Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
LiterasiOpini

Manusia dan Sebelum Permainan Topeng

×

Manusia dan Sebelum Permainan Topeng

Share this article

Oleh: Ermansyah R. Hindi*)

*) ASN Bappeda/Sekretaris PD Muhammadiyah Turatea Jeneponto

Bagaimana permainan ini diungkap dan berlaku? Kita mengetahui bahwa beberapa pembicaraan tentang kebijakan institusional melalui pemberlakuan protokol bagi setiap orang dalam wilayah pandemi. Hal yang membuat sebagian pihak tidak mengerti pada pihak lain sebagai penyokong dan pemain menyangkut larangan pada satu tindakan pihak sekaligus pelanggaran pada tindakan yang lain. Aturan umum berlaku melalui interaksi bagi siapa saja, sehingga masih berlaku suatu ungkapan, dimana seorang wasit mengatur para peserta selama permainan berlangsung. Tetapi, kenyataannya wasit justeru menjadi pemain. Kita dapat membayangkan bagaimana kacau balau  jalannya permainan, jika wasit merangkap pemain. Padahal dalam permainan berlaku bagi siapa saja sebuah aturan umum. Pembuat kebijakan tertinggi secara institusional mesti melihat suatu aturan umum yang dibuatnya untuk menghapus campur ‘tangan tersembunyi’ yang melibatkan wasit atau pengatur, yang membuat pelanggaran justeru datang dari wasit yang menggelar suatu tontonan. Sementara para peserta akan dikenakan sanksi jika perintah dilanggar dengan berbuat sesuatu kegiatan di tempat umum. Di sini permainan muncul di saat wasit memiliki alasan untuk berbuat bagi sesama di tengah pandemi melanda dunia. Peserta permainan melihat tidak ada niat baik dari apa yang telah dinyatakan oleh wasit atau pembuat kebijakan secara institusional.  

 

Suatu hal yang sangat aneh, jika wilayah pandemi melibatkan permainan. Bergelimpangan orang yang terjangkit virus yang dibutuhkan adalah pencegahan penularan dan bagaimana cara penyembuhannya. Pandemi apalagi banyak korban darinya bukanlah permainan. Bukan saja ada keputusan yang dipandang rasional yang ditempuh oleh aparatur negara, tetapi perhatian bersama juga pada aturan umum dan dampak yang ditimbulkan oleh pandemi tanpa permainan. Mungkin aparatur negara menganggap wilayah pandemi masih ada celah untuk melakukan suatu kegiatan sebagaimana halnya apa yang diinginkan masyarakat dalam upaya pencegahan penularan virus, tetapi justeru menuai kritikan dan pandangan negatif atas obyek tontonan. Mode pemikiran dari kalangan kritikus cukup sederhana, bahwa wasit atau apatur negara memberi contoh yang baik dan masyarakat akan mengikutinya. Cobalah ada kesempatan bagi kita memerhatikan pernyataan terutama melalui media. “Menyuruh rakyat mencegah penyebaran virus corona dengan menjaga jarak, tetapi foto konser dari institusi itu sama sekali tidak diterapkan pembatasan jarak”. “Kami sudah rela dirumahkan hampir tiga bulan demi menaati pembatasan sosial berskala besar. Dan ujungnya begini. Berkumpul bagi-bagi virus. Terserahlah Anda. Negeri ini terserah”. Kita juga mengetahui, suatu tindakan dari pengambil kebijakan yang kontroversial akan menciptakan arus kritikan yang berlipat ganda menjadi topik pembicaraan yang hangat melalui media yang sulit untuk diinterupsi ledakannya keluar. Hanya melalui pembalikan sebuah permainan akan nampak dimana ujung pangkalnya. Disitulah permainan tanpa nama menyelubungi aturan.

 

Permainan yang dimainkan, tetapi ia bukan suatu permainan kotor dengan aturan sewenang-wenang dan mengambang bebas, yaitu permainan suatu kepentingan pada bencana. Massa telah dihipnotisasi dan diideologisasi secara bebas sehingga kekuatan mereka menjadi mangsa yang hidup dari ‘teori kemungkinan’. Tetapi, sekarang mereka dijinakkan seluruh pikiran, amarah dan permainan yang dimainkan dengan kebenaran politik. Mereka sedang bermain seperti itu pula mereka telah mengajar bermain, berspekulasi pada kamera atau layar virtual dengan citra yang mempesona.

 

Keputusan yang diambil oleh penentu kebijakan bukanlah lantaran mereka mengatur sebuah pertunjukan, mereka menjalin rekan dan korban dalam permainan. Di tempat lain, interlokutor jika tidak selalu, ia sering menentang ketika mereka menjadi sadar atas sebuah permainan dari yang mereka telah gambarkan celah yang tersembunyi.

 

Bagaimanapun disini,  kita memiliki sesuatu yang sangat menarik. Pertama kali, sedikitnya dalah satu dari rekan dalam diskusi secara penuh sadar siapa homo philosophicus, apa yang dia lakukan dan apa yang istimewa tentangnya. Kedua, tidak hanya dia mengetahui tentang homo intellectus dan menyetujui permainannya. Tetapi, lainnya, homo faber tidak mengetahuinya, juga setuju dan bersedia dan ingin memasuki suatu permainan yang mana mengambil tempat untuk bermain. Penerimaan atas permainan ini bersama-sama akan menjadi rekan dan target permainan dan terhadap  kebahagian tentunya meluas dan menyetujui korban dengan menunjukkan sangat jelas pada titik campur tangan homo philosophicus. Betul-betul homo philosophicus mengatakan, dapat menyetujuinya, bahwa dia mengajukan pertanyaan pada lainnya akan dijawab. Kita masih berpikir bahwa kita berada dalam ranah kompetensi. Homo philosophicus akan berkata: Siapa guru Anda,  atau bagaimana Anda dilatih untuk berani dan kemampuan bekerja yang menjunjung tinggi sportifitas dapat membuktikan kontribusi Anda dan pandangan yang Anda berikan? Tetapi baru setelah homo philosophicus mengusulkan tiba-tiba homo intellectus lainnya menyela dan mengatakan: Jangan kira bahwa hal-hal yang beginilah akan dihasilkan. Aku mengetahui homo philosophicus dan aku mengetahui secara sempurna apa yang akan dia lakukan. Aku sadar apa yang terjadi ketika seorang termasuk kelompok tertentu dan institusi menjalin diskursus dengan homo philosophicus. Dia mengatakan secara tergesa-gesa bahwa dia menyetujui permainan itu, bahwa dia dulunya juga begitu sebagai pemainan. Akhirnya, dia menikmati sebuah permainan dalam kelompok homo philosophicus. Dalam ajang berikutnya, mereka mengatakan: “kami tidak berlawanan sekranga dengan homo philosophicus untuk mendiskusikan sesuatu diantara kami melalui cara yang dia sukai”. 

 

Lebih dahulu dahulu melakukan sesuatu melalui homo intellectus, berdasarkan pengetahuan dari homo philosophicus, kebajikan dan persahabatan yang apa dia rasakannya, kekeluargannya  bersama dengannya. Homo intellectus menambahkan persetujuan. Dia tidak mengetahui homo philosophicus dengan baik dan dia tidak semuanya terbiasa dengan cara percakapannya, tetapi pada akhirnya dia setuju, dengan alasan yang segera kita akan lihat. Terhadap pertanyaaan homo philosophicus ingin diletakkan padanya dan mungkin mengubahnya dengan mengadakan dialog. Dan jika homo intellectus tidak suka, dia tidak mengetahui persisnya bagaimana yang demikian akan didapatkan. Dia dengan tegas setuju terhadapa eksperimen: “Dia memiliki kehendak baik”, ya aku menyetujui”. “Aku mengundang Anda (homo philosophicus) untuk mengajariku”. Dia akhirnya mencampurinya, dia lebih dahulu mendiskusikan dengan mengatakan: “Jadi berbicara bebaslah, berbicaralah, katakan apa yang Anda suka tanpa pertimbangan apa dampaknya pada yang lain”.  Kita memiliki perjanjian suatu keterusterangan berbicara. Seseorang akan berbicara terus terang dan secara bebas, mengatakan semua apa yang dia katakan dari apa yang dia suka.S Sebagaimana yang lainnya, mereka tidak akan bereaksi, sepertinya begitu sering kasus tertentu dalam ranah politik atau sebelum seseorang berbicara terus terang. Ia sangat mengganggu, lebih terbuka, menjadi marah. Mereka mungkin akan menghukum pemikiran dari seseorang menyalah-gunakan keterusterangan berbicara di ruang terbuka dengan sorotan lensa kamera dari depan.

 

Sedikit, aturan tanpa permainan dimainkan oleh fotografer juga menjadi obyektif, permainan besar dari fotografer telah berakhir. Daya tarik telah mati. Sekarang, sesungguhnya seseorang sangat susah menemukan subyek atau semua obyek, ketika mereka berbicara terus terang tidak bersekongkol dengan lensa kamera.

