KHITTAH.CO, MAKASSAR – Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PD PM) Kota Makassar, Muhammad Fauzan menyayangkan sikap Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah yang mengolok-ngolok penjual es teh. Terlebih, peristiwa itu terjadi di tempat pengajian.
Meski banyak yang membela Gus Miftah dengan dalih hanya prank, Fauzan menanggap ucapan Gus Miftah adalah hal yang tak patut. Sebab, ia adalah tokoh agama yang mestinya memberi contoh dalam bertutur kata yang baik.
“Sebagai seorang guru atau kiai, Gus Miftah bertanggungjawab menjaga ucapan dan tindakannya. Sebab umat Islam umumnya memandang ulama sebagai suri teladan,” kata Fauzan.
Terlebih, kata dia, seorang ulama atau kiai yang melakukan kesalahan bisa berdampak luas bagi masyarakat, khususnya umat Islam. Lalu, bagaimana sikap Pemuda Muhammadiyah menyikapi hal itu?
Pertama, bagi Fauzan, seorang guru, kiai atau tokoh agama dituntut untuk menjaga perkataan. Harusnya, yang keluar dari mulut tokoh agama adalah kata-kata baik, santun dan menyejukkan. Terlebih, Gus Miftah mengolok-ngolok bapak penjual es teh yang sedang bekerja, mencari nafkah, pekerjaan yang mulia karena dilakukan dengan cara halal.
Kedua, setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama di mata tuhan. “Karenanya seorang tokoh agama seharusnya menghormati semua orang tanpa memandang profesi, termasuk penjual es teh atau pedagang kaki lima,” kata Fauzan.
Ketiga, tokoh agama mesti menjadi teladan bagi umat atau suluh dalam gelap. Tindakan pun harus sesuai dengan ajaran agama yang disampaikan, sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.
“Meski memiliki ilmu agama yang luas, seorang tokoh agama harusnya tetap rendah hati dan tidak merasa lebih tinggi dari orang lain,” ujar Fauzan.
Disisi lain, Fauzan juga menyoroti Gus Miftah lantaran statusnya sebagai utusan Presiden RI, Prabowo Subianto. Prabowo sendiri, dalam pidatonya beberapa waktu lalu, sangat tegas dan menghargai semua jenis pekerjaan, salah satunya adalah pedagang kaki lima.
“Bagi Bapak Prabowo, pedagang kaki lima mencari nafkah dengan kerja keras dan halal,” kata Fauzan mengutip potongan pidato Prabowo.
“Ini jadi pelajaran bagi kita semua, bahwa tidak semua hal bisa dijadikan bahan guyonan,” tandas Fauzan.
Sebelumnya, viral di media sosial video Gus Miftah mengolok-ngolok seorang penjual es teh yang menjajakan dagangannya di acara pengajian di Magelang, Jawa Tengah.
“Es tehmu jik okeh ra? Masih, yo kono didol *** (Es teh kamu masih banyak atau tidak? Masih, ya sana dijual. Selanjutnya disensor),” ucap Gus Miftah dari atas panggung seperti yang terlihat dalam video viral. Sontak para jemaah tertawa.
“Dol’en ndisik ngko lak rung payu, wis, takdir (kamu jual dulu, nanti kalau belum laku, ya sudah, takdir),” lanjut Gus Miftah. Saat itu kamera menyorot ke sosok penjual es teh, pria yang menjunjung kayu alas dagangannya di atas kepala.
Pengacara Gus Miftah Buka Suara
Pengacara Gus Miftah, Herdian Saksono buka suara usai video berdurasi 46 detik itu viral di jagad maya. Ia menegaskan Gus Miftah hanya bercanda.
“Itulah Guyonan, atau gaya bahasa dalam penyampaian syiar, dalam penyampaian sebuah cerita yang dimaknai dengan pertanda-pertanda. Menurut Gus itu merupakan intermeso dan menarik perhatian para khalayak ramai,” kata Herdian Saksono, Selasa, 3 Desember 2024.
Gus Miftah Minta Maaf dan Kunjungi Penjual Es Teh
Melihat reaksi masyarakat, Gus Miftah langsung menyambangi kediaman pedagang es teh bernama Sonhaji yang ia olok-olok saat pengajian. Ia mengunjungi Sonhaji dalam rangka meminta maaf.
Kepada Sonhaji, ia mengaku perkataannya yang viral itu hanya candaan. Tak ada maksud menghina profesi atau pribadi Sonhaji.
“Saat itu niatnya guyon tapi disalahpersepsikan. Tapi apapun itu, aku minta maaf,” kata Miftah saat di kediaman Sonhaji, Rabu, 4 Desember 2024.
Menanggapi lawatan Gus Miftah, Sonhaji pun mengaku telah memaafkan perkataan dia.