KHITTAH.CO, MAKASSAR — Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sulsel menggelar dialog pra Musyawarah Daerah (Musyda) DPD IMM Sulsel ke XXI. Dialog itu berlangsung di Mini Hall FKIP Unismuh Makassar, Ahad, 23 Februari 2020.
Dialog tersebut menghadirkan Drs. H. Ashabul Kahfi, M.Ag (Anggota DPR RI Fraksi Partai Amanat Nasional Dapil Sulsel I), Prof. Dr. Irwan Akib, M.Pd (Mantan Rektor Unismuh), Dr. Rakhim Nanda, ST., MT (WR1 Unismuh Makassar) dan Dr. Panja Nurwahidin, M.Pd. (Kepada Bidang GTK Dinas Pendidikan kota Makassar). Kemudian moderator Nur Maulana Azis (Ketua Bidang Organisasi DPD IMM Sulsel).
Ashabul Kahfi mengatakan kader IMM harus menciptakan kader ulama, karena saat ini Muhammadiyah butuh ulama. Atau tidak usah dulu soal ulama Muhammadiyah soal mubaligh saja dulu, siapa mubaligh Muhammadiyah di Sulsel.
”Saya kira mubaligh Muhammadiyah masih kurang apalagi ulama. Sehingga saya harapkan kepada kader IMM tingkat Sulsel, agar melakukan Baitul Arqam untuk melakukan pemetaan Ulama dan mubaligh Muhammadiyah,” kata Ashabul Kahfi.
Sementara itu Prof. Irwan Akib mengungkapkan bahwa soal Muhammadiyah kurang ulama, tapi saat jadi rektor pernah melahirkan beberapa ulama dengan membentuk pendidikan Ulama Tarjih. Lagi-lagi untuk melanjutkan pendidikan Ulama Tarjih itu, maka dibutuhkan pemimpin yang wajah ulama.
”Setidaknya kalau saya tidak jadi ulama saya bisa menciptakan ulama dengan adanya Pendidikan ulama Tarjih saat saya jadi rektor,” ungkap Irwan.
Lanjut Irwan bahwa kondisi gerakan mahasiswa saat ini seperti apa, karena setiap ada keresahan masyarakat, hampir tidak ada mahasiswa muncul. Bukan berarti tidak adanya mahasiswa demo, bukan disitu wilayah kritikan. Tapi bagaimana bisa kritikan, berbentuk literasi karena litetasi yang paling tepat saat ini untuk mengkritik pemerintah.
“Contohnya adanya polemik kepala BPIP yang ingin mengganti ucapan assalamualaikum menjadi salam Pancasila. Saya kira ketika mengganti ucapan itu bukan berarti memperkuat ideologi Pancasila, tapi malah membuat resah masyarakat, karena Pancasila sudah selesai baik dalam konteks agama maupun konteks nasional,” tambahnya Irwan.
WR1 Unismuh Rakhim Nanda menjelaskan bahwa kader IMM saat ini belum jelas arahnya, misalnya kader yang ada di DPD karena rata-rata sudah sarjana semua. Sejauh ini yang masing-masing jurusannya belum jelas mau kemana. Maka DPD tugasnya harus bisa memetakan itu.
“Saya kira DPD penting memetakan potensi kader, bisa mengetahui siapa bisa berkiprah dunia politik, pemerintahan maupun di akademik. DPD harus data itu, jangan lagi DPD bertengkar soal DAD atau LID. Juga penting kader kita yang potensi diberikan beasiswa, contohnya ketua DPD itu penting diberikan beasiswa untuk melanjutkan akademiknya,” jelas Rakhim.
Selain itu Panja Nurwahidin mengingatkan kader IMM bahwa ketika bermusyawarah maka bermusyawarahlah dengan baik. Meskipun ada kelompok-kelompok saat pertarungan, tapi setelah musyawarah tetap saling merangkul untuk menjalankan organisasi satu periode selanjutnya.
“Karena ketika ada Musyda soal beda pilihan itu biasa, tapi yang tidak biasa ketika selesai Musyda masih mempertahankan kelompok masing-masing. Sehingga saya harapkan ketika sudah selesai Musyda tetap saling merangkul, karena Musyda adalah bagian proses untuk melahirkan pemimpin baru,” ujar Panja.
Pada pembukaan, Soemitro Emin Praja (Ketua Umum DPD IMM Sulsel) menyampaikan bahwa tujuan kegiatan ini dilaksanakan adalah bagian pra Musyda DPD IMM Sulsel ke XXI. Mengusung tema “Gerakan Pencerahan dan Peran Strategis IMM Sulsel diusia 56 Tahun”. Kalau Tema Musyda “Karya Nyata Ikatan; Gerakan Pencerahan Untuk Sulawesi Selatan”.
”Insyaallah Musyda kami akan berlangsung di Kabupaten Bantaeng pada tanggal 13-16. Karena momentum milad IMM ke 56 tahun pada tanggal 14 Maret, maka akan dirangkaikan peringatan milad. Sehingga sangat diharapkan kehadiran kakanda dan seluruh kader IMM pada malam tanggal 14 untuk memperingati milad IMM,” harap Emin.(BL)