Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
LiterasiOpini

Seni Berinteraksi dengan Penguasa dalam Al-Quran

×

Seni Berinteraksi dengan Penguasa dalam Al-Quran

Share this article

Oleh: Muhammad Chirzin*

Kata kunci tentang penguasa dalam Al-Quran ialah khalifah, malik (raja) dan ulil amri (pemegang urusan). Allah swt memerintahkan orang beriman untuk mentaati ulil amri, selama kepemimpinan mereka sejalan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Allah swt berfirman dalam Al-Quran,

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, serta ulil amri di antara kamu. Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya. (QS An-Nisa`/4:59)

Tugas rakyat ialah mentaati pemimpin. Jika pemimpin menyimpang, maka rakyat harus mengingatkannya. Rasulullah saw bersabda, “Perjuangan paling besar ialah menyampaikan kebenaran kepada penguasa yang lalim;” “Siapa yang melihat kemungkaran, hendaklah mengubahnya dengan tangannya; jika tidak bisa, maka dengan mulutnya; jika tidak bisa, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.”

Di antara raja-raja yang disebut dalam Al-Quran ialah Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan Fir’aun. Allah swt menetapkan Nabi Daud sebagai khalifah, sebagaimana tertera dalam Al-Quran,

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah, penguasa, di muka bumi, maka berilah keputusan perkara di antara manusia dengan adil dan janganlah mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (QS Shad/38:26).

Allah swt berfirman tentang Raja Sulaiman dan Ratu Saba` demikian.

Balqis berkata: “Hai pembesar-pembesar, sebuah surat yang mulia telah dijatuhkan kepadaku. Surat itu dari SuIaiman dan isinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku berserah diri.” Balqis berkata: “Hai para pembesar, berilah aku pertimbangan; aku tidak pernah memutuskan persoalan sebelum kamu berada dalam majelisku.” Mereka menjawab: “Kita memiliki kekuatan dan keberanian dalam peperangan, dan keputusan di tanganmu.” Dia berkata: “Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; demikian pulalah yang akan mereka perbuat. Aku akan mengirim utusan kepada mereka membawa hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.”

Tatkala utusan itu sampai, Sulaiman berkata: “Apakah patut kamu menolong aku dengan harta? Apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu bangga dengan hadiahmu. Kembalilah kepada mereka, sungguh kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri Saba` itu dengan terhina dan mereka menjadi tawanan yang hina dina.” (QS An-Naml/27:20-37).

Al-Quran mengungkap figur Fir’aun sebagai penguasa yang lalim. Maka Allah swt mengutus Nabi Musa untuk mencegah kelalimannya. Berikut beberapa episode kisah Nabi Musa menghadapi Fir’aun yang diungkap Al-Quran.

“Pergilah kepada Fir’aun, sungguh ia telah melampaui batas.” Musa berkata: “Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, Harun saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan jadikankanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau. Sungguh Engkau Maha Melihat keadaan kami.” Allah berfirman: “Sesungguhnya permintaanmu telah diperkenankan, hai Musa.” (QS Thaha/20:24-36)

Dalam himpunan ayat lain Allah swt berfirman,

Aku telah memilihmu untuk diri-Ku. Pergilah kamu dan saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu lalai dalam mengingat-Ku. Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, sungguh kami khawatir ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas.” Allah berfirman: “Janganlah kamu khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu; Aku mendengar dan melihat.” (QS Thaha/20:41-46)

“Datanglah kamu berdua kepada Fir’aun dan katakan: “Sesungguhnya kami utusan Tuhanmu. Lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan jangan menyiksa mereka. Kami datang kepadamu membawa bukti kerasulan kami dari Tuhanmu. Keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk, dan siksa itu ditimpakan atas orang yang mendustakan dan berpaling. Firaun berkata: “Siapakah Tuhanmu, hai Musa?” Musa berkata: “Tuhan kami ialah yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. Fir’aun berkata: “Bagaimanakah keadaan umat-umat terdahulu?” Musa menjawab: “Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab, Tuhan kami tidak akan salah dan tidak pula lupa.” (QS Thaha/20:47-52)

Kami telah perlihatkan kepada Fir’aun tanda-tanda kekuasaan Kami, maka ia mendustakan dan enggan menerima kebenaran. Fir’aun berkata: “Apakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami ini dengan sihirmu, hai Musa? Kami pun pasti akan mendatangkan pula kepadamu sihir semacam itu. Buatlah suatu pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak pula kamu. Musa berkata: “Waktu untuk pertemuan itu di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik.” Maka Fir’aun meninggalkan tempat itu, lalu mengatur tipu daya, kemudian dia datang.

Setelah berkumpul mereka berkata: “Hai Musa, apakah kamu yang melemparkan dahulu atau kamikah yang mula-mula melemparkan?” Musa berkata: “Silakan kamu sekalian melemparkan.” Maka tiba-tiba tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: “Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang unggul. Lemparkanlah apa yang di tangan kananmu, niscaya ia menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat adalah tipu daya tukang sihir belaka. Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang.”

Lalu tukang-tukang sihir itu menyungkur sujud seraya berkata: “Kami percaya kepada Tuhan Harun dan Musa.” Fir’aun berkata: “Apakah kamu beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian? Sesungguhnya ia pemimpin yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang, dan aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma. Kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya.” Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata, mukjizat, yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami. Allah lebih baik pahala-Nya dan lebih kekal.” (QS Thaha/20:56-73)

Dalam surat yang lain Allah swt berfirman,

Tha` Sin Mim. Ini adalah ayat-ayat Kitab Al-Quran yang nyata dari Allah. Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka, dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang yang berbuat kerusakan. Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi Mesir itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka pewaris bumi, dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi. Kami akan perlihatkan kepada Fir’aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu. (QS 28:1-6)

Musa berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku. Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan perkataanku; aku khawatir mereka akan mendustakanku”. Allah berfirman: “Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; berangkatlah kamu berdua dengan membawa mukjizat Kami, kamu dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang.

Tatkala Musa datang kepada mereka dengan membawa mukjizat Kami, mereka berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang dibuat-buat dan kami belum pernah mendengar seruan yang seperti ini pada nenek moyang kami dahulu.” Musa menjawab: “Tuhanku lebih mengetahui orang yang patut membawa petunjuk dari sisi-Nya dan siapa yang akan mendapat kesudahan baik di akhirat. Tidaklah akan mendapat kemenangan orang-orang yang zalim.” Fir’aun berkata: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa; aku yakin dia termasuk pendusta.”

Fir’aun dan bala tentaranya berlaku angkuh di bumi Mesir tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka tidak akan dikembalikan kepada Kami. Maka Kami hukumlah Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim. Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru manusia ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. Kami ikutkan laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk yang dijauhkan dari rahmat Allah. (QS Al-Qashsash/28:33-42)

Penguasa niscaya memperhatikan dan melayani rakyat, dan rakyat mentaati dan memuliakan penguasa sebagaimana mestinya.

* Guru Besar Tafsir Al-Qur’an UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Sumber ilustrasi: muslimahnews.com

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply