Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BeritaMuhammadiyah

Majelis Dikdasmen dan PNF PP Muhammadiyah: Jika Ingin Pendidikan Maju, Teladani Ahmad Dahlan

×

Majelis Dikdasmen dan PNF PP Muhammadiyah: Jika Ingin Pendidikan Maju, Teladani Ahmad Dahlan

Share this article
Pembina Upacara Hari Guru Nasional sekaligus anggota Majelis Dikdasmen dan PNF PWM Sulsel, Sarifuddin Kulle, di Kompleks Perguruan Muhammadiyah Cabang Makassar. (Sumber foto: AHZ)

KHITTAH.CO, MAKASSAR – Ketua Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Non Formal (Dikdasmen dan PNF) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Didik Suhardi,  menyebut pendidikan bakal kuat dan maju jika meneladani pendiri Persyarikatan, Ahmad Dahlan.

Menurut dia, sosok Ahmad Dahlan adalah guru hebat yang meninggalkan banyak hikmah dan pelajaran.

“Paling sedikit ada tiga hal yang bisa dipetik dari Ahmad Dahlan,” kata Didik pada draft sambutan yang dibacakan Anggota Majelis Dikdasmen dan PNF PWM Sulsel sebagai Pembina Upacara, Senin, 25 November 2024.

Sarifuddin membacakan draft itu pada pelaksanaan Upacara Hari Guru Nasional di Kompleks Perguruan Muhammadiyah Cabang Makassar. Peserta upacara yang hadir adalah guru-guru sekolah Muhammadiyah dari Gowa, Makassar, dan Maros.

Lalu, apa yang dilakukan Ahmad Dahlan sehingga institusi pendidikan Muhammadiyah tetap eksis hingga hari ini?.

Pertama, sebagai seorang guru, agar hebat, mestilah menjadi pembelajar sepanjang hayat. Artinya, seorang guru, baik usia muda maupun tua, tidak boleh berhenti mempelajari hal baru.

“Ahmad Dahlan tidak pernah berhenti belajar, baik dari lingkungan sekitar maupun dari pengalaman hidup,” tegas Sarifuddin.

Disisi lain, Ahmad Dahlan juga memandang perlu bagi guru agar tak merasa ‘selesai’ atau ‘lengkap’. Dengan begitu, dalam rangka pemenuhan kapasitas dan profesionalisme, guru cenderung berinisiatif untuk mengembangkan diri.

“Pengembangan guru adalah suatu rangkaian pembelajaran dan pengalaman. Itu berlangsung seumur hidup dan terikat seumur hidup,” kata dia.

Kedua, guru hebat selalu berkeinginan untuk melakukan perubahan. Sebab, dunia terus berubah, yang berarti institusi dan dinamika pendidikan juga berkembang.

Hal itu sebagaimana Ahmad Dahlan memberi contoh pada awal abad ke-20.

Saat kebanyakan orang di Yogyakarta, kala itu, masih cenderung menggunakan cara lama, Ahmad Dahlan dengan berani menawarkan perubahan.

Ahmad Dahlan melihat pentingnya pendidikan yang modern dan inklusif. Ia menyadari bahwa generasi pelanjut tidak boleh hanya fokus pada ilmu agama, tetapi juga pengetahuan, teknologi dan keterampilan hidup.

Buktinya, Ahmad Dahlan kala itu, sudah menggunakan meja dan kursi dalam mendidik anak-anak, ketimbang dengan ruang belajar lain yang masih duduk bersila.

Selain itu, Ahmad Dahlan juga telah menggunakan peta dalam menentukan arah kiblat. Meski dibantah habis-habisan oleh masyarakat dan tokoh agama setempat, ia tak gentar.

Sebab, ia yakin, seorang pebelajar, termasuk guru, adalah agen perubahan. Ahmad Dahlan juga percaya bahwa seorang guru memiliki potensi untuk membentuk masa depan suatu bangsa.

Ketiga, guru yang hebat, menurut Dahlan, harus mengajar dengan hati.

“Sebagai guru, beliau tidak hanya fokus pada transfer ilmu, tetapi juga membentuk karakter murid-muridnya. Beliau ingin umat Islam tidak hanya pintar secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlak yang mulia,” terang didik.

Atas alasan itulah, Ahmad Dahlan didapuk sebagai sosok peletak prinsip pendidikan yang holistik dan berkemajuan.

“Semoga beliau terus kita nyalakan untuk menjadi guru yang hebat, dan membawa Indonesia menuju masa depan yang gemilang,” tandas dia.

Majelis Dikdasmen dan PNF PP Muhammadiyah Komitmen Sejahterakan Guru

Usai paparan soal sosok Ahmad Dahlan sebagai kiblat guru, Didik melanjutkan pembahasan dengan pengakuan bahwa menjadi guru Muhammadiyah memang bukan hal mudah.

Di beberapa tempat, tulis Didik, masih ada guru yang mengabdi dengan keterbatasan fasilitas dan sarana belajar. Termasuk juga standar bayaran yang masuk kategori belum layak.

Menyadari hal itu, Majelis Dikdasmen dan PNF PP Muhammadiyah menaruh perhatian besar. Selain upaya peningkatan kompetensi, hal yang paling penting adalah kesejahteraan guru.

“Alhamdulillah, berbagai pelatihan guru dan kepala sekolah telah kita intensifkan. Kita juga telah menginisiasi Program Peduli Guru dengan memberi bantuan insentif bagi guru di daerah tertinggal. Insyaallah ikhtiar ini akan terus kita kembangkan,” janji Didik.

Di akhir naskah, Didik menyelemati para guru Muhammadiyah. “Semoga bapak dan ibu guru Muhammadiyah yang sangat luar biasa, dimanapun berada terus diberikan kesehatan, kekuatan, dan kesabaran. Agar terus memberi inspirasi bagi anak-anak Indonesia tercinta,” tutup dia.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply