Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Kehidupan Keluarga Mengahadapi Zaman Milenial

×

Kehidupan Keluarga Mengahadapi Zaman Milenial

Share this article

Oleh: Hazmi M. Manapa*

KHITTAH.CO, – Keluarga adalah salah satu tempat pertama ketika kita dilahirkan ke dunia. Selain itu keluarga juga merupakan tempat kita mendapatkan ilmu pengetahuan pertama, sehingga baik dan buruk perbuatan kita mungkin itu adalah hasil dari apa yang kita pelajari di dalam keluarga tersebut.

Terkadang banyak perspektif yang mengatakan bahwasanya seorang anak itu dibentuk oleh keluarga dan ada juga perspektif lain, misalnya dibantu oleh lingkungan. Namun di sini saya mungkin berbeda dengan mereka yang berpandangan seperti itu. Saya menilai aspek apa yang paling dominan maka itu yang memengaruhi si anak tersebut.

Bisa saja lingkungan dan bisa pula dari keluarga. Keluarga yang baik adalah keluarga yang mengajarkan dan mengarahkan anak-anaknya ke jalan yang baik, dan kita tidak pungkiri bahwasannya semua keluarga terutama orang tuanya si anak menginginkan anaknya tumbuh dan sehat menjadi seorang anak yang salih dan saliha. Tidak mungkin keluarga dan terutama orang tuanya menginginkan anaknya tumbuh besar menjdi anak yang tidak baik.

Keluarga yang menginginkan anaknya menjadi seorang manusia yang baik budi pekertinya haruslah memiliki banyak pengetahuan yang ia dapatkan dari keluarga sebelum ia menjalani hidup di lingkungan luar, termasuk melalui media social. Kita tidak menafikan bahwa masa yang akan datang pasti sangat berbeda dengan masa sebelumnya, karena banyak media yang akan dihadapi di masa depan. Di zaman yang akan datang pasti semua orang akan beradaptasi dengan perubahan zaman sebab kita sekarang hidup mengikuti zaman.

Semua orang pasti menginginkan anaknya hidup di zaman milenial dengan sukses di sekolah menengah sampai perguruan tinggi. Dan kemudian menjadi mudah mendapatkan pekerjaan dan hidup bahagia.  Semua orang tua pastinya rela berkorban demi melihat anaknya menjadi orang yang berpendidikan tinggi dan sukses di masa yang serba menggunakan media teknologi. Maka dari itu karakter dan kepribadiannya harus dilatih sejak ia masih kecil sehinga ia tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan luar.

Mengajar seorang anak menjadi anak yang baik menghadapi banyak cobaan, karena tidak mungkin juga kita mengajarkan dia selama 24 jam, itu juga pasti membuat dia merasa bosan karena masa kanak-kanak adalah masa yang ingin bersenang-senang dan ingin selalu bermain. Di sinilah ujian yang paling berat yang akan dihadapi oleh orang tau. Dan di sini juga orang tua harus memiliki banyak metode untuk mengajarkan anaknya, kalau orang tuanya tidak memiliki banyak motede maka si anak akan merasa bosan karena itu, dan itu saja yang dia ajarkan tidak ada beberapa maka degan sendirinya si anak merasa jenuh.

Di sini perjalanan keluarga untuk membuat anak-anak manjadi orang yang sukses itu sangatlah sulit kalau orang tuanya sendiri berjuang menginginkan anaknya sukses namun si anak tidak mengikuti kemauan orang tuan. Sukses dan tidaknya itu tergantung pada dirinya sendiri sebab dia yang menjalani hidupnya di dunia luar bukan orang tuanya, keluarga, atau teman-temannya. Dan di sinilah roda kehidupan itu berjalan ketika kita tidak mampu menjalaninya maka kita tidak akan bisa mendapatkan yang namanya kesuksesan. Menjadi seorang manusia yang sukses itu butuh yang namanya kerja keras dan tidak mudah berputus asa. Maka kita harus belajar seperti air sungai yang senantiasa terus mengalir, meskipunpun dihalangi oleh batu yang besar sekalipun ia akan mencari celah sehingga bisa terus mengalir.

Banyak keluarga yang mengajarkan anak-anaknya mengarah ke jalan yang baik namun apa yang diingin tidak sesuai yang diharapkan, maka dari itu kembali kepada diri mereka yang menjalani hidupnya. Banyak keluarga yang menginginkan melihat anaknya menjadi orang yang sukses namun keluarga tersebut kekurangan ekonomi atau tidak mampu membiayai sehinga anaknya tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Fenomena keluarga yang seperti sering terjadi di Indonesia.

Nah konflik seperti itu harusnya diperhatikan oleh pemerintah, karena si anak tersebut adalah salah satu peradaban yang akan membuat Indonesia lebih maju lagi. Kalau pemerintah fokus mengatasi konflik seperti itu maka di Indonesia pasti akan berkurang tingkat pengnguran. Kalau Indonesia sudah menjalankan program seperti itu, dan masih banyak keluarga yang mengeluh atas kurangnya ekonomi, sehingga anaknya tidak bisa menempuh ke jenjang perguruan tinggi?

Kemudian di sini kita harus menyalahkan siapa, kita harus menyalahkan pemerintah, keluarga atau si anak tersebut? Kalau kita menyalahkan pemerintah lantas bagaimana dengan kebijakan pemerintah yang mengeluarkan beasiswa untuk sekolah menengah sampai jenjang tinggi.

Konflik semacam ini sering terjadi di Indonesia namun kita sebagai bagian daripada peradaban haruslah keratif dan teliti melihat konflik seperti ini sehingga kita bisa mengatasinya. Konflik yang terjadi di keluarga tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia karena masalah seperti ini sering di apati oleh masyarakat yang berada di pedalaman. Maka dari itu pengetahuan yang harus menjadi dasar untuk menjdi seorang yang sukses adalah kembali kepada keluarga dan diri pribadinya sendiri. Sukses harus didukung oleh keluarga dan diri kita sendiri. Lantas  siapa lagi yang menjalani hidupnya kalau bukan kita maka dari itu keluargalah yang manjadi penagarah untuk ia menjadi seorang anak yang sukses di masa yang akan datang.

 

* Mahasiswa Sosiologi Universitas Muhammadiyah Makassar

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply