Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
ArsipMuhammadiyahOpini

Refleksi Milad Ke-53 Tahun IMM

×

Refleksi Milad Ke-53 Tahun IMM

Share this article
Andi Tanra Harun (Sekretaris Bidang Keilmuan DPD IMM Sulsel)

Oleh: Andi Tanra Harun (Sekretaris Bidang Keilmuan DPD IMM Sulsel)

KHITTAH.co, Kota Parepare- Tanggal14 Maret 2017 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) telah genap berusia 53 tahun sejak kelahirannya 14 Maret 1964 silam di Yogyakarta. IMM dilahirkan adalah sebagai eksponen bangsa dan pengemban misi intelektual yang diharapkan melakukan penetrasi dan mensosialisasikan dakwah Islam yang sesuai arah dan perjuangan Muhammadiyah di tengah dinamika kehidupan kampus yang dinamis dan inklusif bagi pergerakan ideologi

Dalam sejarahnya sebelum MIuhammadiyah memiliki Perguruan Tinggi seperti yang diinginkan, para mahasiswa Muhammadiyah yang merasa perlu adanya perkumpulan khusus mahasiswa yang secara khusus anggotanya terdiri dari mahasiswa memilih jalur alternatif dengan bergabung di HMI, hal ini wajar karena pada waktu itu di tubuh HMI sendiri dipegang oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah yang secara aktif mengelola HMI bahkan Muhammadiyah waktu itu secara kelembagaan turut mengelola HMI baik dari sisi moral maupun material.

Meski dalam perkembangannya HMI yang diharapkan akan tetap konsisten dalam pemahaman agama yang diilhami oleh Muhammadiyah akhirnya berbelok arah dan mengalami perubahan yang tidak sejalan lagi dengan cita-cita dan gerakan dakwah Muhammadiyah, sehingga Muhammadiyah yang merasa perlu menyelamatkan kader-kadernya dari penyimpangan indepedensi yang diinginkan Muhammadiyah akhirnya menetapkan kebijakan mengentaskan mahasiswanya dari HMI dan merasa perlu mewadahi secara khusus organisasi kemahasiswaan bagi kader-kader Muhammadiyah dan terbentuklah IMM.

Dalam upaya mengefektifkan peranan ikatan, pada tanggan 11-13 Desember 1946, IMM menyelengarakan musyawarah pendahuluan untuk menetapkan hakikat IMM. Dalam musyawarah ini dicapai keputusan enam penegasan, yaitu pertama, IMM adalah Gerakan Mahasiswa Islam. Kedua, IMM adalah Organisasi yang Sah dan Mengindahkan Segala Hukum, Undang-undang, Peraturan, Dasar dan Falsafah Negara. Ketiga, kepribadian Muhammadiyah adalah Landasan Perjuangan IMM. Keempat, IMM adalah Eksponen Mahasiswa dalam Muhammadiyah. Kelima, amal IMM adalah Ilmiah dan Ilmu adalah Amaliah. Keenam, amal IMM Lillahi Ta’ala dan diabadikan untuk kepentingan masyarakat. Keputusan enam penegasan tersebut di dalam MUNAS IMM se Indonesia I di Surakarta pada tanggal 1-5 Maret 1965 ditetapkan sebagai khittah perjuangan IMM.

Dalam musyawarah ini Mohammad Djaz sebagai Ketua Pimpinan Pusat IMM pertama menyatakan perlunya menyusun asas organisasi diatas kepribadian Muhammad untuk itu selain penciutan tatanan organisasi, musyawarah juga  merumuskan “Deklarasi Kota Barat“ Solo pada tanggal 5 Mei 1965 yang mengungkapkan tekad IMM untuk mewujudkan satu wadah pembinaan generasi muda nasional sebagai bagian perjuangan IMM.

Pada dasarnya IMM sejak awal telah memiliki tiga landasan paradigm Pertama, IMM memiliki tauhid in action.Kedua, IMM memiliki semangat sosialisme Islam sebagaimana yang dilambangkan dengan Jas kebesaran IMM dengan warna merah. Ketiga, IMM melakukan mobilitas horizontal yang menjadi antithesis mobilitas vertikal. Namun tanpa disadari bahwa prinsip paradigma tersebut telah mulai tercabut dari IMM, sehingga upaya meneguhkan kembali landasan paradigma dan membangun gerakan intelektual harus menjadi agenda penting perjuangan ikatan maka dalam hal ini perlu upaya pengembangan kemampuan intelektual yang dimiliki kader-kader IMM.

Apabila melihat konteks sejarah seharusnya IMM mampu melahirkan banyak intelektual muda di zamannya, inetelektual muda adalah nafas zaman, sosok yang diharapkan bangsanya untuk mampu membawa peran dalam setiap peristiwa yang terjadi di tengah berbagai dinamika kehidupan karna pada dasarnya masyarakat membutuhkan intelektual yang sanggup membimbing mereka. Intelektual yang mampu memetakan potensi dan memberi solusi yang jeli untuk memecahkan berbagai persoalan masyarakatnya. Namun seiring berjalannya waktu kesan itu masih sebatas mimpi, belum teralisasikan akibat kebebalan yang berakar pada penonjolan sentrisme primordial.

IMM yang usianya sudah melebihi setengah abad harus memanfaatkan momentum dalam mengembalikan paradigma ikatan dan menjawab kualitas intelektualitas yang dipertanyakan. IMM telah menjalani perjalanan panjang selama 52 tahun harus segera merefleksikan diri dan apa konstribusi yang telah diberikan IMM kepada Muhammadiyah, sudahkah sejalan dengan peran dan fungsi mereka sebagai gerakan dakwah Islam khususnya dilingkungan mahasiswa ? Tantangan zaman semakin berat dan di usia ke- 53 IMM harus lebih memasifkan lagi gerakannya menuju Indonesia yang lebih berkemajuan. “Istiqomah, berhikmat untuk bangsa demi indonesia berdaulat. Jayalah Ikatanku, Abadi perjuangan kami”

 

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply