Oleh: Bella Febri Ana
Persyarikatan Muhammadiyah sebagai salah satu rrganisasi masyarakat (ormas) terbesar di Indonesia, juga merupakan lahan yang sangat subur sebagai ranah aktualisasi anak mudanya. Muhammadiyah dikenal sebagai ormas yang begitu identik dengan perkaderan. Kader yang notabenenya adalah pemuda merupakan aset penting persyarikatan yang mutlak harus dijaga keberlangsungan dan regenerasinya. Karena Muhammadiyah percaya bahwa wajah pemudanya saat ini adalah cerminan masa depan Muhammdiyah.
Di kalangan anak muda, Muhammadiyah dikenal dengan semboyan yang selalu digaungkan untuk terus menggugah semangat anak mudanya. Semboyan itu ialah fastabiqul khairat. Semboyan ini bukan sekadar semboyan, lebih dari itu merupakan suntikan spirit yang mampu memacu jiwa seorang kader atau pemuda untuk selalu berusaha tampil sebagai pemenang. Tentunya dalam koridor kebaikan menurut syariat. Itulah yang dipahami oleh mayoritas umat Islam. Identifikasi potongan ayat yang mengandung kalimat fastabiqul khairat ada dua di dalam Al-Qur’an.
Pertama terdapat di Surat Al Baqarah ayat 148 dan kedua dalam surat Al Maidah ayat 48. Semboyan ini juga sekaligus menjadi ciri khas kader muda Muhammadiyah.
Di dalam kitab tafsir Jalalain, dikatakan bahwa makna dari fastabiqul khairat ialah: segera menaati dan menerimanya. Kemudian di dalam tafsir Al Qurthuby diartikan bahwa: bersegeralah kalian kepada ketaatan. Lalu kemudian di dalam tafsir Ibnu Katsir, dimaknai sebagai: ketaatan kepada Allah dan mengikuti syariatnya.
Berangkat dari semboyan fastabiqul khairat kebanggaan kader IMM ini, menurut hemat saya ada 3 sifat dan karakteristik yang seyogyanya harus dimiliki kader muda. Tiga karakteristik itu di rangkum dengan sebuah konsep kecil yang disingkat 3K. 3K di sini berbeda dengan 3K yang biasa terpampang di daftar menu warung kopi. Akan tetapi 3K yang dimaksud di sini ialah:
- Kompetitif dengan mengedepankan kolaborasi,
- Koridor kebaikan, dan
- Konsisten dan
Lalu bagaimana semestinya seorang kader mengkritik dan berpihak? Tentunya dengan jalan hikmah dan mauidzoh hasanah serta senantiasa berpegang teguh kepada prinsip dan tidak keluar dari koridor kebaikan.
Tiga hal ini merupakan pengejawantahan dari semboyan fastabiqul khairat. Apabila 3K ini senantiasa menjadi karakter dari kader muda Muhammadiyah, maka fastabiqul khairat bukan lagi sekadar semboyan yang hanya bisa diteriakkan dalam forum aksi maupun diskusi. Akan tetapi telah meresap dalam diri setiap kader dalam segala tutur- kata dan tindak-tanduk. Sehingga kelak akan berimplikasi secara nyata terhadap kemajuan persyarikatan Muhammadiyah di masa yang akan datang.
Ustadz Muhammad Utama Al Faruqi, mantan sekretaris Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Arab Saudi, dalam tulisannya yang berjudul “Memaknai Fastabiqul Khayrat” mencatat beberapa hal penting yang harus dipahami oleh kalangan muda Muhammadiyah dalam semboyan fastabiqul khairat ini.
Di antaranya ialah harus dipahami bahwasanya berlomba-lomba dalam hal kebaikan dan amal shalih tidak boleh ditunda-tunda dan harus tersistem secara rapi dan teratur. Kemudian juga dikatakan bahwa fastabiqul khairat haruslah diiringi dan diikuti oleh sikap istiqomah dan konsistensi dalam berbuat kebaikan. Maka merupakan sebuah kekeliruan ketika seorang kader Muhammadiyah ber-fastabiqul khairat namun mengesampingkan sistem yang rapi dan konsistensi dalam beramal shalih.
Fastabiqul khairat bukan sekadar semboyan yang hanya digaungkan belaka. Bukan pula sekadar kutipan ayat penutup pidato atau ceramah yang biasa dibawakan oleh kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Lebih daripada itu, spirit dan motivasi yang dikandung semboyan itu haruslah terus mengalir dan menjadi karakter diri yang dimiliki oleh seorang kader. Lalu bagaimana langkah internalisasi pemaknaan dan ruh fastabiqul khairat ke dalam jiwa dan sanubari setiap kader? Inilah Yang menjadi tantangan bagi semua elemen umat khususnya para kader Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM).
Hakikat manusia sebagai hamba Allah SWT adalah menjalankan semua perintah-Nya. Dengan menjalankan perintah Allah, seorang hamba akan senantiasa berfokus pada perbuatan baik dan positif.
Ada banyak perbuatan baik yang bisa dikerjakan. Karenanya, umat Muslim dianjurkan untuk fastabiqul khairat, atau berlomba lomba dalam kebaikan. Berlomba – lomba dalam kebaikan akan membawa Muslim pada ridho Allah SWT . Selain itu, ia juga akan dikumpulkan bersama di hari kiamat dengan orang-orang yang shalih.
* Mahasiswa Semester 3A S1 Kebidanan Universitas Aisyiyah Yogyakarta.