Oleh: Agusliadi Massere*
KHITTAH.CO, – Manusia, dalam menjalani kehidupannya diberikan freedom of choice (kebebasan untuk memilih). Selain daripada itu iblis senantiasa hadir (diberikan kebebasan) untuk menggoda manusia agar tersesat. Logika spontan, kedua hal tersebut seakan Allah membiarkan hamba-Nya terjerumus dalam kesesatan.
Jika kita melakukan perenungan mendalam, sesungguhnya tidak seperti di atas, apa yang kita sangkakan kepada Allah. Justru Allah sangat mencintai hamba-Nya. Buktinya apa? Allah telah mengajarkan pengetahuan tentang segala sesuatu kepada hamba-Nya. Allah menghadirkan hukum yang disebut sunnatullah yang berlaku bagi alam semesta (makrokosmos) dan dalam diri manusia (mikrokosmos).
Jika kita melibatkan pemahaman dan kesadaran mendalam, keduanya (makrokosmos dan mikrokosmos) sesungguhnya tidak ada yang bertentangan. Satu dengan yang lainnya saling menunjang, terintegrasi sebagai satu kesatuan penciptaan (unity of creation) untuk menggapai ridho Allah.
Allah pun menurunkan pedoman, tuntunan hidup yang dalam perjalanan berikutnya setelah melewati proses historisasi dan institusionalisasi maka terbentuklah menjadi agama. Selain itu, diri selaku manusia, di dalamnya telah built-in hardware dan software yang luar biasa bahkan bisa dikategorisasikan sebagai high tech (teknologi tinggi dan super canggih).
Saya pribadi menilai dan meyakini bahwa apa yang built-in dalam diri manusia memiliki kemampuan yang bisa mengalahkan teknologi super canggih yang ada di muka bumi. Hanya saja, saya—dan mungkin yang lain pun—pekerjaan rumah (PR) terbesarnya adalah bagaimana mengaktivitasi, mengintegrasi berbagai potensi dalam diri agar memiliki mekanisme kerja yang mirip teknologi buatan manusia itu sendiri.
Selain itu bagaimana mekanisme dan proses penyimpanan big data dalam diri. Bagaimana memfungsikan proses alur algoritma dalam diri manusia. Kemajuan teknologi, jika direnungkan secara mendalam dalam dimensi hardware-nya tidak jauh berbeda dengan apa yang ada dalam diri manusia. Dan bahkan tidak sedikit terinspirasi dari proses atau mekanisme kerja yang ada dalam diri manusia.
Saya ingin mengilustrasikan agar muda dipahami. Komputer atau server yang dimiliki oleh google, diperkirakan hanya bisa menampung data jutaan zettabytes. Di bawah zettabyte, ada exabytes, di bawahnya lagi ada terabytes, gigabytes, megabytes, kilobytes, bytes dan bit. Atau google hanya memiliki kemampuan algoritma untuk menghubungkan seluruh big data dari berbagai server yang ada di dunia.
Otak kita, saya menyakini sesungguhnya bisa mengelola big data dengan menampung data miliaran zettabytes. Hanya saja belum ditemukan secara sistematis, pasti dan rasional tentang cara menyimpan data di dalamnya dan melakukan proses olah data, sebagaimana algoritma dalam teknologi ciptaan manusia yang super cepat, teliti dan akurat.
Apa yang saya yakini, jika ini adalah tesis sekalipun, belum bisa digeneralisasikan. Namun fakta nyata dalam kehidupan empirik sudah ada. Ahmad dan Kamil (seorang anak) memiliki kehebatan dan kemampuan menghafal Al-Qur’an, lengkap terjemahan dan berbagai hal lainnya sehingga dijuluki sebagai google Al-Qur’an. Hanya saja ini masih dipandang bersifat miracle personal. Belum ditemukan cara praktis agar kemampuan tersebut serta merta bisa diterapkan ke anak lainnya.
Dalam diri manusia, kekuatan dahsyat antara lain, otak, pikiran, ruh, alam sadar, alam bawah sadar, gelombang otak, DNA dan mekanisme on/off-nya. Dan berbagai zat ada dalam diri, sehingga inilah salah satu alasan, diri disebut sebagai dunia kecil (mikrokosmos).
Jika dipetakan dalam beberapa kelompok besar: pedoman hidup dari Allah, sunnatullah, potensi alam, potensi diri, antara satu dengan yang lainnya memiliki titik temu hukum kepastian dan kebenarannya. Sebagaimana tulisan saya hari ketiga Ramadan.
Dalam konteks tulisan ini, saya ingin mengintegrasikan dan membuktikan titik temu kebenaran antara puasa yang dipandang berada dalam dimensi ayat “qauliyah” dan “gelombang otak” dalam dimensi ayat “kauniyah”. Puasa bisa mempengaruhi atau mengaktivasi satu atau lebih jenis gelombang otak dalam diri, dan sebaliknya gelombang otak memiliki dan memberikan implikasi besar baik terhadap puasa maupun terhadap yang lainnya. Ada pula perilaku yang merupakan anti tesa dari “puasa dan aktivasi gelombang otak”.
Anna Wise menegaskan “otak menghasilkan kejutan-kejutan listrik sepanjang waktu. Arus listrik ini atau yang disebut gelombang otak, diukur dalam amplitude dan frekuensi. Amplitudo adalah daya dari kejutan listrik yang diukur dalam mikrovolt. Frekuensi adalah kecepatan dari gerakan gelombang listrik yang diukur dalam siklus perdetik (hertz).
Frekunesi inilah yang menentukan kategori gelombang otak: beta, alfa, theta dan delta. Setiap jenis gelombang otak memiliki pengaruh yang besar terhadap kondisi fisik dan psikis manusia. Dalam rangka mencapai kehidupan yang baik, penuh inspiratif, memiliki ide cemerlang, kreativitas tanpa batas, keikhlasan, khusyuknya shalat sangat dipengaruhi oleh gelombang otak alfa dan theta. Dan ada hubungan timbal-balik atau saling mempengaruhi.
Jika kita pernah membaca dua seri buku Quantum Ikhlas karya Erbe Sentanu, bisa dipahami bahwa alam ini, suara-suara alam, seperti suara semilir angin, gemercik air, arus air, gemuruh ombak, kicauan burung, suara jengkrik semuanya diciptakan oleh Allah untuk membantu mengaktivasi dua gelombang otak (alfa dan theta).
Selain yang ada di alam, sikap diri kita yang senantiasa mengikuti tuntunan Allah seperti puasa bisa pula mengaktivasi gelombang otak alfa dan theta. Meskipun sebaliknya gelombang otak bisa mempengaruhi sikap. Ada sejenis lingkaran pengaruh.
Kedua gelombang ini paling didambakan karena berdasarkan tabel empat kategori gelombang otak Erbe Sentanu: alfa menghasilkan rasa ikhlas, nyaman, tenang, santai, puas, segar, bahagia, endorphine dan serotonin; dan theta menghasilkan suasana ikhlas, kreatif, integratif, hening, imajinatif.
Dua gelombang otak lainnya: beta, menghasilkan aktif, cemas, was-was, khawatir, stress menghasilkan cortisol dan norepinephrine sedangkan delta lebih sering aktif pada saat sedang tidur dan ini berfungsi untuk kesehatan agar bisa mendapatkan kualitas tidur.
Berpuasa mampu mengaktivasi gelombang otak Alfa maupun theta. Pada saat berpuasa gelombang otak beta menurun karena dikurangi asupan makanan dan minumannya. Begitupun shalat tengah malam baik di luar Ramadan apa lagi dalam bulan Ramadan aktivasi pencapian gelombang otak Theta sangat cepat.
Dari relasi shalat dan gelombang otak, saya menyimpulkan satu alasan, kenapa shalat tahajud diperintahkan pada malam hari atau waktu terbaik sepertinga malam, bukan siang. Berdasarkan gelombang otak ketika yang lain sedang tidur maka gelombang otaknya delta. Lalu kita bangun shalat tahajud maka ibaratnya sedang berada di tengah samudera gelombang delta, itu akan mengaktivasi gelombang theta dan akan mempengaruhi shalat kita semakin khusyuk.
Hubungan shalat tahajud dan gelombang otak theta ini, Allah kembali membuktikan kebenaran dan titik temu kebenaran ayat qauliyah dan ayat kauniyah. Perintah shalat tahajud QS. al-Isra [17]: 79. Allah pun menegaskan dalam QS. al-Muzammil [73]: 6 “sungguh bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa) dan (bacaan pada waktu itu) lebih berkesan. Dari firman Allah ini, berdasarkan pemahaman gelombang otak kenapa dahsyat karena kita sedang “berenang” dalam samudera gelombang delta, dan membantu mengaktivasi gelombang theta.
Petasan dan Knalpot Bising sebagai Antitesa
Sungguh selain alam (hal yang alami), sikap diri, tuntunan Allah semua itu bisa mengaktivasi gelombang otak yang memberikan pengaruh dan manfaat besar bagi diri manusia. Dan sebaliknya gelombang otak bisa semakin mempengaruhi keikhlasan, kekhusyukan ibadah dan ini pula bermanfaat bagi diri. Kepentingan dunia-akhirat terpenuhi dalam relasi timbal balik itu.
Namun ternyata di antara kita, ada perilaku bahkan terkesan menjadi tradisi yang sesungguhnya dipandang sebagai antitesa, kontradiktif, bertentangan dari harapan relasi shalat dan gelombang otak. Dan ini yang harus disadari bersama.
Petasan dalam bulan Ramadan dan Knalpot bising khususnya pada malam takbiran sesungguhnya itu bukan membantu mengaktivasi dua gelombang otak (alfa dan theta). Justru sebaliknya mempercepat aktivasi gelombang beta. Gelombang otak ini berdampak buruk bagi diri dan termasuk kekhusyukan ibadah (shalat dan puasa).
Bukan hanya karena suaranya yang bising ditelinga dan mengganggu suara pada saat shalat, tetapi secara ilmiah (meskipun ini masih hipotesis) saya yakin jika dilakukan pengukuran dengan teknologi Elektroensefalogram (EEG) maka akan memicu dengan cepat lahirnya gelombang otak beta.
Ini juga yang membuat saya berpikir keras, ketika anak saya yang masih TK minta dibelikan petasan. Untung saja jenis petasan yang diminta bukan yang bersuara atau maksimal yang suaranya sangat kecil. Saya pun pernah membandingkan bagaimana nikmatnya beribadah, melaksanakan shalat idul fitri di desa yang jauh dari suara-suara petasan dan knalpot bising, tetapi lebih didominasi suara alam, seperti kicauan burung, jengkrik dan lain-lain.
Dari sini saya berharap, adanya kesadaran perilaku terkait hal tersebut, begitu pun para produsen petasan, pengguna kendaraan dengan knalpot bising marilah kita menyadari. Para da’i ayo dakwahkan secara massif bagaimana mengurangi dan mencegah kedua tradisi di atas. Pemerintah serta pembuat dan penegak hukum ayo lakukan langkah preemtif dan preventif. Bukan berarti saya menghalagi rezeki produsen dan penjual petasan, tetapi saya yakin banyak jalan rezeki lainnya.
*Mantan Ketua PD. Pemuda Muhammadiyah Bantaeng. Komisioner KPU Kabupaten Bantaeng Periode 2018-2023