Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Kepemimpinan Inklusif Melalui Diaspora Gerakan

×

Kepemimpinan Inklusif Melalui Diaspora Gerakan

Share this article

Oleh: Putri Nurhandayani (Aktivis IMM)

KHITTAH. CO – Konsep kesatuan pergerakan ikatan itu tidak lagi terlihat. Seakan konsep itu bukanlah suatu hal yang harus dipertahankan, sehingga yang terjadi pergerakan di ikatan mengalami “diaspora”, bukan dalam hal wilayah namun dalam ide dan bentuk pergerakannya. Diaspora pergerakan membawa ide dan bentuk pergerakan menjadi beragam (divers). Hal ini tidak seperti yang terjadi pada pengaruh globalisasi terhadap kebudayaan, di mana sebelumnya adalah hal yang beragam (divers) menjadi hal yang seragam (uniform). Sebaliknya globalisasi membawa  ide  dan  bentuk  pergerakan  yang   sebelumnya seragam (uniform) menjadi sangat beragam. Inilah yang terjadi ketika pergerakan telah dipengaruhi oleh faktor-faktor globalisasi.

Kemudahan akses informasi dan transportasi menghasilkan sebuah fenomena unlimited interconection yang membuat pergerakan di ikatan mampu “berdiaspora”. Salah satunya melalui komunitas sehingga beragam komunitas lahir dengan spesifikasi berbeda-beda. Beberapa telah mencerminkan adanya pergerakan yang inspiratif, Tetapi banyak juga yang kemudian tergabung dalam pergerakan sangat tidak produktif yang mana hanya berlatar belakang hobi dan kesenangan pribadi semata.

Di sisi lain globalisasi telah melunturkan semangat kesatuan aksi pergerakan. Tidak lagi peka terhadap isu-isu high politiK seperti pada masa reformasi.Sekalipun beragam pergerakan dirasa cukup mampu menyentuh isu-isu low politic seperti permasalahan pendidikan, kemiskinan, dan lingkungan, namun hal itu belumlah cukup. Pergerakan harus tetap mampu mempertahankan eksistensi melalui konsep kesatuan aksi, bukan malah berdiaspora sehingga semakin mengecilkan hard power.

Kepemimpinan menjadi bagian terpenting dalam organisasi baik di sektor privat dan sektor publik. Konsep ini menjadi semakin populer seiring dengan konsistensi temuan antara kepemimpinan dan efektivitas organisasi tu sendiri maupun kepuasan organisasi. Sedangkan kepemimpinan inklusif adalah proses proses kolektif yang ada pada setiap orang atau mewakili. Kepemimpinan inklusi suatu mekanisme untuk memberikan hak berbicara pasa suatu sistem dimana akan terjadi proses pengambilan keputusan melalui kesepakatan bersama.

Berbicara tentang kepemimpinan, tentu tidak akan ada habisnya. Mengingat konteks pembahasannya yang luas dan beragam. Ilmu tentang kepemimpinan akan terus mengalami pembaruan, bergantung pada kebutuhan dan pengalaman zaman. Salah satu topik kepemimpinan yang sering dibicarakan adalah kepemimpinan inklusif. Mengutip resources.workable, jenis kepemimpinan ini tak lain adalah kemampuan dalam mengelola sekelompok orang yang heterogen. Kepemimpinan inklusif termasuk dalam kepemimpinan otentik, lantaran memandang istimewa tiap anggota kelompok, tanpa memikirkan perbedaan warna kulit, ras, dan budaya. Ada enam kunci untuk menjadi sosok pemimpin inklusif.

Pertama, komitmen yang kuat; Lingkungan kerja yang beragam tetapi inklusif membutuhkan waktu dan energi, ketimbang sekadar memberikan instruksi kepada anggota. Namun, hasil kerja yang dicapai biasanya sangat luar biasa, bahkan melebihi target kerja yang dicanangkan. Tentu kondisi ideal ini hanya bisa dilakukan oleh pemimpin inklusif. Biasanya, pemimpin inklusif memiliki komitmen yang kuat dalam memimpin orang-orang dengan latar belakang yang berbeda Bagi mereka, memimpin orang-orang yang berbeda bukanlah beban. Malah, kegiatan ini merupakan investasi jangka panjang untuk kebaikan dan masa depan kelompok.

Kedua, berani; Pemimpin inklusif adalah mereka yang berani melawan arus kaku kelompok. Para pemimpin ini sangat menolak homogenitas berpendapat, karena dapat melemahkan gerak kelompok. Selain itu, pemimpin inklusif juga berani mengakui kalau mereka tidak memiliki jawaban atas semua pertanyaan yang diberikan orang-orang kepada dirinya.

Ketiga, cermat memilah; Pemimpin inklusif adalah mereka yang berani melawan arus kaku kelompok. Para pemimpin ini sangat menolak homogenitas berpendapat, karena dapat melemahkan gerak kelompok. Selain itu, pemimpin inklusif juga berani mengakui kalau mereka tidak memiliki jawaban atas semua pertanyaan yang diberikan orang-orang kepada dirinya.

Keempat, punya rasa penasaran yang tinggi; Seorang pemimpin inklusif adalah mereka yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Bagi mereka, ide-ide berbeda adalah sarana untuk belajar dan mengembangkan diri. Perspektif dan pendapat anggota kelompok meningkatkan kematangan pemimpin inklusif dalam mengambil keputusan. Keputusan yang diambil pemimpin inklusif membuat anggota kelompok merasa diwakili, dihargai, dan dihormati. Arus dan sistem kerja pun dapat berjalan secara efektif dan efisien, tanpa ada bias pandangan atau miskomunikasi.

Kelima, memiliki cultural intelligence yang mumpuni; Kemampuan ini biasanya dimiliki oleh pemimpin inklusif yang ekstrovert, suka baca buku, dan mudah berbaur dengan siapapun. Ketika dibenturkan pada lingkungan lokal yang berbeda, pemimpin inklusif ini akan menyesuaikan gaya bahasa dan perilaku dengan budaya setempat. Selain itu, mereka akan memahami bagaimana budaya sangat mempengaruhi perspektif dan pendapat anggota kelompoknya.

Keenam, senang berkolaborasi; Pemimpin inklusif sangat menyadari bagaimana partisipasi anggota kelompoknya sangat mempengaruhi keberhasilan kelompok. Ketidakhadiran dan keengganan anggota untuk aktif dalam kelompok merupakan hal yang sangat ditakutkan para pemimpin inklusif. Oleh karena itu, pemimpin inklusif akan menciptakan ekosistem yang positif, di mana seluruh anggota dapat berekspresi secara bebas. Mereka akan membuat kelompok dengan komposisi yang seimbang, dengan memperhatikan simpul merah antar anggota. Serta mencegah kemungkinan terjadinya konflik yang membahayakan masa depan kelompok

Pemimpin yang baik, sebaiknya menjadi teladan dalam memimpin adalah kepemimpinan Nabi (profetik). Keberhasilan kepemimpinan yang telah dibuktikan oleh Nabi Muhammad saw adalah selaku seorang pemimpin. Beliau adalah orang yang paling berhasil dan berpengaruh sepanjang masa.

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”(Q.S. Al Ahzhap/33 : 21)

Rasulullah saw merupakan sosok pemimpin yang sangat dicintai oleh umatnya, kepemimpinan Beliau tidak saja dalam bidang religiusitas sebagai seorang Rasul melainkan sebagai pembawa arrisalatul kamilah kepada semua manusia termasuk sebagai pemimpin umat serta sebagai perintis bentuk kepala negara yang ideal. Kapasitas kepemimpinan Rasulullah tidak hanya dalam bidang duniawi saja, akan tetapi kepemimpinan spiritual berjalan tanpa terjadi antara dominasi antara keduanya. Teladan sempurna yang menjadikan model, keunggulan serta kesempurnaan.

Elemen kepemimpinan inklusif memang tidak jauh dari gabungan antara transformational, servant, dan authentic leadership. Namun, kesadaran akan beberapa elemen penting berikut akan membantu para pemimpin masa depan untuk menjalankan fungsinya dengan lebih baik. Mereka perlu memiliki dua hal, yakni: (1) prinsip adil dan personal. Seorang pemimpin perlu benar-benar menghargai aneka ragam keunikan pribadi setiap anggota timnya. Pemimpin perlu memberikan perhatian yang adil dan merata kepada keunikan setiap individu dan menghalau stereotipe. Ia perlu membuat orang yang dipimpin merasa sebagai satu tim yang sama kedudukannya. Dan (2) semangat menebarkan keyakinan bahwa keragaman memang harus dihargai karena keberbedaan ide pasti membuahkan kreativitas yang lebih tajam. Untuk bisa menguatkan fokus pada keberbedaan individual tersebut, seorang pemimpin perlu menguatkan sejumlah karakter lagi. Contohnya, pemimpin harus berkomitmen menjadikan diversity dan inclusion sebagai prioritas bisnis, bukan sekadar nilai tambah.

Kemudian, pemimpin juga harus berani menjadi diri sendiri, mengakui kelemahan, dan menyadari kekuatannya tanpa memamerkan di hadapan anggota tim. Ia harus membuka pikirannya untuk memahami pandangan orang. Pada sisi lain, ia harus berani menantang ketidakberesan dan meningkatkan standar operasi secara berkesinambungan.

 

 

 

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner UIAD

Leave a Reply