Oleh: Nining Iswati*
Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam di Indonesia. Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Awal berdirinya Muhammadiyah adalah karna keinginan KH Ahmad Dahlan ingin merubah ajaran Islam yang masih menyimpang karena masih adanya pengaruh hal-hal mistik. Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912. Jujur saya mengetahui keberadaan muhammadiyah ketika saya mulai kuliah di Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Dan pada tanggal 18 November 2021 Muhammadiyah memasuki usia ke-109 tahun. Milad ke- 109 Muhammadiyah mengusung tema ‘Optimis Hadapi Pandemi COVID-19: Menebar Nilai Utama’. Perayaan Milad Muhammadiyah ke 109 dilaksanakan secara luring dan daring melalui siaran langsung chanel youtube Muhammadiyah dan Muhammadiyah Tv.
Prof. Dr. Haedar Nashir, M. Si., sebelumnya, saya mengenal beliau melalui refrensi yang saya baca pada saat mata kuliah Kemuhammadiyahan dan Keaisyiyahan. Saya jadi mengetahui tentang profil ketua Muhammadiyah. Haedar adalah sosok yang sangat memotivasi dikarenakan sangat pintar dalam berorganisasi dan sangat memahami ideologi Muhammadiyah.
Pada pidatonya beliau menjelaskan mengenai nilai nilai utama, Nilai-nilai utama tersebut adalah Nilai ketauhidan untuk kemanusiaan, Tauhid merupakan asas paling mendasar dalam Islam. Tauhid dalam Islam tidak terbatas menyangkut aspek iman untuk mengesakan Tuhan semata, bersamaan dengan itu tauhid maupun iman dan takwa terkait dengan urusan kemanusiaan dan kehidupan.
Nilai pemuliaan manusia, pandemi Covid-19 memberikan pembelajaran pentingnya untuk memuliakan manusia atau jiwa dan fisik manusia agar dihargai dan diselamatkan, sebaliknya jangan sampai diabaikan, disia-siakan, dan direndahkan, lalu adanya nilai persaudaraan dan kebersamaan. Pandemi ini masalah bersama. Tindakan satu orang berpengaruh terhadap pihak lain dan lingkungan sekitar.
Kaum beriman diajarkan bersabar dan tawakal dalam menerima musibah. Namun bukan berarti insan beriman abai dan tidak peduli terhadap keadaan, termasuk dalam merasakan penderitaan saudaranya yang terpapar dan lebih-lebih yang meninggal dunia. Karenanya diperlukan rasa persaudaraan dan kebersamaan dari semua pihak sebagai wujud aktualisasi nilai utama agar menjalani kehidupan bersama di tengah perasaan satu nasib.
Nilai kasih sayang, ajaran kasih sayang dalam Islam sangat penting dan luas yang lahir dari nilai ihsan, ukhuwah, silaturahmi, dan ta‘āwun dalam wujud kepeduliaan, empati, simpati, kerjasama, dan kebersamaan atas nasib sesama. Jika tidak mau membantu sesama jangan bertindak semaunya. Jika tidak dapat memberi solusi atas masalah yang dihadapi, jangan menjadi bagian dari masalah dan mengabaikan masalah.
Nilai kasih sayang antar manusia terhubung dengan kasih sayang Tuhan, sebagaimana hadis Nabi yang artinya: “Orang-orang yang penyayang itu akan dikasihi oleh Yang Maha Penyayang dan Yang Mahasuci lagi Mahatinggi, maka sayangilah makhluk yang ada di bumi niscaya kalian akan disayangi oleh makhluk yang ada di langit” (H.R. ‘Abdullāh bin ‘Amr r.a.).
Nilai tengahan atau moderat, moderat merupakan sinonim bahasa Arab dari tawāsuṭ, iʿtidāl, tawāzun, dan iqtiṣād yang sangat selaras dengan konsep keadilan, yang mengandung arti memilih posisi di tengah dan di antara titik-titik ekstrem. Moderat sering digunakan secara bergantian dengan istilah “rata-rata,” “inti,” dan “standar,”. Kebalikan dari moderat atau wasaṭiyyah adalah taṭarruf, guluw, yang menunjukkan “kecenderungan ke arah pinggiran” dan dikenal sebagai “ekstrem”, “radikal” dan “berlebihan”.
Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. H. Joko Widodo, juga turut hadir untuk memeriahkan Milad Muhammadiyah. Jokowi berpidato dan menegaskan, “Sejarah telah mencatat bahwa persyarikatan Muhammadiyah tiada henti menebarkan nila-nilai utama untuk memperkokoh umat muslim yang berkemajuan sebagai kunci kemajuan. Nilai utama Islam berkemajuan telah menjadi pondasi beragama untuk menjadikan Indonesia negara Islam yang besar, yang aman dan demokrasi”. Ini membuktikan bahwa Muhammadiyah telah berkontribusi besar bagi negaranya.
Nilai nilai utama tersebut akan saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan pertemanan, lingkungan sekolah hingga lingkungan masyarakat. Cara menerapkannya adalah dengan meniatkan segala sesuatu karena Allah Swt, jujur, sabar, ikhlas, dan istiqomah. Insya Allah, Allah akan mempermudahkannya aamiin ya rabalalamin.
Saya mengucapkan selamat milad ke 109 untuk Muhammadiyah. Terima kasih telah ikut menyemai nasionalisme, mencetak kader bangsa yang unggul, terus berikhtiar membumikan ajaran al-Qur’aan dan hadis kepada masyarakat serta turut berjuang untuk kesejahteraan masyarakat dalam bingkai nilai nilai islami dan nilai nilai utama guna mewujudkan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Untuk harapan saya kedepannya, Muhammadiyah mampu terus untuk bergerak semakin dinamis dalam membangkitkan para anggota dan seluruh institusinya, mampu melakukan langkah-langkah perubahan yang mendorong usaha-usaha strategis dan melahirkan pusat-pusat keunggulan serta perluasan jelajah perjuangan persyarikatan menuju Muhammadiyah berkemajuan di berbagai bidang dan ranah kehidupan. Lalu sebagai pintu mengembangkan dakwah, tajdid, dan ijtihad kolektif guna mendorong semangat al-tagyīr (perubahan), al-tanwīr (pencerahan), dan altaqaddum (kemajuan) untuk membangun Muhammadiyah yang unggul berkemajuan di ranah lokal, nasional, dan global.
* Mahasiswa D3 Kebidanan Semester 3 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.