Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Hikmah RamadanOpini

Ramadan, Bulan Charge Full Kehidupan

×

Ramadan, Bulan Charge Full Kehidupan

Share this article

Oleh: Agusliadi Massere *)

Diri kita terdiri dari dua dimensi: fisik (jasmaniyah) dan psikologis (mental-batiniah). Para pakar pun telah menemukan secara ilmiah bahwa secara hierarkis dimensi psikologis lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dimensi fisik—dalam hal menjalani hidup dan kehidupan.

Dalam kehidupan ini, kita seringkali berlaku tidak adil terhadap diri sendiri. Lebih mengutamakan kebutuhan dan kepentingan fisik daripada psikis. Mengeluarkan banyak biaya dan daya untuk memenuhi kebutuhannya.

Dampaknya, diri nampak sehat-bugar, namun hati selalu gelisah. Lebih jauh daripada itu, di beberapa negara maju, ternyata tingkat kasus bunuh dirinya sangat tinggi. Bukan karena kekurangan kebutuhan material tetapi krisis kebutuhan spiritual.

Hal di atas adalah fenomena nyata. Secara sederhana saja, berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan sandang, pangan dan papan. Dan selanjutnya berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi dahaga rohaniah kita.

Namun sesungguhnya ini memang bukan pembanding yang tepat, karena kebutuhan dan kepentingan dahaga rohani—jika ukurannya biaya yang bersifat finansial—seringkali sangat murah. Yang tepat, seberapa besar perhatian kita untuk kebutuhan rohani (psikis).

Perhatian kita pun seringkali juga tidak adil. Coba diingat, betapa galaunya diri kita ketika saat bepergian dan lupa bawa charger (cas) handphone atau lupa meng-charge (meng-cas) handphone. Namun kita tidak pernah galau dan bertanya sudahkan diri kita di-charge—khususnya kebutuhan psikis?.

Kebutuhan charge diri untuk dimensi fisik-jasmaniah, saya yakin tidak pernah terlupakan. Bahkan di bulan Ramadhan ini, yang sejatinya mengajarkan tentang pengendalian diri terhadap—salah satunya—hasrat konsumtif, justru sebaliknya daya beli masyarakat meningkat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Begitu banyak sajian menu yang menggoda hasrat, tetapi dibalik itu seringkali bersanding antara “fisik yang tersiksa karena kenyang” dan “mubazir karena tidak dihabiskan”.

Ramadhan dan perintah puasa yang ada di dalamnya dihadirikan sebagai bulan charge full kehidupan. Untuk meng-charge full diri kita sebagai umat Islam yang beriman. Tentu meng-charge di sini bukan dengan mengambil charger handphone lalu colok di listrik dan pasang di badan. Ini sama saja bunuh diri.

Charge full di sini adalah meng-charge fisik dan psikis secara adil. Memenuhi kebutuhan dan kepentingan fisik dan psikis secara adil dan proporsional. Untuk fisik dalam hal makan (sebagai contoh) selama ini, biasa dianggap tidak full meskipun sesungguhnya berlebihan dalam hal porsi. Karena charge full untuk fisik khususnya dalam hal makan adalah sebagaimana sabda Rasulullah SAW “makanlah pada saat lapar dan berhentilah sebelum kenyang”.

Hal tersebut, justru sebaliknya, sehingga semakin banyak makan yang sesungguhnya bergizi—berdasarkan kandungannya—tetapi tubuh justru bukan semakin sehat, tetapi semakin “canggih” penyakitnya. Ini karena berlebihan.

Bulan Ramadhan, sebagai wujud cinta Allah kepada hamba-Nya, dijadikan sebagai bulan charge full dimensi psikis-rohaniah. Karena tentunya Allah pun tahu, bahwa minimal selama 11 bulan lamanya, dimensi diri ini, seringkali tidak mendapatkan porsi perhatian yang maksimal. Charger ini bisa berupa, ibadah ritual, ibadah tambahan seperti shalat tarawih, puasa, amalan-amalan lainnya. Bahkan tidur pun mengandung pahala kebaikan. Apa lagi jika digunakan untuk membaca Al-Qur’an, membaca tulisan ini, dan termasuk menulis sejenis ngabuburit literasi.

Ini penting karena jika charge full psikis telah dilakukan, maka jiwa ini tidak lowbat. Dan jiwa yang lowbat tetapi full energi, jika mendalami teori quantum learning, sesungguhnya akan membangunkan kedahsyatan fungsi otak kita. Ini salah satu efek positif bagi jiwa (suasana hati) yang selalu senang, tenang dan bahagia. Mari menjadikan Ramadhan ini, sebagai bulan Charge full Kehidupan

*) Agusliadi Massere adalah Mantan Ketua PD. Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Bantaeng, Komisioner KPU Kabupaten Bantaeng Periode 2018-2023

 

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply