KHITTAH.CO, Gerakan Ekonomi Muhammadiyah sesaat lagi tidak hanya wacana. Langkah konkretnya, Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata (MEBP) dan Lembaga Pengembangan UMKM Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel akan menghelat satu agenda besar yang mengumpulkan para pelaku bisnis dan UMKM di Makassar.
Gerakan ekonomi Muhammadiyah oleh MEBP dan LPUMKM akan menggandeng Pusat Inkubasi Bisnis Syariah (PINBAS) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel. Kolaborasi itu untuk menghelat Makassar Islamic Fest (MIF) dan Muhammadiyah-MUI Expo 2024, pada Juli–Agustus 2024 mendatang.
Ketua MEBP PWM Sulsel Andi Jam’an mengungkapkan, kolaborasi itu serius dan bertekad bulat untuk menghelat agenda besar tersebut. Karena itulah, pihaknya telah menggandeng event organizer sebagai pelaksana teknis. Panitia juga sudah tiga kali rapat.
Tidak hanya itu, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel, Mustari Bosra bersama pengurus MEBP dan LPUMKM, tiga pekan belakangan ini, sudah berkeliling daerah untuk menyosialisasiakan agenda itu.
“Kami pake nama MIF supaya jangkauannya lebih luas. Itu juga berdasarkan saran event organizer yang sudah bekerja sama dengan kami, yang sudah berpengalaman mengadakan ekspo-ekspo besar,” kata dia saat berkunjung ke Kantor PDM Parepare, 3 Februari 2024 lalu.
Agenda besar itu menargetkan untuk menghadirkan 200 stan. “Ini wujud konkret dari visi gerakan ekonomi Muhammadiyah dengan mempertemukan saudagar, pengusaha muslim di Makassar,” tegas Direktur Politeknik Muhammadiyah Makassar itu.
Mustari dan rombongan telah mengunjungi hampir semua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM). Ungkap dia, PDM yang tersisa adalah Luwu Utara dan Luwu Timur. Terakhir, bersamaan dengan Parepare, rombongannya mengunjungi PDM Enrekang, Tana Toraja, dan Toraja Utara.
Tidak hanya perihal MIF, pihaknya juga menyosialisasikan perihal hasil penjajakannya dengan pengelola Logmart dan Surya Mart. Muhammadiyah Sulsel bertekad untuk memasifkan gerakan dua unit bisnis milik Persyarikatan itu.
“Alhamdulillah, dalam waktu dekat, itu sudah bisa kita wujudkan. Apalagi, sekarang syaratnya sudah lebih mudah. Dahulu, harus ada 10 titik di satu daerah baru kita bisa buka, sekarang sudah tidak,” ungkap Mustari Bosra.
Kini, lanjut dia, syaratnya asal ada satu perusahaan yang bersedia untuk menjadi, Logmart dan Surya Mart sudah bisa dibuka.
Pihaknya berharap, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) di Sulsel juga mendukung dengan menyosilisasikan keberadaan unit bisnis itu jika sudah berdiri.
“Saya pikir, bahkan lebih dari sosialisasi. PDM menjadi distributor komoditi yang ada di Logmart ke warung-warung milik warga Persyarikatan,” ungkap dia.
Dukungan PDM untuk Gerakan Ekonomi Muhammadiyah
Saat berkunjung di PDM Wajo, Tidak hanya LogMart dan Surya Mart, Wakil Ketua MEBP PWM Sulsel Anwar Enre menambahkan, berdasarkan hasil rakernas dan rakerwil, Muhammadiyah Sulsel juga akan mendirikan perusahaan holding yang akan membawahi sejumlah unit usaha milik Persyarikatan.
Atas itu, PDM Wajo menyambut gembira. Ketua Andi Pallawarukka menyadari bahwa warga Persyarikatan di Bumi Sutera itu rata-rata adalah pebisnis. Mereka mesti diwadahi dan gerakan yang akan dilakukan MEBP dan LPUMKM, kata Pallawarukka merupakan langkah tepat.
Demikian pula sambutan Sekretaris PDM Palopo, Hadi Pajarianto. Guru Besar UM Palopo itu berharap, gerakan tersebut menjawab masalah kronis Persyarikatan. Ia menyebut Muhammadiyah belum mengerjakan tiga hal, salah satunya ekonomi bersama bidang politik kekuasaan dan kebudayaan.
Terakhir, Wakil Ketua PDM Enrekang yang juga Rektor UNIMEN mengaku pihaknya sudah lama menanti adanya logmart. Pihaknya pernah datang langsung ke Suara Muhammadiyah untuk membuka Logmart tapi syaratnya berat.
Namun, tegas dia, kalau sudah ada jalan keluar seperti itu, Enrekang bisa menyambut itu. “Mungkin usaha-usaha pribadi bisa menangkp itu. Kita bisa lobi itu, kalau harganya lebih murah kalau dapat dari kita, pasti mereka akan beralih,” kata dia.
Kami berharap ini bisa segera disambut, kalau memang sudah ada perusahaan seperti itu, saya pikir, PUTM bisa urunan untuk mewujudkan itu.
“Terlambat kita pikirkan ekonomi ini. Saya pernah ke provinsi muslim di Thailand, di sana yang menggerakkkan perekonomian itu orang Islam, beda dengan kita di sini, sebagian besar ekonomi kita digerakkan oleh bukan kita,” tandas dia.