Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Universitas Muhammadiyah Malang Setiap Hari Cetak Uang (Catatan Perjalanan Rakernas PPTHI)

×

Universitas Muhammadiyah Malang Setiap Hari Cetak Uang (Catatan Perjalanan Rakernas PPTHI)

Share this article
Foto bersama Peserta Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pimpinan Perguruan Tinggi Hukum Indonesia (PPTHI). (Sumber foto

KHITTAH.CO- Universitas Muhammadiyah Malang sudah cukup lama saya kenal tapi saya baru bisa menginjakkan kaki di kampus itu melalui kegiatan Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pimpinan Perguruan Tinggi Hukum Indonesia (PPTHI).

Asosiasi ini menghimpun fakultas hukum pergurun tinggi swasta (PTS) seluruh Indonesia. Namun, masih banyak fakultas hukum PTS yang belum bergabung, entah apa penyebabnya.

Dari Kota Makassar, yang hadir hanya Fakultas Hukum UMI. Di luar Makassar, hanya Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Parepare (UMPAR).

Saya belum mendapat informasi dari pengurus APPTHI, alasan masih banyak fakultas hukum PTS di Sulawesi Selatan yang belum bergabung di asosiasi ini. Padahal, program kerja APPTHI periode ini sangat membantu akselerasi kemajuan fakultas hukum PTS.

Tempat menginap seluruh peserta sekaligus tempat Rapat Kerja Nasional APPTHI dipusatkan di Hotel Rayz Malang. Hotel ini adalah unit bisnis Universitas Muhammadiyah Malang, hotel bintang empat berlantai sepuluh.

Pada saat sarapan pagi, saya perhatikan penataan makanan dan minuman serta bagaimana pelayannya melayani tamu, tidak kalah dengan hotel bintang empat lainnya yang pernah saya lihat.

Menjelang masuk waktu Salat Subuh pada Jumat, saya menelepon ke resepsionis untuk mendapat informasi perihal masjid terdekat. Saya diberi penjelasan, hanya sekitar 100 meter.

“Jika Mas sudah di depan hotel, belok kanan kemudian menyeberang jalan, setelah dapat SPBU maka di sebelahnya itu sudah masjid.”

Penjelasan tersebut sudah cukup bagi saya untuk menuju masjid yang dimaksud.Subuh buta saya tinggalkan kamar. Di lift, saya bertemu Dekan Fakultas Hukum Universitas Nasional Jakarta, ia juga mau ke masjid.

Saya berjalan berdua dan saya yakinkan beliau bahwa saya sudah tahu lokasi masjid. Dalam hati saya bergumam, saya harus terkesan menguasai lokasi masjid karena saya ini dosen FH Universitas Muhammadiyah (UM) juga, hal yang wajar jika sering ke UM Malang dan menginap di Hotel Rayz.

Berjalan saat Subuh buta, kendaraan yang melintas di jalan raya masih terhitung jari, sehingga lebih mudah menyeberang jalan sesuai informasi dari resepsionis. Sambil berjalan ke arah kanan, betul saja, ada SPBU dan setelah itu sudah lokasi masjid.

Saya langsung menuju toilet dan tempat wudu di lantai bawah. Toiletnya berjejer sekitar sepuluh kamar, baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan.

Dari lantai atas menuju lantai bawah, kemudian saya menuju ruang Salat. Tak satupun pasir yang terasa terinjak. Di pintu utama, saya lihat nama masjidnya. Rupanya masjid ini mengabadikan nama Mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang terlama, yang tidak ada yberani menggantinya, yaitu KH. AR Fachruddin.

Masjid ini berwarna putih tulang, 2 lantai ke atas dan 2 lantai ke bawah dari arah jalan raya. Usai Salat Subuh, saya masih tinggal di masjid. Sekitar pukul 05.30, saya bermaksud beranjak menuju hotel, tetapi saya dicegat oleh tiga jemaah untuk tinggal mengobrol.

Rupanya, ketiga jemaah itu juga adalah peserta APPTHI. Mereka adalah Pak Dr. Muhdar, Dekan FH Universitas Hasyim Asyari, Pak Dr. Yusuf, Dekan FH Universitas Al-Azhar Jakarta, dan Pak Dr. Zainal Arifin, Dekan FH Universitas Islam Batik, Solo.

Saya pun memperkenalkan diri sebagai Dekan FH UM Parepare. Dalam diskusi ringan terebut, ketiga dekan dari kampus yang berbeda itu minta sharing informasi tentang pola hubungan PTM dengan struktur Muhammadiyah.

Mereka minta dijelaskan bagaimana peran PP Muhammadiyah dalam menjaga kualitas PTM, bagaimana mekanisme pemilihan rektor dan dekan, apa peran Majelis Diktilitbang dalam akreditasi, dan hal lainnya.

Mentari pagi sudah mulai menampakkan dirinya. Diskusi ringan diakhiri dan dilanjutkan dengan berjalan menuju hlHotel Rayz untuk sarapan pagi. Dalam perjalanan, sepintas saya lihat pengendara motor dan mobil sudah antre mengisi BBM.

Saat sarapan, saya mendapat informasi bahwa SPBU itu juga adalah unit bisnis Universitas Muhammadiyah Malang. Saya tiba-tiba berkhayal berapa uang yang masuk setiap hari.

Dalam hati, saya kembali bergumam, wah, ini masih pagi-pagi, UM Malang sudah cetak uang. Hotel Rayz juga tingkat huniannya cukup tinggi, orang yang sarapan pagi, saya perhatikan bukan hanya peserta rakernas APPTHI.

Dari dua unit bisnis ini saja sudah cukup mampu menopang kebutuhan operasional kampus. Situasi inilah yang banyak diimpikan oleh banyak kampus agar tidak bergantung pada SPP. Memilih jenis unit bisnis untuk menopang kebutuhan operasional kampus, UM Malang bisa menjadi role model.

SPBU yang berlokasi di tempat strategis atau banyak dilalui kendaraan roda dua dan roda empat, tentu, peluang pengisian BBM lebih banyak. Warga kampus saja yang mengisi BBM minimal sekali sepekan sudah bisa mendatangkan keuntungan, apatah lagi jika melayani masyarakat umum setiap hari.

Kampus yang berada di daerah transit atau di daerah tujuan wisata, peluang memilih bisnis perhotelan cukup menjanjikan. Hotel berbintang saat ini sudah menjadi pilihan bagi kelas menengah untuk melangsungkan pernikahan anaknya.

Banyak event berskala regional dan nasional bisa dilaksanakan di daerah yang ada hotel berbintangnya. Darimana investasinya?. Inilah yang perlu dicarikan solusinya.

Acara pembukaan Rakernas APPTHI dan Sosialisasi Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) dimulai pada Jumat, 17 Februari, pukul 09.0 WIB.

Acara pembukaan diawali pembacaan Ayat Suci Al-Quran, disusul menyanyikan lagu Indonesia Raya, dilanjutkan lagu Sang Surya, dan diakhiri lagu Mars APPTHI. Lagu Sang Surya merupakan lagu yang sering dinyanyikan pada acara resmi di Persyarikatan Muhammadiyah.

Hari terakhir, Sabtu, 18 Februari 2023, panitia memfasilitasi peserta Rakernas APPTHI untuk mengunjungi objek wisata taman bunga. Perjalanan dari Htel Rayz sekitar satu jam. Saat tiba di objek wisata, ratusan mobil bus dan mobil pribadi berjejer di area parkiran.

Berbagai jenis oleh-oleh tersedia. Tidak jauh dari area parkir, sudah terlihat objek wisata bunga, berbagai jenis dan warna warni bunga memanjakan mata.

Dalam perjalanan menuju objek wisata, di balik jendela mobil yang saya tumpangi, konvoi mobil peserta melintas di depan Sengkaling UMM, sekitar pukul 08.00 WIB. Sepintas, saya melihat pengunjung sudah mulai ada yang datang.

Saya lihat di bagian depan, ada area khusus bermain untuk anak-anak seusia taman kanak-kanak. Dalam hati, saya berguman lagi, masih pagi-pagi UM Malang sudah cetak uang.

Saya belum dalami seperti apa kondisinya tiga unit bisnis itu, bagaimana mengawali ide pendiriannya, dari mana investasinya, bagaimana pengelolaannya, dan banyak lagi informasi yang perlu digali, sehingga jika unit bisnis ini mau direplikasi di kampus lain, sudah ada polanya.

Di pintu masuk di ruang utama Hotel Rayz, terpampang batu yang menunjukkan bahwa hotel ini diresmikan pada 2010 oleh Bapak Prof. Muhajir Efendi, Rektor UMM pada masa itu.

Kampus negeri saja, saat ini, sudah memulai mengembangkan unit bisnis untuk menopang biaya operasionalnya, terlebih bagi kampus swasta yang pada umumnya hidup dari SPP.

Sebulan yang lalu, saya menghadiri ceramah bisnis di Makassar. Kata narasumber itu, bisnis itu sejatinya harus untung tetapi jika rugi, jadikan sebagai pembelajaran untuk meraih keuntungan yang lebih besar. Semoga kita akan segera memulainya!

Ditulis oleh : Ibrahim Fattah, Dekan FH UM Parepare.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply