yang bermental kritis konstruktif serta mampu menjadi aktor sosial? Atau justru bersandar pada proses alamiah dengan mengandalkan kader-kader tertentu yang sudah jadi, karena  terbentuk sendiri di wadah lain dan tak dapat diprediksi kapan kader seperti ini terlahir kembali. Berbeda ketika proses kaderisasi yang berjalan secara disiplin dan berkesinambungan. Bekal yang didapat sejak IPM juga IMM, atau selama ber Muhammadiyah ditingkatan manapun akan maksimal secara Ideologis dan Militansi. Semua ini demi keberlangsungan Pemuda Muhammadiyah yang tampil secara konsisten kapan pun periodenya dan dengan siapa pun ketua umumnya, dalam membawa isu-isu serta aksi strategis demi menjaga marwah organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai universal.

Kedua, konsolidasi. Pemuda Muhammadiyah masih harus mematangkan konsolidasi pergerakannya. Antar tingkatan diberbagai wilayah, daerah maupun cabang, terlebih lagi antar kader. Dibeberapa tempat Pemuda Muhammadiyah memang tampil berbeda dengan gebrakannya. Namun di tempat lainnya masih ada yang perlu asupan motivasi dan gizi. Motivasi berupa pencerahan yang berkaitan dengan ideologi, wawasan kontemporer serta manajemen organisasi. Tiga hal tersebut paling tidak akan meneguhkan langkah organisasi agar semakin terukur dan terarah. Sedangkan gizi adalah material pendukung pergerakan. Ketika para mahasiswa pernah mengeluarkan sebuah joke bahwa “Logika Tanpa Logistik, Anarkis !”, itu adalah gambaran bahwa gagasan yang tidak ditopang oleh materi atau perangkat pendukung operasional, akan hilang terbawa angin. Terlepas materi itu datang dari kepedulian tiap-tiap anggota, pemasukan dari amal usaha pemuda yang berhasil dikembangkan, atau dari dermawan yang selau mendukung penuh agenda jihad fii sabillah.

Jika dua hal diatas mampu dimaksimalkan insya Allah optimisme kita pada peran Pemuda Muhammadiyah kedepan semakin kuat. Disetiap tingkatan mampu terlibat aktif dengan macam persoalannya dan berhasil mengambil peran demi kepentingan umum. Harapan seluruh kader agar mampu menerjemahkan kebijakan dan gerakan moral Pimpinan Pusat untuk diejawantahkan dimasing-masing tempat menjadi hal yang tidak begitu sulit.

Akhirnya, kita harus terus menyegarkan semangat amar makruf nahi munkar dan fastabiqul khairat. Serangan yang nampak maupun tidak dengan tujuan melemahkan para pembela kebenaran adalah sebuah keniscayaan. Eling lan waspodo adalah bentuk peringatan bagi kita untuk memperkokoh kaderisasi dan soliditas pergerakan. Memasuki abad kedua Muhammadiyah, menjadi tugas kita sebagai angkatan muda untuk menjadi pelopor, penerus dan penyempurna ikhtiar Menuju Peradaban Berkemajuan.

 

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply