
KHITTAH.CO, MAKASSAR — Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar menegaskan penguatan cabang, ranting, dan masjid Muhammadiyah akan ditempatkan sebagai agenda prioritas. Kampus bahkan menyiapkan skema evaluasi keterlibatan sivitas akademika di tingkat basis persyarikatan itu.
Wakil Rektor III Unismuh Makassar, Dr K.H. Mawardi Pewangi, mengatakan keterlibatan dosen dan karyawan dalam aktivitas persyarikatan di cabang, ranting, serta masjid akan dipantau dan diarahkan menjadi salah satu prasyarat pemenuhan beban kinerja dosen (BKD).
Hal itu disampaikan Mawardi saat membuka Kuliah Tamu yang dibawakan Ketua Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCR) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, K.H. Muhammad Jamaluddin Ahmad, S.Psi, Psikolog, Jumat, 19 Desember 2025, di Balai Sidang, Kampus Unismuh Makassar. Acara kuliah tamu dipandu Pengurus LPCR PM PW Muhammadiyah Sulsel Dr. Nasrun, M.Pd.
Menurut Mawardi, kebijakan itu merujuk pada keputusan Majelis Diktilbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang menekankan kewajiban perguruan tinggi amal usaha Muhammadiyah membina serta mengembangkan cabang, ranting, dan masjid Muhammadiyah.
Selain mandat pembinaan, ia menyebut mandat kedua, yakni pengkaderan. “Perguruan tinggi menjadi pusat pengkaderan Muhammadiyah,” kata Mawardi. Ia menegaskan, evaluasi aktivitas di cabang, ranting, dan masjid tidak hanya berlaku bagi dosen dan karyawan, tetapi juga pimpinan.
Arah penguatan itu juga menyasar mahasiswa. Mawardi menyampaikan, kampus akan mendata domisili mahasiswa dan mendorong mereka berkomunikasi dengan cabang, ranting, serta masjid di lingkungan tempat tinggal dan tempat mereka berjamaah.
Pesan Ketua LPCR PM
Dalam sesi kuliah umum, Jamaluddin mengaitkan penguatan cabang–ranting–masjid dengan problem sosial yang lebih luas, termasuk persoalan moral dan sosial di kampus. Ia menuturkan pernah diminta menyampaikan materi tentang kampus bebas perundungan, diskriminasi, dan tindakan amoral; setelah membuka data, ia menyebut kondisinya “mengerikan” karena persentasenya terus meningkat.
Jamaluddin menegaskan persoalan itu tidak semata melibatkan mahasiswa—ia menyebut ada kasus yang turut melibatkan dosen dan pejabat—sehingga cabang, ranting, dan masjid diharapkan menjadi jalan keluar dan “solusi terhadap persoalan umat”. Ia juga mengingatkan agar warga persyarikatan tidak larut dalam kebiasaan “mencari alasan” yang ia sebut, dalam istilah psikologi, sebagai defense mechanism.
Ia menutup dengan dorongan agar orientasi gerakan kembali pada pemakmuran masjid, serta seruan yang berulang ia tekankan “Masjid makmur, memakmurkan”, “Dari masjid, kita bangkit”; dan “Masjid, apapun masalahnya, masjid solusinya.”
Penguatan Cabang – Ranting – Masjid
Dalam sesi kuliah umum, Ketua Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCR) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, K.H. Muhammad Jamaluddin Ahmad, mengaitkan penguatan cabang-ranting-masjid dengan problem sosial yang lebih luas, termasuk persoalan moral dan sosial di kampus.
Ia menuturkan pernah diminta menyampaikan materi bertema kampus bebas perundungan, diskriminasi, dan tindakan amoral. Setelah membuka data, ia menyebut kondisinya “mengerikan” karena persentasenya terus meningkat.
Jamaluddin menegaskan, persoalan itu tidak semata melibatkan mahasiswa. Ia menyebut ada kasus-kasus yang turut melibatkan dosen dan pejabat. Karena itu, ia berharap cabang, ranting, dan masjid bisa menjadi jalan keluar dan “solusi terhadap persoalan umat”.
Ia juga mengingatkan agar warga persyarikatan tidak larut dalam kebiasaan “mencari alasan” yang ia sebut, dalam istilah psikologi, sebagai defense mechanism. Menurut dia, kebiasaan itu perlu ditinggalkan agar energi organisasi bergerak pada pembenahan kualitas cabang dan masjid.
Sebagai contoh, ia menyebut Masjid Al-Jihad Pimpinan Cabang Banjarmasin 04 yang memiliki jamaah shalat lima waktu berkisar 800 hingga 1.000 orang. Ia menilai capaian itu dapat terjadi di Makassar bila masjid dikelola secara serius.
Jamaluddin menekankan pentingnya pelibatan anak muda dalam tata kelola masjid. Ia bercerita tentang “Real Masjid” yang disebut dikelola sepenuhnya oleh anak muda, sekaligus memperluas pengertian marbot bukan hanya petugas kebersihan, tetapi juga direktur dan manajer masjid. “Direktur masjid itu marbot,” ujarnya.
Ia melanjutkan gambaran manajemen masjid berbasis profesionalisme. Menurut dia, Real Masjid di Yogyakarta, memiliki 90 marbot yang digaji, serta capaian infak yang pernah menembus lebih dari Rp 1 miliar dalam sebulan, didorong oleh digital marketing dan fundraising yang baik.
Di bagian lain, ia menyinggung adanya program S2 manajemen masjid di Unismuh sebagai respons atas kebutuhan pengelolaan masjid yang lebih serius. Ia juga menyinggung skema pembagian hak marbot dan amil dari infak sebagai bagian dari tata kelola yang ia dorong.
Bagi Jamaluddin, pokok persoalan bukan sekadar kelembagaan, melainkan orientasi. Ia menyebut “tugas pokok” warga persyarikatan adalah memakmurkan masjid, sementara profesi lain ia sebut sebagai “tambahan”. Prioritas yang ia dorong ialah pengajian rutin dan masjid yang makmur.
Ajakan itu ia kemas secara simbolik. Ia menyatakan “malulah” bila tidak menjadi pengurus cabang, ranting, dan masjid; sebaliknya, ia mengajak merasa bersyukur bila menjadi pengurus cabang-ranting dan marbot masjid, dengan target cabang-ranting unggul dan berkemajuan serta masjid makmur dan memakmurkan.
Untuk memperluas daya tarik kepada generasi muda, ia menyinggung rencana peluncuran lagu tentang masjid pada awal hingga pertengahan Januari 2026.Ia menyebut kata “mahasiswa” dimasukkan ke dalam lagu itu agar mahasiswa tertarik dan bangga mengelola masjid.
Target LPCR-PM
Jamaluddin menyebut LPCRPM menjalankan delapan prioritas program yang bertumpu pada masjid, cabang, dan ranting. Ia menyampaikan target seperti “60 kecamatan ada cabang” dan “40 persen desa ada ranting”, serta gagasan masjid percontohan di berbagai level kepemimpinan.
Di ujung paparan, Jamaluddin menutup dengan seruan yang berulang ia tekankan: “Masjid makmur, memakmurkan”; “Dari masjid, kita bangkit”; serta “Masjid, apapun masalahnya, masjid solusinya.”





















