Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BeritaTarjih

Mendamba Satu Hari Raya dengan Kalender Islam Global Tunggal

×

Mendamba Satu Hari Raya dengan Kalender Islam Global Tunggal

Share this article

KHITTAH.CO, Kalender Islam Global Tunggal diyakini akan jadi solusi atas fenomena ada empat 1 Syawal, 1 Ramadan, dan 10 Zulhijah yang biasanya terjadi di Indonesia.

Empat versi itu yakni menurut pemerintah dan Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Tarekat Naqsyabandiyah, dan Jamaah An-Nadzir di Gowa.

Tidakkah empat versi itu membuat gatal kepala? Bagaimana pun kita bisa bertoleransi, tapi kalau dipikir lebih jauh, masa iya, ada empat tanggal 1 atau 10 di tahun dan bulan serta sistem penanggalan yang sama dalam satu bumi, bahkan dalam satu negara?

Kita bisa mafhum, hal itu terkait keimanan yang memang sulit untuk digoyahkan. Namun, benarkah untuk Ramadan dan Syawal, penyebab beda kita adalah hadis “shumu’u li ru’yatihi…?”

Atas hadis tersebut, kaum kontekstualis tidak setuju ru’yatihi mesti melihat bulan atau hilal dengan mata sendiri.

Di era serba komputerisasi, nirkabel seperti kini, bahkan chip telah tertanam di tangan, untuk melihat bulan sudah ada aplikasi canggih dengan akurasi tinggi.

Meski demikian, sekali lagi, karena perkara iman, umat yang tekstual akan bersikukuh dengan ru’yatihi adalah melihat dengan mata sendiri dibantu dengan alat optik.

Sementara itu, bagi penganut hisab, mereka meyakini bahwa perputaran bulan di orbitnya bisa dihitung secara matematis.

Kenyataannya, hisab tidak pernah salah, setiap peristiwa gerhana yang sesuai perhitungan menjadi buktinya.

Allah Swt. juga telah memberikan informasi dalam Quran Surah Yunus Ayat 5. Ayat itu berarti:

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar.”

Belum lagi, Quran Surah Ar-Rahman ayat 5 yang artinya, “Serta matahari dan bulan yang beredar menurut perhitungan (hisab).”

Kalender Islam Global Tunggal

Untuk itulah, Muhammadiyah mendorong, demi meminimalisasi perbedaan, umat Islam hendaknya menyepakati Kalender Islam Global Tungal yang disusun dengan metode hisab.

Toh, menurut ulama, penggunaan hisab memang lebih memberikan kepastian terkait waktu atau penanggalan dibanding metode rukyatul hilal.

Dengan prinsip perputaran bulan pada orbitnya bisa dihitung, kepastian akan waktu menjadi keniscayaan.

Bahkan, dengan aplikasi terkait fase bulan, hasil hisab bisa dibuktikan sampai bagian bumi mana yang bisa melihat hilal dengan sempurna dan bagian mana yang sama sekali tidak bisa dilihat.

Sementara itu, untuk metode rukyat, ulama memastikan akan kesulitan memastikan waktu. Hal itu karena akan banyak penghalang yang menghalangi terlihatnya bulan.

Dengan metode rukyat, bisa saja, sebenarnya tanggal tersebut sudah masuk 1 Syawal, hanya karena hilal terhalangi, maka kita menunda Idulfitri demi prinsip istikmal (kehati-hatian).

Pertanyaannya, kenapa kita masih perlu istikmal, sementara sudah ada metode yang bisa memastikan?

Kalender Islam Global Tunggal menurut Ketua Pimpinan Pusat (PP Muhammadiyah) Syamsul Anwar, adalah kalender Islam dengan prinsip seluruh dunia adalah satu matlak. Dengan begitu, 1 hari hanya ada 1 tanggal Hijriah di seluruh dunia.

Selama ini, ada anggapan bahwa setiap negara memiliki matlak yang berbeda. Dampkanya, terdapat perbedaan penanggalan di sejumlah negara.

“Dalam konsepsi Kalender Islam Global tidak ada yang namanya pembagian wilayah penanggalan. Seluruh dunia dianggap sebagai satu matlak,” tegas Syamsul Anwar.

Dengan Kalender Islam Global Tunggal, jika Afrika Selatan sudah memasuki 10 Zulhijah, maka seluruh dunia, bahkan yang amat jauh bentangan jaraknya pun sudah memasuki tanggal Hijriah yang sama.

Tidakkah kita mendambakan hal yang demikian? Mari bersatu dengan Kalender Islam Global Tunggal!

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply