Oleh: Riski Eka Saputri*
Muhammadiyah adalah organisasi sosial keagamaan yang lahir pada tahun 1912 dan dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan di Kauman Yogyakarta. Hal ini merupakan salah satu alternatif dalam menjawab persoalan multidimensi umat Islam dan bangsa Indonesia pada waktu itu. Kelahiran Muhammadiyah merupakan bagian dari daya kreatif umat Islam Indonesia. Oleh karena itu, sejarah perkembangan Muhammadiyah adalah dinamika dan mekanisme hubungan daya kreatif intelektual manusia muslim dan berbagai persoalan hidupnya dengan norma ajaran Islam.
Gerakan pembaruan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan adalah dengan menggunakan pola pendidikan nasional yang memberikan potret sebagai organisasi yang inklusif dan progresif dengan tidak melupakan maksud dan tujuan serta identitas yang prinsipil dalam pelaksanaan pendidikan Muhammadiyah.
Sebelum pendidikan Muhammadiyah lahir, pendidikan Islam di Indonesia telah tersebar luas dalam bentuk pondok pesantren. Pondok pesantren ini merupakan lembaga pendidikan yang sejenis dengan sekolah tingkat dasar dan menengah disertai asrama di mana para santri mempelajari kitab-kitab keagamaan di bawah bimbingan seorang kyai. Kondisi tersebut melahirkan ketidakpuasan dalam diri K.H. Ahmad Dahlan terhadap sistem pendidikan yang ada pada waktu itu. Rasa tidak puas inilah yang merupakan salah satu faktor penyebab K.H. Ahmad Dahlan mendirikan lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Dalam pidato Milad ke-109 Prof.Dr. Haedar Nashir, M.Si. menyampaikan, masyarakat menjadi cita-cita utama Islam dalam referensi Muhammadiyah yang disebut “Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Pendidikan di lembaga-lembaga Madrasah, Boarding School, Pesantren, Sekolah Muhammadiyah sampai ke jenjang Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) dan di Fakultas Agama Islam serta lembaga- lembaga kekaderan dan keulamaan lainnya mesti dirancang-bangun dengan dasar keilmuan Islam yang holistik-integratif.
Tujuannya untuk melahirkan generasi ulama yang multi aspek dan berkemajuan yang tampil menjadi “Dahlan-Dahlan baru”, yang membawa misi gerakan sebagai generasi “Sang Pencerah” dan “Mujadid” penyebar risalah Islam Berkemajuan di zaman posmodern abad ke-21. Ilmu pengetahuan dan teknologi penting disertai hikmah agar tidak mengarah pada keangkuhan ilmuwan dan absolutisme kebenaran ilmu. Karenanya tidaklah elok bagi siapa pun manakala di antara anak bangsa masih saja ada yang menegasikan musibah pandemi covid-19 ini.
Boleh jadi beragam ilmu dan pandangan selalu hadir dalam memahami dan menghadapi suatu kejadian sebagai bagian dari keragaman dunia keilmuan dan kehidupan. Namun manakala sebanyak mungkin orang dengan ilmu dan pengalaman empirik yang dijumpainya menerima dan menghadapi musibah ini secara mayoritas, maka sangatlah bijak bila semua bersatu menghadapi dan mengatasi musibah yang berat ini.
Di samping ilmu terdapat hikmah, sebagai mutiara kebaikan yang mesti ditumbuhkan dalam jiwa para ilmuwan, sebagaimana Allah berfirman yang artinya: “Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat” (Q.S. Al-Baqarah:269).
Ilmu dan akal pikiran manusia menurut perspektif Islam bersendikan tauhid, iman, dan takwa agar tidak terseret pada arus pikiran liberal-sekuler yang membolehkan segala perbuatan tanpa bingkai nilai agama, bahkan dapat menggiring menjadi anti agama (agnostik) dan anti tuhan (atheis). Ilmu memerlukan hikmah sehingga melahirkan pencerahan akal-budi manusia dan menerangi alam semesta. Ilmu dan pikiran manusia modern atau posmodern jangan seperti kotak pandora dalam mitologi Yunani Kuno, yang memberikan harapan indah akan kebaikan, tetapi setelah dibuka ternyata menjadi sumber masalah dan fitnah dalam kehidupan manusia yang semestinya dijaga nilai dan bermartabatnya sebagai insan beperadaban mulia
Melalui event Milad ke-109 tahun ini marilah seluruh anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah di semua tingkatan dan lingkungan kelembagaan sampai jamaah untuk memantapkan diri agar tetap ikhlas dalam ber-Muhammadiyah, berkomitmen tinggi, berkhidmat, bekerjasama dan menjalin kebersamaan, bekerja secara sistemik dan terorganisasi, menjadikan Persyarikatan unggul berkemajuan, serta memperluas gerak Muhammadiyah dalam memajukan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta. Para pimpinan Persyarikatan dengan seluruh ortom, majelis, lembaga, PWM sampai Ranting serta amal usaha dan institusi lainnya harus terus gigih bekerja secara sungguh-sungguh dalam memajukan Muhammadiyah agar menjadi gerakan Islam yang makin besar, unggul, maju, dan jaya
Milad ke-109 Muhammadiyah diselenggarakan pada tanggal 18 November 2021, Mengangkat tema Optimis Hadapi Covid-19: Menebar Nilai Utama. Muhammadiyah tetap optimistis bersinergis dengan pemerintah untuk memerangi Covid-19. Demi kesejahteraan seluruh umat. Memasuki usia 109 tahun, Muhammadiyah telah banyak berkiprah dalam berbagai bidang khususnya pendidikan dan kesehatan.
Di masa pandemi banyak program dan kegiatan yang telah dilakukan Muhammadiyah untuk membantu meringankan beban pemerintah maupun masyarakat. Dalam dunia pendidikan, kiprah Muhammadiyah juga cukup luar biasa. Membentuk kader-kader muda lewat sekolah-sekolah Muhammadiyah yang unggul, bermanfaat, dan berakhlakul karimah. Berbagai program pendidikan gratis juga diberikan kepada para kader Muhammadiyah untuk dapat menjadi generasi emas Indonesia. Dalam pendidikan Muhammadiyah bertujuan untuk membentuk manusia muslim yang berakhlak mulia, percaya pada diri sendiri, disiplin, bertanggung jawab, cinta tanah air, memajukan, serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Saya mengucapkan selamat Milad Muhammadiyah ke-109. Semoga bisa memajukan pendidikan dalam prosesnya dan tidak hanya menekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, tetapi sekaligus sebagai proses aktualisasi diri yang mendorong peserta didik untuk memiliki ilmu pengetahuan tinggi dan berkeadaban mulia.
* Mahasiswa S1 Kebidanan Semester 3 Universitas Aisyiyah Yogyakarta