Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Kepemimpinan IMM: Dari Nilai Hingga Transformasi Gerakan

×

Kepemimpinan IMM: Dari Nilai Hingga Transformasi Gerakan

Share this article

Oleh: Fakhri (Sekretaris Bidang/Kader PC IMM Kota Makassar)

KHITTAH. CO – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai organisasi gerakan dan kaderisasi hari ini berdiri di tengah gelombang disrupsi yang begitu masif, ditandai dengan akselerasi teknologi, pergeseran nilai-nilai sosial, serta tantangan begitu kompleks yang terus bermunculan. Mulai dari isu kesehatan mental, ancaman degradasi moral, hingga polarisasi sosial-politik yang semakin merajalela di ruang digital. Kepemimpinan IMM hari ini tidak dapat dilepaskan dari dinamika zaman yang bergerak cepat. Oleh sebab itu, kader IMM dituntut untuk memiliki kapasitas kepemimpinan yang adaptif, transformatif, dan visioner.

Kepemimpinan IMM bukan sekadar berbicara tentang posisi struktural, melainkan tentang kemampuan menghadirkan nilai, keteladanan, serta arah gerak yang jelas bagi kader. Tantangan terbesar IMM hari ini bukan hanya mempertahankan eksistensi organisasi, melainkan memastikan kebermaknaannya di tengah fenomena sosial yang terus berubah.

IMM tidak boleh terjebak dalam ritual organisasi yang tidak substansial-hilang esensi, melainkan harus hadir dengan praksis yang relevan. Karena itu, kepemimpinan IMM hakikatnya bukan hanya soal manajemen organisasi, melainkan sebuah proses kaderisasi yang berakar pada nilai. Hal ini senada dengan pesan Bapak Perkaderan IMM, Jazman Al-Kindi, bahwa “keseharian kader adalah proses kaderisasi”. Kalimat ini seharusnya menjadi alarm pengingat bagi setiap kader untuk selalu merefleksikan diri dalam derasnya arus globalisasi.

Di tengah tantangan tersebut, kepemimpinan IMM perlu mengedepankan keberanian untuk melakukan terobosan. Stagnasi kepemimpinan hanya akan membuat organisasi kehilangan relevansinya. Maka, kader IMM harus mampu membaca arah peradaban, merumuskan strategi yang progresif, serta menjaga keutuhan nilai-nilai Muhammadiyah sebagai basis moral dan ideologis. Kepemimpinan IMM juga harus menempatkan kaderisasi bukan hanya sekadar rutinitas hampa makna, melainkan sebagai ruang pembentukan karakter yang kuat, kritis, dan berakhlak mulia.

Lebih jauh, kepemimpinan IMM hari ini diharapkan mampu melahirkan generasi kader yang tidak hanya berpikir lokal, tetapi juga berwawasan global. Kehadiran IMM di ruang publik, baik secara offline maupun digital, harus menjadi solusi dan inspirasi bagi problematika umat, bangsa, dan kemanusiaan. Dengan kepemimpinan yang adaptif, transformatif, dan visioner, IMM akan tetap menjadi rumah kaderisasi yang melahirkan insan intelektual, religius, dan humanis—sebagaimana cita-cita awal pendiriannya.

Dengan fenomena nyata yang kini dihadapi seperti halnya perkembangan Artificial Intelligence (AI) yang tidak hanya mengubah dunia kerja, tetapi juga memengaruhi cara berpikir dan pola hidup generasi muda. Jika kader IMM tidak mampu beradaptasi dengan cepat, maka akan tertinggal dalam arus perubahan teknologi. Begitu pula isu krisis iklim (climate change) yang menuntut generasi muda, termasuk kader IMM, untuk lebih peduli terhadap keberlanjutan lingkungan hidup. Di sisi lain, maraknya ujaran kebencian, hoaks, dan radikalisme digital di media sosial menjadi tantangan serius bagi kepemimpinan IMM untuk menghadirkan narasi alternatif yang mencerahkan, menyejukkan, dan membangun optimisme.

Di tengah mengalir derasnya arus informasi menandakan bahwa hari ini IMM telah menyaksikan dirinya tidak lagi berada pada ruang kekurangan informasi melainkan pada kondisi kelebihan informasi (obesitas informasi). Tantangan ini semakin berat karena tidak didukung oleh alat literasi yang memadai, ditambah dengan jebakan algoritma media sosial yang menciptakan filter bubble dan echo chamber. Inilah yang harus menjadi potret utama agar kader IMM tidak mudah terjebak pada dimensi riuh rendah netizen yang sering kali jauh dari basis keilmuan. Di sinilah kepemimpinan IMM dituntut mampu menghadirkan tradisi intelektual yang sehat, sekaligus membekali kader dengan kemampuan literasi digital yang kritis.

Kepemimpinan IMM juga harus mampu menghadirkan ruang pembelajaran yang berkelanjutan bagi kader. Organisasi tidak boleh hanya menjadi tempat singgah sementara, tetapi harus menjadi inkubator peradaban yang terus menempa intelektualitas, spiritualitas, dan moralitas kader. Melalui forum diskusi, kajian strategis, hingga aksi nyata di masyarakat, kepemimpinan IMM harus membangun kultur organisasi yang sehat dan produktif. Dengan demikian, kader IMM akan terbiasa berpikir kritis, berani mengambil keputusan, serta konsisten menjalankan nilai-nilai perjuangan.

Lebih jauh, kepemimpinan IMM hari ini tidak cukup hanya berorientasi pada internal organisasi, tetapi juga harus proaktif membaca arah peradaban. Dunia sedang bergerak menuju era global yang sarat kompetisi pengetahuan, teknologi, dan ideologi. Karena itu, IMM dituntut hadir sebagai kekuatan moral-intelektual yang mampu menawarkan gagasan alternatif, solusi konkret, dan model kepemimpinan yang membumi. Dengan positioning yang jelas dan praksis gerakan yang terukur, IMM dapat menjadi lokomotif perubahan yang menjaga marwah Muhammadiyah sekaligus menjawab tantangan kebangsaan dan kemanusiaan.

Konteks-konteks inilah yang seharusnya menjadi pijakan bagi kepemimpinan IMM hari ini. Kader tidak cukup hanya pandai beretorika di forum-forum internal, tetapi juga harus mampu mengeksekusi gagasan nyata di masyarakat. Kepemimpinan IMM harus menjadi jawaban atas keresahan generasi muda, sekaligus pembawa misi dakwah pencerahan di ruang-ruang strategis, baik akademik, sosial, maupun digital. Dengan cara itu, IMM akan tetap relevan, bukan hanya sebagai organisasi mahasiswa, melainkan sebagai teladan moral sekaligus motor penggerak perubahan sosial yang berpihak pada kemajuan umat dan kemanusiaan.

Hari ini, IMM ditantang untuk tampil sebagai laboratorium kepemimpinan. Kepemimpinan yang tidak hanya menjaga eksistensi organisasi, tetapi juga melahirkan generasi muda yang cerdas, kritis, berakhlak mulia, dan adaptif. IMM harus berani menjawab tantangan zaman, hadir di ruang digital tanpa kehilangan identitas, bergerak di tengah modernitas tanpa tercerabut dari akar ideologi.

Selain itu, kepemimpinan IMM hari ini juga harus mampu membangun kolaborasi lintas sektor. Di tengah realitas sosial yang semakin kompleks, IMM tidak bisa berjalan sendiri dengan mengandalkan kekuatan internal. Kader IMM harus membuka diri untuk bersinergi dengan berbagai pihak, baik organisasi kepemudaan, lembaga pendidikan, maupun komunitas masyarakat, tanpa kehilangan identitas ideologisnya. Kolaborasi ini penting bukan hanya untuk memperluas jangkauan gerakan, tetapi juga memperkuat perannya sebagai agen perubahan yang solutif di tengah persoalan bangsa dan global.

Lebih dari itu, kepemimpinan IMM harus senantiasa menjaga keseimbangan antara idealisme dan realitas. Idealisme menjadi kompas agar organisasi tidak kehilangan arah, sementara realitas adalah pijakan agar langkah gerakan tetap membumi dan solutif. Kader IMM harus mampu menjembatani keduanya dengan menghadirkan gerakan yang visioner sekaligus kontekstual. Dengan cara inilah, IMM akan selalu relevan, tidak hanya sebagai organisasi mahasiswa yang berorientasi internal, tetapi sebagai gerakan pencerahan yang berkontribusi nyata bagi umat, bangsa, dan kemanusiaan.

Pada akhirnya, kepemimpinan IMM bukanlah sekadar tentang siapa yang duduk di kursi struktural, melainkan tentang siapa yang benar-benar mampu menyalakan api perubahan. IMM harus tetap meneguhkan diri sebagai rumah kaderisasi, tempat tumbuhnya generasi muda yang “Anggun dalam Moral Unggul dalam Intelektual”. Tugas kita hari ini adalah menjaga kesinambungan nilai, merawat tradisi intelektual, serta mengakselerasi transformasi gerakan agar tetap relevan dengan tantangan zaman.

Jika kepemimpinan IMM mampu mengintegrasikan nilai, gagasan, dan aksi nyata, maka IMM akan terus hadir bukan hanya sebagai organisasi mahasiswa, tetapi sebagai mercusuar pencerahan yang menuntun arah umat, bangsa, dan kemanusiaan. Dari nilai hingga transformasi gerakan, kepemimpinan IMM adalah jalan panjang perjuangan yang harus terus dihidupi, diwarisi, dan diperjuangkan oleh setiap kader di manapun ia berada.

 

 

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner UIAD

Leave a Reply