Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
LiterasiOpini

Membuat Lestari Kekuatan yang Tidak Lestari

×

Membuat Lestari Kekuatan yang Tidak Lestari

Share this article

Oleh: Ermansyah R. Hindi*)

*) ASN Bappeda/Sekretaris PD Muhammadiyah Turatea Jeneponto

Mengikuti pengetahuan kita, tatkala telah terjadi titik perubahan lingkungan yang fantastis dan ironis menjadi jelas, bahwa tidak mungkin serta-merta menetapkan seluruh perkembangkan alam dalam evolusi yang ditandai oleh pergerakan layaknya garis lurus. Perkembangan yang kompleks dan cepat dari satu spesies, yang mengambil alih lingkungan yang ditinggalkan oleh spesies lain. Ketika terjadi kompleksitas perkembangan alam paling penting menandai tumbuh-tumbuhan dan binatang yang memungkinkan untuk mempertahankan dirinya dari bentuk sederhana berubah ke variasi baru. Sayangnya, titik perubahan lingkungan yang tajam mengiringi perkembangan alam yang luar biasa dalam evolusi tidak terjadi sesederhana yang kita bayangkan. Sangatlah mungkin penemuan dan penelitian berikutnya dengan sejumlah penjelasan, pengukuran atau penulisannya tertuju pada benda-benda yang tidak bisa dihindari hingga sekarang.

Kita tidak keliru untuk melihat konstitusi alam yang dihubungkan dengan lingkungan hidup dipenuhi oleh iklim, cuaca, tanah, air, tumbuhan, dan binatang. Dilihat dari struktur dan karakter yang dialami, dimana ia berkembang sejalan eksperimen dalam jalinan pengetahuan. Pemenuhan eksperimen menurut apa yang diobservasi dapat menetapkan kekuatannya, tidak lain hanyalah apa yang ditinggalkan kehidupan di atas bumi. Seluruh observasi yang bebas dari beban jutaan spesies di planet kita, dari tumbuh-tumbuhan dan binatang ke fungisida dan bakteri. Seseorang perlu menambahkan bagian dari kekuatan ekosistem yang dihuni hutan, lautan, lingkungan hidup pegunungan, dan batu karang dalam satu rangkaian. Lingkungan hidup ditopang oleh kontinuitas alam yang merepresentasikan tumbuh-tumbuhan dan binatang yang memuat nama, jenis, spesies, hakikat, atribut, dan kegunaannya. Kondisi kehidupan diharapkan lebih banyak kita menyisakan untuk alam; saatnya untuk alam diharapkan juga bukanlah semboyan. Ketika ancaman perubahan iklim, pemanasan global atau polusi muncul menjadi perlu bagi alam dan tentu juga lingkungan hidup untuk lebih terjamin dan aman dari lingkaran kematian dan kepunahan.

Alam atau lingkungan hidup bekerja lebih jelas sesuai apa yang ditunjukkan melalui jalinan mekanismenya, yang hanya dapat disaksikan jejak, bekas dan gambar, membuka suatu pemikiran betapa ia masih membutuhkan pelestarian dan kebijakan terus-menerus padanya. Ketidakhadiran penampakan benda-benda dan tanda-tanda yang telah diletakkan pada sesuatu yang diluar waktu untuk alam, yang menggambarkan kisah penting tentang jutaan spesies di atas bumi dari tumbuh-tumbuhan dan binatang. Sebagaimana dalam Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) merumuskan gagasan melalui situs jaringannya (unenvironment.org, 21/5/2020) mengenai sekitar lingkungan hidup dengan alam yang memenuhinya sekarang lebih sulit untuk digambarkan jika alam dalam krisis, dimana kita kehilangan spesies seribu kali, dibandingkan di masa sebelumnya tercatat dalam sejarah manusia dan sejuta spesies menghadapi kepunahan. Hal ini menandakan alam atau lingkungan hidup mengalami peristiwa yang lebih dekat penampakan pada benda-benda dan tanda-tandanya pada peristiwa yang bergerak dalam sintesis asimetris atau sintesis dialektis. Setelah terjadi pertumbuhan paling memukau dunia dari tumbuh-tumbuhan dan binatang muncul pula dengan apa yang disebut pembalikan dramatis seluruh spesies menuju titik kematian dan kepunahan yang tidak terelakkan.

Asal-usul alam atau lingkungan hidup tidak lebih dari wujud kontinuitas yang didalamnya tumbuh-tumbuhan, binatang dan spesies lainnya dapat beradaptasi melalui inti kekuatan jaringan ekosistem, yaitu biodiversitas (keanekaragaman hayati) yang dihubungkan dengan deskripsi pada obyek yang diamati dan dirasakan oleh seseorang. Lingkungan hidup  yang mengarahkan dirinya pada biodiversitas tidak dibayangkan oleh seseorang akan ditanggulangi oleh orang lain, lantaran cepat puas dari mereka meyakini satu kesatuan air, makanan, pakaian, pengobatan, bahan bakar, tempat bernaung, dan energi sebagai akibat dari jaringan ekosistem dan kesehatan yang manusia ingin capai. Jauh setelah terjadi tema pembicaraan tentang alam dan biodiversitas, akhirnya yang muncul dari orang-orang adalah merelakan dirinya untuk mengamati, ternyata ada krisis melanda bumi. Kita harus melihat kembali kuntinuitas alam akan dibayang-bayangi dengan diskuntiuitas lingkungan hidup. Sejauh ini, kita juga tidak mengetahui apa-apa yang datang secara pelan-pelan yang menyelimuti manusia antara zaman ‘fosil’ dan ‘klon’, antara zaman jurasik dan sibernetika. Tetapi, sekarang ruang yang dibebani oleh akuarium raksasa, planetarium, kebun flora dan fauna, dan kebun raya bukan hanya mengekspresikan keingintahuan, tetapi menggambarkan tanda baru yang mengancam bumi dari kepunahan seluruh spesies. Untuk menyusun kembali tatanan sedikit membutuhkan kata-kata sekaligus benda-benda. Kemudian dengan sarana pengamatan kita pada obyek seperti orang-orang telah melihatnya dan suatu pembicaraan di forum dunia yang jelas dan tajam diucapkan bahwa masa depan bumi tidak dapat dilepaskan kepedulian manusia pada alam.

Dikatakan pada zaman yang telah maju membuat seluruh pengamatan atau penglihatan kita pada obyek tanpa eksperimen, pada apa yang datang tiba-tiba dan terang-terangan tanpa tontonan  samar-samar tentang evolusi tumbuh-tumbuhan dan binatang. Sehingga seluruh beban dari panca indera sedekit demi sedikit mulai berkurang tanpa melalui ragam spesies dalam tabel biasa, yang diganti dengan pengamatan dan penulisan benda-benda atau organisme melalui citra virtual yang nyata. Bahkan pengetahuan tentang alam pun tertuju padanya. Sebagian dari itu merupakan tanda penting bagi pertumbuhan yang intensif dari alam; suatu kondisi lingkungan yang telah diketahui yang menyebabkan muncul perkiraan tentang dikontinuitas permukaan bumi dilihat dari jaringan atau fungsi tumbuh-tumbuhan dan binatang karena spesiesnya terancam dalam kepunahan. Lebih tidak memungkinkan terjadi begitu adaptasi diantara spesies tumbuh-tumbuhan dan binatang atas kondisi yang telah berubah. Bukan hanya spesies tumbuh-tumbuhan dan binatang mulai menipis fungsinya terhadap kelangsungan alam atau lingkungan hidup sebagai akibat dari titik perubahan iklim yang tajam selama masa tertentu. Tetapi juga, bergesernya kesatuan organiknya dari suatu spesies ditandai dengan tidak munculnya pemolaan baru yang hanya berputar-putar pada organ-organ mereka, seperti bentuk daun, bunga dan buah, kuku, cakar dan kulit. Satu yang meajaibkan dalam mekanisme alam adalah kuntunuitas bunga dan buah, binatang berupa sistem pencernaan atau pernafasan tidak berubah dan beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang baru. Permukaan dari kesatuan organik yang tidak terlihat jaringannya ke titik kekuatan jaringan taksonomik pada tumbuh-tumbuhan dan binatang yang terlihat. Begitulah tarik menarik antara evolusionisme dan metamorfosis dibalik perubahan lingkungan yang tajam, mengakibatkan terbentuknya jurang dari kepunahan yang terjadi pada masa tertentu atau di masa kita sekarang. Betapa kekuatan jaringan taksonomik digunakan untuk melihat perkembangan spesies dari tumbuh-tumbuhan dan binatang secara jelas melalui pengetahuan dengan masa yang berbeda-beda. Benda-benda dan kemiripan nilai ilmiah menggambarkan perubahan lingkungan yang dramatis dari sekian juta tahun lalu atas sebuah spesies yang menyerupai dirinya dengan primata modern. Kerangka pengetahuan tentang spesies didandani oleh botani dan zoologi. Sejak asal-usul alam terbentuk melalui penulisan dan dokomentasi, maka alam berbicara pada tentang masa depannya semata-mata tertuju pada bentuk pengelolaan yang dimainkan oleh manusia. Saatnya untuk alam, berarti manusia lebih menonjol bentuk kepedulian padanya. Pada saat lain, kita perlu memutar arah permulaan tentang pemikiran diantara keseimbangan alam diluar diskursus tentang sustainabilitas dari seseorang, kecuali suatu paradoks atas pelestarian dan biodiversitas yang kemungkinan tidak terhindari. Hal-hal lain yang dianggap penting dalam pembentukan biodiversitas adalah keterlibatan nama, struktur, karakter, atau jenis pada tumbuh-tumbuhan dan binatang di alam sekitar.

Menjadi satu titik penandaan atas penampakan benda-benda dengan jejak-jejak dan tanda-tanda yang menyertainya tanpa representasi adalah kehadiran sistem alam tetapi sub sistem atau bahkan ketidakhadiran lingkungan hidup. Suatu pemikiran mengenai biodiversitas sebagai model bagi sustainabilitas lingkungan hidup hanyalah ‘sebagian’ dari ‘keseluruhan’ suatu sistem alam. Seluruh ancaman kerusakan dan kepunahan spesies di atas bumi yang memerosotkan lingkungan hidup atau biodiversitas memengaruhi sistem alam. Semakin parah tingkat kerusakan lingkungan hidup atau kehancuran biodiversitas menjadi prasyarat peristiwa kehancuran alam.

Kelangsungan sistem alam dibangun oleh subsistem hutan, lautan, lingkungan pegunungan, dan spesies lainnya dalam satu kekuatan jaringan taksonomik atas anatomi dan organisme. Dunia tidak perlu menyiapkan jumlah variabel baru selama jaringan taksonomik tumbuh-tumbuhan dan binatang sebagai jaringan atau fungsi spesiesnya masih menyembunyikan penampakan kesatuan organiknya. Organ-organ bagian dalam seperti sistem pencernaan, di balik bunga dan buah tidak kelihatan dari binatang mamalia, anggrek dan sayur-sayuran tertentu. Pembentukan lingkungan hidup yang didukung oleh jaringan biodiversitas tidak hanya diperlukan ragam deskripsi, tetapi juga bagaimana menjelaskan sistem nama, gen, spesies, dan varietas dengan sudut pandang dari perubahan iklim dan pemanasan global. Jika ada kontinuitas alam, berarti lingkungan hidup atau biodiversitas perlu memperluas penampakan wujudnya melalui jaringan sistem kehidupan.

Orang-orang tidak membagi begitu saja satu pengetahuan dari masing-masing spesies lebih mudah ditandai pada satu jejak karekater umum yang dimilikinya. Masih sekitar spesies berganti dari jenis sebelumnya ke beberapa keluarga yang mengungsi dari hutan, lautan atau pegunungan, yang telah dikelompokkan untuk mencegah krisis alam. Kita melihat para ahli telah memetakan biodiversitas dan ekosistem yang kebanyakan menghuni bumi, mencakup spesies burung, spesies mamalia dan spesies ampibi (unenvironment.org, 21/5/2020).

Dari satu pihak akan meyakinkan pada kita tentang pentingnya perlindungan hidup di planet kita secara simultan dihubungkan semua wujud umum dan partikuler yang termuat dalam spesies atau keluarga tumbuh-tumbuhan dan binatang. Mulai dengan makanan yang kita makan, udara yang kita hirup, air yang kita minum, dan iklim yang manfaatkan yang membuat bumi kita dapat dihuni, yang semuanya datang dari alam. Kita telah mengetahui secara memadai, tetapi kita juga sering kelupaan untuk mengelola waktu kembali untuk planet dan manusia begitu dekat dengan waktu untuk mengingat pada silogisme tentang setiap organisme berada dalam tanda kehidupan baru yang mengganti akhir zaman ditandai kematian dan kepunahan. Titik kulminasi terayun dari ancaman yang tidak menggembirakan bagi setiap organisme di planet kita tanpa memandang gen atau spesies ke beberapa keluarga yang berbeda dan sama. Sebagian orang akan menganggap ciri alami yang melekat secara esensial dari seluruh spesies tumbuh-tumbuhan atau binatang dengan analisisnya untuk membuktikan hasil pengamatan secara perlahan-lahan terhadap penampakan wujud yang datang belakangan dalam kondisi atau habitat yang baru.

Setelah itu, ekosistem dan biodiversitas mampu mengenali ciri-cira kekeluargaannya secara alami melalui jalinan koordinasi antara spesies tumbuh-tumbuhan dan binatang hingga keluarga binatang bersel satu. Karena ciri yang dipenuhi secara alami pada permukaan wujud dari spesies tumbuh-tumbuhan atau binatang tidak mampu menarik benda-benda yang telah punah dari setiap spesies atau jenis yang sama sebagai akibat dari perubahan lingkungan hidup yang tajam. Pada penandaan yang lain, mereka akan datang pada tempat yang ditinggalkan oleh spesies lama dan diambil-alih oleh spesies lain dalam kondisi yang baru tanpa kampanye karena ritme alam yang betul-betul mengikuti titik koordinasi dan mekanisme sebelum wujud lainnya terbentuk. Siklus kehidupan seluruh spesies di luar manusia berbeda dengan pemikiran tentang pengulangan yang berbeda atau sama. Dalam hubungannya dengan sistem alam, ia menandai relasi antara tumbuh-tumbuhan dan binatang dengan pengelompokan biodiversitas hutan ditemukan oleh ahli ternyata semuanya membutuhkan proses evolusi ribuan bahkan jutaan tahun lamanya. Untuk mendukung kontinuitas alam, keanekaragaman hayati hutan sebagai bagian dari jalinan kekuatan yang hidup tidak mampu melepaskan dirinya dari kekuatan ekologis seperti iklim, kebakaran, gangguan, dan persaingan. Burung berburu buruan makanannya bisa saja di luar hutan, tidak berarti telah terjadi kerusakan hutan yang membatasi dirinya dengan masa berburu makanannya di siang atau malam hari. Meskipun keanekaragaman ekosistem hutan (fisik maupun biologis) menghasilkan adaptasi. Selain hutan flora dan fauna lainnya, sudah tentu penandaannya yang memungkinkan ekosistem akan dihubungkan dengan kekuatan jaringan ekologis dan tidak bisa dilepaskan dari sistem alam diturunkan sebagian kekuatannya melalui biodiversitas. Keseimbangan alam dibatasi tanda-tanda perubahan lingkungan hidup yang tajam, sehingga terjadi akan pembalikan kontinuitas ke arah pertentangan dengan mereka.

Kontinuitas alam tidak selamanya terjalin pada titik koordinat sejauh ia didesakkan jaringan ekologinya pada biodiversitas, sekalipun mereka merupakan kesatuan sistem. Karena itu, semua bergerak pada garis dan permukaan masing-masing spesies. Kekuatan alam dengan mekanisme yang dimilikinya tidak dapat diremeh-temehkan, yang membuat ekosistem apalagi biodiversitas lebih kecil darinya nampak juga melebihi individu dalam ragam spesies.

Itulah sebabnya, salah satu yang rencana planet kita paling penting adalah model perjuangan biodiversitas. Memang, ada satu penggabungan kontinuitas setelah perhitungan secara dari suatu penampakan wujud spesies. Tetapi, keberlangsungan bumi sekaligus tantangan lingkungan hidup yang kita hadapi sekarang. Tantangan lingkungan hidup atau biodiversitas bukanlah karena gen atau spesies saling membayangi dengan spesies dan kelompok lainnya. Justeru jalinan ekologis dan biodiversitas menjadikan tatanan dan spesies apa pentingnya kita saling berbicara dan saling bersentuhan penduduk bumi dengan sistem alam. Sama halnya dengan satu pertanyaan tentang ritual perayaan lingkungan hidup. Untuk apa? Melindungi lingkungan hidup dari kematian atau dari kepunahan berarti pelindungan manusia sebagai spesies untuk bisa melangsungkan hidupnya tidak lebih dari bunyi postulat yang sederhana. Lebih jauh dari itu, biodiversitas sebagai model atau instrumen bagi pemeliharaan lingkungan hidup tidak bergantung pada postulat tertentu.

Lingkungan hidup atau sistem alam yang diharapkan kadangkala perlu dibesarkan melalui isu global yang mendesak untuk ditanggulangi. Selanjutnya, terdapat kesesuaian antara diskursus dan tindakan. Spesies dan tatanan tidak dapat dihubungkan dengan kontinuitas alam sejauh masa diskontinuitas lingkungan hidup dikosongkan oleh struktur dan karakter dirinya ditandai tumbuh-tumbuhan dan binatang melalui kekuatan jaringan ekologis pada pergeseran iklim yang dramatis. Jutaan spesies menghadapi kepunahan memutar balik seluruh kontemplasi manusia yang panjang tidak berguna, kecuali kepedulian secara langsung pada alam tanpa dibebani oleh perbedaan atau identitas dengan keanekaragaman spesies burung dan anggrek, dalam tumbuh-tumbuhan, kupu-kupu, ampibi, dan ikan air tawar. Kita tidak perlu berlama-lama lagi untuk berkomitmen melalui bibir atau mulut. Jutaan dan milayaran orang di atas bumi tidak membutuhkan lagi komat-kamit.

Setiap orang akan percaya biodiversitas hanyalah variasi spesies darat, air tawar, dan laut di Bumi, serta habitatnya. Biodiversitas sangat penting untuk kelangsungan hidup semua kehidupan di bumi dan juga merupakan satu landasan bagi barang dan jasa lingkungan yang memungkinkan masyarakat manusia untuk berkembang. Kita juga mengetahui melalui pengetahuan yang terjalin dengan alam yang memberi kita makanan, air dan sumber daya serta pelayanan, seperti kontrol iklim, penyerbukan, mitigasi banjir dan siklus nutrisi.

Paling mengagumkan melalui pengetahuan bahwa ekosistem hanya mengandalkan semua bagian dari bakteri terkecil hingga vertebrata terbesar. Semuanya saling terhubung dalam jalinan yang harmonis. Beberapa menghasilkan oksigen yang lainnya bernapas. Beberapa menyediakan makanan untuk ‘spesies yang lebih besar’, yang pada gilirannya ‘menjadi mangsa spesies’ yang lebih besar. Setiap organisme memiliki peran untuk ‘dimainkan’ dalam menjaga keseimbangan. Sistem alam akan menunjukkan kontinuitasnya dari penggabungan ekosistem, biodiversitas atau lingkungan dan jaringan ekologis.

Setiap yang hilang spesies akan muncul kelahiran lebih dari satu spesies dengan menghapus satu elemen. Silih berganti antara ancaman kepunahan dan harapan akan keberlangsungan lebih bertahan spesies di alam. Dalam pemikiran modern, biodiversitas terdiri dari tiga jenis utama: keanekaragaman spesies (keanekaragaman genetik), keanekaragaman spesies (keanekaragaman hewan) dan keanekaragaman habitat (keanekaragaman ekosistem). Kita akhirnya tidak lagi akan membingungkan diri sendiri tentang ‘pergerakan dari diskontinuitas lingkungan hidup ke arah kontinuitas alam’.

Marilah kita menyaksikan diri kita sendiri sebagai warga planet telah menyelenggarakan kegiatan pembersihan lingkungan, aksi melawan kejahatan satwa liar, menanam kembali hutan atau menyelamatkan pohon? Semuanya merupakan faktor-faktor utama yang mempengaruhi Lingkungan kita, masa depan manusia dan seluruh spesies lainnya. Apalah sistem alam jika hanya  tanpahenti diselimuti oleh polusi udara, populasi berlebihan, deforestasi, perubahan iklim, dan pemanasan global. Kita mungkin tidak pernah mengetahui berapa banyak laporan penting dari institusi dunia yang menggambarkan kecenderungan negatif saat ini dalam biodiversitas dan ekosistem diproyeksikan akan merusak kemajuan menuju persentase tertentu untuk mencapai target yang ditetapkan oleh Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Selanjutnya, semuanya dihubungkan dengan kemiskinan, kelaparan, kesehatan, konsumsi, dan produksi berkelanjutan, air, kota, iklim, lautan, dan tanah.

Charles Darwin hanya tertawa pada dirinya sendiri, karena spesies kera yang beradaptasi di dalam dan di luar hutan; spesies yang ditemukan akhirnya ikut tertawa menyerupai ‘penemunya’. Gaya dan tujuan yang ditertawainya sama sekali tanpa karikatur atau tiruan.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply