KHITTAH.co, Makassar- Pimpinan Wilayah Muhammadiyah memusatkan pelaksanaan Salat Idulfitri di halaman Pusat Dakwah Muhammadiyah (PUSDAM) Wilayah Sulawesi Selatan, Ahad, 2 Mei 2022.
Dalam pelaksanaan Salat Id ini, Wakil Ketua Majelis Tarjih PWM Sulsel, Prof. Dr. Kasjim Salenda bertindak sebagai khatib.
Dalam khutbahnya, Prof Kasjim mengingatkan, Ramadan seharusnya menjadikan umat Islam sebagai individu-individu yang memiliki sifat-sifat luhur.
“Puasa yang telah kita laksanakan selama Ramadan, jangan sampai hanya menjebak kita menjadi pribadi-pribadi yang hanya mengejar door-prize dan bonus pahala atau discount dosa,” tegas Prof Kasjim.
Ada pun sifat luhur yang disebutkan Prof Kasjim di antaranya, sabar, disiplin, empati, bertanggungjawab, dan jujur.
Lebih lanjut, Prof Kasjim menekankan, puasa hendaknya merevitalisasi kejujuran umat. “Allah SWT memerintahkan kita untuk berlaku jujur, baik terhadap orang lain maupun terhadap diri sendiri dan terhadap Allah SWT.
Guru Besar UIN Alauddin Makassar ini menuturkan, kejujuran dalam Quran disebut ‘al-Shidq’. Kata ini berulang sebanyak 153 kali.
“Ia sinonim dengan berterus-terang dan antonim dari kebohongan, kecurangan dan kemunafikan. Perilaku jujur merupakan sifat universal yang dijunjung tinggi oleh semua etnis dan agama,” ungkap Prof Kasjim.
Menurut Prof Kasjim, universalitas kejujuran dapat berupa menepati janji baik secara lisan maupun tertulis.
Tidak hanya itu, jujur dalam berpendapat, memberi nasehat, serta mengerjakan sesuatu dengan tulus dan sebaik mungkin meski tanpa pengawasan, juga seharusnya dapat melatih kejujuran kita.
“Kejujuran adalah sesuatu yang abstrak. Tidak ada seorangpun di dunia ini mampu mendeteksi kejujuran atau ketidakjujuran orang lain, meskipun dengan alat detektor yang super canggih sekalipun,” kata Prof Kasjim.
Ia juga mengingatkan, pengalaman telah menunjukkan bahwa keberhasilan pembangunan dalam sebuah negara sangat ditentukan oleh sikap kejujuran dari pemimpinnya.
Pembangunan, kata Prof Kasjim, akan sulit dijalankan apabila tidak memiliki orang-orang terampil, cerdas, dan berwawasan global.
“Tetapi itu semua tidak ada jaminan akan keberlangsungan pembangunan tersebut apabila mereka itu bukan orang-orang yang jujur dan amanah,” tegas dia.
Krisis ekonomi, lanjut dia, kemiskinan atau lain-lain yang terjadi di berbagai negara termasuk Indonesia, penyebabnya bukan karena karakter kinerja yang kurang.
Hal ini, menurut Kasjim, semata-mata karena pelaku-pelaku pembangunan yang tidak jujur dan amanah. Kejujuran merupakan karakter moral yang jauh lebih penting, tidak hanya karakter kinerja seseorang yang tercermin pada kerja keras dan kecerdasan.
Karena itu, Prof Kasjim mengungkapkan, seharusnya Ramadan menjadi universitas untuk melatih atau merervitalisasi kejujuran, khususnya bagi umat Islam yang berpuasa dan menempa diri selama sebulan. (Fikar).