 

Kita sekarang mengetahui bahwa interlokutor utama menyetujui, apa yang akan terjadi? Dan permainan yang disetujui homo intellectus, sebab mereka akrab dengan para aktor lainnya sesuai skenario permainan sebelumnya disepakati. Bersama semangat besarnya, dia menyetujui sebuah  permainan. Akankah homo philosophicus bermain? Sudah tentu, homo intellectus atau seseorang mengetahui aktor lain di balik layar permainan, yang akan menyingkap selubung satu permainan keterusterangan berbicara. Disinilah apa yang dia katakan pada homo intellectus lainnya: “Sebab telah nampak padaku bahwa Anda tidak mengetahui jika Anda termasuk pada kelompok yang mesra dan institusi negara yang melakukan diskursus dengan seorang homo philosophicus. Apa Anda miliki jika Anda lebih dahulu memulai permainan? Anda adalah kekuatan untuk mengatasi diri Anda sendiri yang digambar dengan perbincangan. Jenis kehidupan yang menuntun Anda sekarang seperti mereka menuntun dirinya dari masa lalu. Ketika mereka mencari titik ini, homo philosophicus tidak membiarkan mereka pergi sebelum seseorang bergeser cepat dari tempatnya yang berbeda. Seorang aktor lain menggunakan karakter dan mengetahui bahwa seseorang tidak dapat menghindari dari jalan yang sama. Diskursus tentang permainan mesti diketahui oleh lintas aktor bahwa kita tidak akan melepaskan diri dari kenyataan. Sebab mereka atau aktor menikmati permainan bersama kelompok atau institusi resmi yang sama sekali tidak menghiraukan mana baik atau buruk, yang penting berbuat sesuatu.

 

Keterusterangan apa yang akan dibicarakan? Apa yang ditulis homo philosophicus? Mereka tidak akan berbicara tentang kompetensi; mereka tidak akan berbicara teknis. Semuanya akan berbicara hal lain, yaitu mode kehidupan atau mode wujud nampak esensial yang berhubungan mendasar praktik berbicara kebenaran. Berbicara kebenaran dalam kenyataaan seseorang yang peduli untuk menanyakan mode kehidupannya, meletakkan mode kehidupan dengan ujian yang mungkin diakui sebagai kebaikan di saat pihak lain menolak dan mengutuknya.

 

Lebih dari kata pada akhir teks yang memenuhi tanda. Setiap tanda kuasa dengan teks yang dimilikinya mengontrol teks publik, suatu arus yang tidak terpikirkan ternyata disalurkan melalui pembentukan relasi yang dimainkan. Homo philosophicus mengetahui celah dan alur, peluang dan aturan merupakan logika permainan menuju puncak permainan baru. Setelah permainan tanpa aturan ditaklukkan dalam pertukaran strategi dan skenario, nampaknya tidak ada sebuah permainan berbahaya melalui titik permainan untuk menulis. Tuduhan, manuver, serangan balik, membunuh rival sebagai sahabatnya tidak menjamin permainan berakhir, suatu permainan dalam permainan. Barangkali karena kekuatan akal bulusnya tidak tersalurkan, akhirnya merenggut rekannya sendiri merupakan cara untuk menyelesaikan sengketa. Siang dan malam tidak dapat ditukarkan dengan suatu permainan; dari catatan harian membalas kenekatan khayalan terjun ke kancah baru dengan apa yang disebut keinstanan dan kedalaman yang dangkal mencurigakan. Permainan dialamiahkan, strategi dikonsolidasikan, dan oto-produksi perbincangan sengit antar aktor, yang diminiaturisasi dalam teks kuasa dan menyebar ke setiap regulasi, tanpa permainan. Disinilah, tanda kuasa adalah permainan abstrak. Dalam sistem kuasa, rangkaian prosedur dan regulasi dibuat begitu adanya sebagai mekanisme kerja supaya permainan lebih leluasa bergerak. Setiap prosedur dan regulasi disusun dengan kalimat demi kalimat memiliki relasi tanda antara hasrat dan kuasa. Tidak ada hegemonitas atau sentralisasi, melainkan kontrol tubuh. Pembebasan ilusi kuasa atas tulisan  dimulai dari tanda kuasa melalui tulisan yang tidak bersifat fisik. Namun demikian, suatu pergerakan atas kontrol tugas atau kerja aparatur tulisan yang tidak dimunculkan seperti arus produksi hasrat melalui relasi ekonomi di bawah ketidaksadaran mekanisme kuasa. Sisi permainan abadi melalui pertukaran tanda yang bergerak dari kolusi ke persaingan, dari hasrat ego ke hasrat sosial cukup layak untuk diperjuangkan. Kode kuasa melalui rekening atau kelengkapan struktur administrasi yang dihubungkan dengan mekanisme regulasi melalui tubuh institusional-birokrasi, seperti distribusi anggaran belanja atau mekanisme transfer dana menjadi mekanisme permainan yang ditandai. Tidak jauh dari darah manusia, aliran tulisan yang dibuat dan mengatasi jarak permainan siapa saja yang memiliki melek huruf yang tinggi. Huruf-huruf yang tersembunyi apalagi yang nampak dalam mesin permainan atau mesin kuasa dinikmati oleh orang yang pada saat muncul tulisan otomatis sebagai rekan berbicara. Mesin permainan seiring dengan mesin kuasa tidak lebih nyata bagi seseorang yang tidak berada dalam keberanian untuk menantang sebuah permainan berbahaya. Kekuatan oto-tulisan-suara permainan yang dibentuk oleh homo intellectus dimanapun berada tidak pernah ‘sederhana’ dan ‘murni’. Karena itu, homo intellectus merupakan tempat berkumpulnya seluruh aktor permainan. Homo intellectus mampu menarik mode wujud manusia dalam dirinya yang tidak terpikirkan dengan mode perhitungan aktor. Mesin ketidaksadaran sebagai mesin bermain yang menggantikan aktor figuran. Homo philosophicus akan mengetahui ilusi dalam permainan selama konstelasi kebenaran di luar dari sesuatu yang palsu merajalela di permukaan keterusterangan berbicara menjadi berubah-ubah. Taruhlah misalnya, kesenangan permainan pada transfer dana bukan lagi terlihat sebagai benda-benda, melainkan tanda kuasa yang ‘nyata’. Orang-orang mulai berpikir ragu, sebuah oto-mesin permainan dalam kesenangan mulai berbahaya. Apa yang dapat kita ikuti merupakan suatu fase kemajuan sekaligus kemunduran bersamaan hilangnya duplikat, pola, jejak, dan tanda merenggut penampilan yang boros dan kegemaran berhura-hura sebelum mode kehidupan dibentuk. 

 

Aktor yang memiliki akal bulus dengan jejak-jejak yang terputus-putus ditata ulang menjadi suatu permainan baru; homo philosophicus menemukan sisi terang ditengah permainan kata-kata yang dituliskan merupakan persamaan teks dan perbedaan penafsiran. Tetapi, kemudian teks dan penafsiran tidak lebih daripada sebuah permainan yang sama. Keberanian bermain dalam sebuah permainan berbahaya dari sumber dan pemikiran ke teks dan penafsiran. Dalam keberanian yang berbeda, seperangkat pengetahuan merupakan kegagalan bermain. Sudah tentu, kegagalan untuk menyetujui permainan berbahaya, ketika yang lainnya tidak memiliki keberanian untuk menulis teks yang berlawanan dengan penafsiran atas kata-kata dari aktor lain. Jika tidak melalui cara ini, sebuah dialog mengalami kegagalan sebelum permainan berbahaya dimulai secara keseluruhan tidak diragukan lagi karena menyerupai pembicaraan rahasia dari homo intellectus. Dan hanya ingatan yang melelahkan dilepas dan akhirnya merupakan puncak-puncak permainan berbahaya yang tidak mampu menarik dari tapal batas teks-teks tertulis yang membutuhkan penafsiran. Dari permainan kata-kata yang ditulis ke pelanggaran batas teks yang plural dan tersebar yang ditulis. Kata-kata yang ditulis bukanlah penafsiran terhadap keberanian atau pernyataan ketidaksiapan para pemain dalam berdiskusi. Dalam permainan kata-kata yang ditulis memungkinkan teks-teks dari suatu ruang bersama menjadi perpustakaan atau eksiklopedia yang dibukukan secara virtual. Disanalah diharapkan sebuah jarak sangat tipis antara homo intellectus (manusia intelek), homo philosophicus (manusia filosofis), dan seluruh pemain lainnya untuk menyusun bahasa dari teks-teks tertulis. Tulisan membentangkan dirinya menjadi permainan menurut kata-kata yang ditulis oleh para aktor atau pemain yang tanpa kecuali melampaui aturan sendiri dan pelanggaran batas-batas sendiri. Jika permainan itu dianggap peristiwa besar, hanya orang-orang berbicara dari arah belakang tontonan berlalu begitu saja; beberapa korban dan pemberani dalam teater dikumpulkan menjadi kata-kata yang ditulis secara berurutan. Dalam peristiwa, tulisan bukanlah daftar yang menunjukkan atau mengagungkan tindakan tulisan, bukan menyematkan subyek dengan bahasa. Bentuk pengecualian heterogenitas dan penyilangan dihubungkan dengan teks-teks tertulis lebih dari pertanyaan tentang penciptaan ruang tulisan yang menghilang dalam subyek secara dinamis.

 

Jadi, keistimewaan permainan tulisan karena menampilkan pemikiran atau penafsiran ganda. Suatu permainan yang ditulis dan diperbincangkan dalam dialog orang-orang penting karena ada kepentingan lebih besar dari permainan besar itu sendiri. Tulisan umum yang dimainkan datang dari kata-kata atau suara arus bawah secara kolektif dan individual; basis tulisan esensial bukan untuk menganggungkan kata-kata yang keluar dari individu tertentu. Tetapi, mereka terlalu buru-buru memperbincangkan adanya permainan besar dari teks-teks tertulis yang kecil dan singkat halaman naskah yang disediakan. Peristiwa besar dari permainan kata-kata muncul dari ngobrol-ngobrol santai yang terlalu singkat dikemas dalam suatu suara yang ganjil karena suara itu hanya disisipkan pada lapisan bahasa yang dimainkan subyek. Pemikiran menantikan hasil teater untuk suatu penampilan dari praktik pemain yang melawan dalam dialog. Suara tambahan dari pemain tidak lebih dari selingan permainan. Lain lagi, naskah dari manapun sumber dan pemikirannya, kata-kata yang ditulis, selanjutnya dibicarakan dalam ruang pengetahuan tidak diciptakan untuk suara atau penampilan yang mencurigakan bagi aktor lain, karena ada yang menguasai sebuah permainan sebelum berlangsung babak terakhir. Naskah nampak sebagai hasil dari mesin tulisan tidak ada yang menguasai lantaran pertukaran tanda dan pergeseran pemain inti secara tiba-tiba, yang menutupi lemparan dadu sebagai hasil dari permainan lainnya. Dalam naskah terdapat kata-kata yang ditulis secara jelas supaya tidak menimbulkan babak pertanyaan. Kata-kata bukanlah hasil rekaman video yang menyalin suara dari luar yang selanjutnya ditulis. Setiap orang akan berpikir, semuanya menandai akhir dari teks. 

 

Di sini, kesimpulan dari babak permainan mungkin terlalu lama diciptakan, semuanya akan membutuhkan kesabaran atau kesetiaan; tanpanya menjadi dasar, yang disesuaikan dengan teks-teks tertulis disusun kembali kata-katanya untuk meningkatkan keberanian. Sekarang, kata-kata ditulis untuk dunia luar, yang dilepaskan kesetiaan pengarangnya akibat penafsiran yang berbeda dan plural. Apabila kata-kata dibebankan pada jenis strategi atau siasat konvensional, sekian kali ia dibaca yang nampak tidak matang persiapannya, maka ia semakin dekat dengan titik koordinat antara menulis kata-kata yang disasarankan dan teks tertulis yang dihasilkan pemikiran dalam dunia permainan. Karena dunia itu sendiri adalah ditulis dengan peran parodi dan dinamis yang tidak terelakkan kata-katanya. Tidak kalah pentingnya, bagaimana seorang aktor atau pemain dalam permainan mampu dipahami teks dari kata-kata yang ditulis, bukan apa yang dibicarakan untuk dipahami mereka. Sesungguhnya bukan lagi permasalahan gaya bebas dan pemikiran dari hasil tulisan atau teater, melainkan mesin permainan tanda yang berasal dari permainan kuasa mampu menciptakan kesenangan atas diskursus. Tetapi, betul-betul aneh dan tidak masuk akal suatu ‘permainan kotor’ yang menggoda pemikiran. Bahwa pemikiran dari hasil tulisan ganda, dimana kata-kata berselang-seling dengan penafsiran yang berbeda dalam permainan yang sama. Suatu permainan yang sama dalam teater (jika tujuannya untuk mencari kebenaran dari orang-orang yang berbeda penafsiran menghilang dalam dialog) bertentangan dengan permainan kotor.

 

 Pembebanan jarak orang-orang yang bermain dalam membaca naskah akan melenyapkan pergerakan tulisan. Sejauh ini, pikiran pembaca dan pikiran aktor muncul, ketika relasi bolak-balik antara subyek dan obyek digambarkan merupakan bagian dari babak permainan melalui tulisan yang automatis. Mesin tulisan merapuhkan rasionalitas kehidupan. Jalinan rasionalisas kehidupan diantara benda-benda merupakan hak absolut yang sangat berbahaya terhadap tulisan. Permainan murni bukanlah jalinan teks absolut dan tunggal yang sangat luas. Ekses dari adegan yang tidak disadari oleh aktor seperti menggumpalkan daging busuk di bawah ironi kuasa. 

 

Dalam sistem pengetahuan, titik dimana mode wujud individu yang ditopang oleh kekuatan pemikiran politik modern begitu samar-samar. Uniknya, keduanya merupakan jenis kontradiksi didekati penasehat atau staf ahli politik yang menguasai sesuatu. Homo intellectus sebagai ahli strategi politik memiliki pemahaman tertentu, menulis kata-kata menjadi bahan masukan untuk  memainkan langkah-langkah yang kira-kira tidak mampu dibaca oleh lawan atau pemain lainnya. Lebih dari itu, pemikiran hasil teater yang menerangkan bilangan diferensial ataukah mengupas figur geometri yang diajukan dalam permainan yang khas. Misalnya, para pemain ingin belajar permainan matematika bukanlah sebagai hasil dari penyilangan teoritis berdasarkan buku naskah ilmu pengetahuan orang Timur untuk tulisan peristiwa besar orang Barat yang terpolakan, telah dipengaruhi oleh energi keberanian untuk meninggalkan beban berat tugas penerjemahan dan penafsiran. Semua kekuatan berbicara atau berdiplomasi diatasi dengan teks-teks tertulis, yang diumpamakan seseorang yang mampu berterus terang berbicara dari naskah yang telah dikuasai. Definisi tantangan bermain pertama kali menjadi bagian dari teknik tebak-tebakan, pembacaan dan pembagian peran pemain, mencakup hipokrit, pembujuk, penantang, pemimpi, dan pemecah yang bersifat konfliktual menjadi bacaan peristiwa. Permainan tulisan bukanlah kata-kata yang dapat diperankan oleh seseorang yang sangat lihai berbicara di depan para aktor lainnya. Teks-teks tertulis menerangkan sifatnya sendiri, agar seseorang mengetahuinya sesuatu yang tidak diketahui oleh pikiran pembaca tontonan sebuah permainan. Semakin menjauh suatu tiruan atau hirarki pengetahuan, maka kita akan menemukan jurang pikiran secara senyap mengambil babak pengamatan atas tingkatan gerak-gerik yang tersembunyi dalam teks tertulis yang dikuasai oleh aktor utama. Teks tertulis yang tersembunyi bukan karena tidak telas apa yang dimaksud dalam dialog atau perbincangan, melainkan menciptakan bentuk-bentuk kenikmatan yang berhubungan tugas penulisan dikumpulkan untuk hal-hal rasional manusia yang digambarkan sebagai metafora ‘bertangan dingin’. Paling penting, keberanian menulis yang bertentangan diperankan oleh homo intellectus, dia tidak meletakkan naskah teater menjadi aura kekerasan yang terselubung menurut tatanan teks. Suatu keberanian menyingkap selubung tanda rumit, penuh teka-teki telah berakhir. Kita mesti lebih tidak percaya atas akhir dari kegilaan dengan pergerakan tubuh; mata monster dingin yang justeru berasal dari teks tunggal yang terbentang luas, titik dimana permainan politik dikacaukan⎯ saluran istimewanya melalui penafsiran yang berbeda menuju rangkaian alur dan jejak kemiripan permainan. Ada banyak langkah catur yang bisa ditafsirkan berhubungan dengan kata-kata yang menjauhkan dirinya dari penafsiran atas keberanian bermain. Ia bukan penafsiran atas permainan ganda yang dia diletakkan antara dirinya dan apa yang dia tulis. Pokok kalimat dalam tulisan ternyata tidak menghapus tanda dari individualitas khusunya. Sebagai hasil yang kita melihat bersama-sama, tanda penulis menciutkan nyali pembaca dari luar teater. Sekali lagi, pembaca dari luar tidak memberikan inspirasi untuk melipatgandakan kreativitas bermain tanpa teater. Hal-hal yang berasal dari luar merupakan singularitas ketidakhadiran homo intellectus diantara banyaknya perbincangan diantara lingkaran permainan. Tatkala salah satu dari mereka akan menantang berbicara melalui teks tertulis, secara alamiah menghadapi penafsiran atas rezim diskursus yang tidak pernah ditutupi dengan sebuah pernyataan tentang dari mana dimulai kita bermain. Kita hanya dipastikan suatu peran kematian manusia digiring dalam permainan tulisan.  

 

Kemudian, kita boleh mengakhiri pengujian dan pengakuan dari kata-kata yang dianggap sebuah permainan kebenaran, yang menghentikan gerak maju apa yang telah termuat dalam teks tertulis ternyata berubah menjadi pelanggaran batas-batas sekaligus sebuah proses penyingkapan selubung rahasia dari teater kehidupan. Setiap tindakan sebagai kekuatan nyata hanyalah menanti kedatangan permainan tanpa aturan atau aturan tanpa permainan memasuki aliran ketidakhadiran ingatan dan daya guna diskursus.

 

Permainan tanpa aturan atau aturan tanpa permainan kita telah dicatat pergerakannya yang membingungkan, tetapi pembicaraan rahasia digiring dalam permainan yang lain. Kini kita harus mencari jejak-jejak yang tersimpan di luar naskah sebagai pemikiran yang sama dari hasil teater dan tindakan dari tanda kuasa yang bermain secara lunak. Tetapi, ia memiliki definisi peraturan baru daru permainan kuasa. Kita tidak mengharapkan terja permainan kotor, karena roman yang beku dari perbuatan senonoh adalah perlengkapan sebuah permainan kuasa yang diboncengi oleh suatu permainan kepentingan pribadi yang tidak tertangguhkan.

 

Yang jelas, babakan teater ini belum melibatkan tindakan yang kadangkala dianggap oleh sebagian pihak sebagai selera rasional seperti ditunjukkan oleh homo criminalis (sang penjahat). Lebih baik tertuju pada permasalahan pokok dari perumpamaan yang berbeda yang mana elemen mendasar dari pengalaman berimplikasi pada permainan buta yang tidak memiliki relasi antara kuasa dan kebenaran, relasi antara satu dengan lainnya.

 

Satu kata dalam permainan direpresentasi berbicara melalui sebuah tulisan yang jelas adalah bagian dari mesin kuasa. Pembicaraan yang dipinjamkan dari tulisan juga merupakan bagian dari tanda kuasa yang tidak bisa diletakkan kembali, melainkan juga dibangun kembali dari fragmen-fragmen permainan dialektis tanpa bayangan kekuatan kausal yang melekat padanya. Bayangan diri tidak akan muncul tanpa kesilauan dan kekuatan kalimat utama menghadapi permasalahan tidak terbatas dan setiap tanda yang berbeda menjadi diskursus yang melejit jauh meninggalkan jejak-jejak tulisan yang tidak mengakar dalam kehidupan. Ia melepaskan beban  gambar, tulisan, suara secara visual atau musik direpresentasikan; tirani ditandai terhadap apa-apa yang menjadi kemiripan akibat kekacauan ingatan yang dituangkan dalam naskah. Jejak-jejak berbeda dengan pengingatan kembali pada penafsiran yang berbeda pernah dimainkan tanpa naskah yang sama. Ketika permainan tanpa aturan memasuki permainan tanda selama ini dicapai, maka permainan yang berbeda yang melebihi lemparan dadu tidak dapat dimengerti dari mana ia melayang dan dimana ia jatuh. Padahal semuanya bermain dalam permainan yang sama. Karena itu, tidak ada kesamaran yang memiliki kekuatan untuk menghentikan dirinya sendiri, kecuali membebaskan dari kelengahan fatal diantara cahaya dan kegelapan pergerakan halus seperti selembar rambut hitam yang jatuh di depan gambar berwarna hitam. Prasangka membangkitkan kembali jalinan pergerakan senyap telah ditutup momentum penafsirannya; dari benda-benda yang menumpangi sel jaringan ingatan, yang dibersihkan kedalaman gambar-gambar yang mengerikan. Peledakan tanda di tengah lingkaran besar mengakhiri bayangan ‘setan cerdik’; ia bergerak keluar menandai rangkaian suara dan warna dalam kekosongan. Inilah kewaspadaan, tanpa celah, dari daya hasrat mengubah pengayaan ingatan menjadi tatapan pada kata-kata yang ditulis, dimana kemurnian dapat disebarkan, kecuali kehabisan strategi berhenti pada peristiwa dimainkan sedemikian rupa.

 

Suara tanpa bunyi tidak semata berasal dari persepsi indera, tetapi juga jiwa materi dan bayangan dan cahaya. Pengetahuan tidak mungkin lahir dengan sendirinya tanpa keterlibatan tatanan benda sebagai sebuah permainan tanpa panggung dan tanpa tontonan, dimana bayangan benda-benda dan cahaya malam dilahirkan. Suatu permainan bayangan dan cahaya malam adalah potongan artistis dari kemeriahaan benda-benda, beban dari keretakan realitas dimanifestasikan oleh penulisan ganda dan terus membelah dirinya sendiri. Teks-teks tertulis dari Descartes dalam Discourse on Method, Adam Smith dalam The Wealth of Nations atau Nietzsche dalam Ecce Homo menyediakan dirinya sebagai ruang penafsiran. Selanjutnya, suatu dialog dari orang-orang berjiwa besar memproyeksikan sebuah absurditas melalui pertukaran tanda-tanda terakhir dari teater kehidupan. Suatu permainan meletakkan dirinya antara seni komedian dan bahasa teatrikal melalui bentuk penulisan dengan penafsiran sangat berbeda, yang melintasi teks tertulis sebelum jalannya permainan dibicarakan di luar dirinya. Ia dibicarakan dalam ruang pengetahuan yang sederhana. Cobalah kita terus mengamati sebuah alat penggaris yang dicelupkan kedalam wadah berisi air! Pastilah jawaban dari hasil pengujian membuktikan, bahwa bentuknya tidak lurus atau berkelok yang sama persis seperti penemuan orang sebelumnya. Ataukah perbandingan hukum gerak sebuah kincir air dan sebuah jam? 

 

Di belakang tontonan komedi dengan adegan tanpa batas, permainan betul-betul ditemukan dalam bentuknya paling nyata. Apapun yang terjadi, rangkaian peristiwa tentang perbincangan di tingkat elit setelah ditulis setiap saat kita menggemari jenis perburuan tipikal dari bayangan besar melalui penjumlahan retakan. Keacuhan untuk terlibat dalam permainan dari peristiwa aktual dan batasan tidak ditemukan dalam penafsiran atas seluruh pembicaraan. Kita menyaksikan diri kita menurut diskursus yang menyediakan satu lapisan bahasa nampaknya tidak mampu diselesaikan seluruh pembicaraan dan menarik kesimpulan darinya, yang dihubungkan dengan bekerja alam antara siang dan cahaya malam yang lengang. Tulisan subversif bersama kata-kata direpresentasi tanda-tanda yang ditegaskan melalui diskusi sederhana berakhir di tingkat bahasa. 

 

Akhirnya, kita tidak melihat lagi ada relasi antara permainan dan teater. Sebuah permainan dan metode tetap terus mengujinya dari dalam melalui ejakulator permainan belum berakhir (ujian besar bagi pembenar dan pemalsu). Karena itu, tidak ada tingkat bahasa yang telah selesai. Susunan tanda-tanda yang berbeda-beda tetapi saling terjalin mengiringi susunan bahasa lebih kompleks menjadi saksi kehidupan bagi setiap orang. Bentuk tulisan yang bergerak hampir di setiap arah penarikan kata-kata atau huruf-hurufnya. Keputusan terakhir dari permainan masih menerima ingatan siapa yang pertama meletakkan kata-kata atau tanda-tanda yang diingat sejauh  keputusan dijaga bersama. Siapa pula memberi susunan teks tertulis sebagai bahan masukan bagi pengambilan keputusan untuk membunuh lebih cepat ingatan orang-orang di luar dari perkiraan sebelum yang sama sekali tidak memiliki keberanian. Bermula dari keputusan untuk bermain, sekalipun seseorang memasuki sebuah permainan berbahaya, dia tidak harus sebagai penonton. Ia tidak melemparkan kesalahan ke pihak lain, karena satu kesalahan adalah dogma asal-usul peperangan. Dalam daya tarik permainan, jadilah manusia pengecoh kawan dan perayu lawan! Satu-satunya hal yang tidak mudah dikelabuhi adalah permainan sederhana tanpa rahasia tidak lebih dari tontonan menarik melebihi panggung yang terhormat. Para pemain dan saksi panggung bercampur-aduk dengan penonton sekaligus menyatukan dan memisahkan nasib permainan.

 

Memang betul, daya gerak gairah, kanalisasi, panggung, pantulan, dan cermin tidak pernah menghindari suatu obyek lingkaran kepentingan yang bermain diantara  strategi, retorika maupun permainan ’kepentingan pribadi’ dan permainan politik-negara paling seru di dunia. Selanjutnya, akumulasi, prediksi dan ambiguitas dari para aktor atau pemain menghubungkan dirinya dengan ketidakhadiran teater. Padahal di atas panggung atau pentas teater bukanlah substansi, melainkan berapa banyak yang mereka tuliskan dalam, karena permainan dan teater menyerahkan pada satu rahasia kehidupan. Bahkan suatu saat permainan khas melebihi permainan berbahaya dan kotor.

 

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply