Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
LiterasiOpini

Kemiripan dan Perbedaan

×

Kemiripan dan Perbedaan

Share this article

Oleh: Ermansyah R. Hindi*)

*) ASN Bappeda/Sekretaris PD Muhammadiyah Kabupaten Jeneponto

Ternyata, tidak mudah menemukan dalil atau formulasi yang tepat dan pasti tentang kemiripan. Hanya karena alasan tidak dapat ditransformasikan dalam hubungan persamaan dan keserupaan yang dibangun sebagai batasan pengetahuan, sehingga realitas diarahkan pada kemiripan. Selain hubungan identitas, perbandingan dan perbedaan alami, kemiripan juga dibangun dibalik sesuatu yang tidak diketahui melalui persepsi indera, di luar pengalaman dan bukan kenampakan benda-benda. Permulaaan dari perbedaan, analogi yang terakhir atau pikiran yang terakhir setelah ada tanda-tanda kemiripan dalam ketidakhadiran benda-benda secara kasat mata. Aku tidak berbicara langsung pada obyek yang mengalami identifikasi kemiripan, melainkan aku berbicara berulang-ulang pada benda-benda yang tersembunyi dibalik wujud tampilan luar. Jika kita masih memiliki sedikit kesempatan, meskipun ia cepat berlalu, kemiripan menarik titik kelupaan ke garis ingatan yang tidak terpikirkan sebelumnya, dari logos yang tersesat ke tulisan-pikiran yang tertanam dan menyebar dalam wilayah perbedaan melebihi benda-benda yang terlihat secara jelas dengan mata telanjang. Mereka tidak sendirian dengan kata-kata, mereka sendirian antara “aku” dan “Anda”, antara tiruan dan derivasi, antara kemiripan dan perbedaan. Mereka sendirian dalam relasi antara suara pikiran dari pembicaraan terbuka dan suara inderawi yang meluap-luap, antara ingatan dan hasrat dalam pengetahuan. Wujud yang kita impikan dalam kehadiran di dunia, setidak-tidaknya mendekati kemiripan. Wujud kita sendirian bersama diri kita sendiri. Sendirian dari pikiran kita, sendirian bersama hasrat, fantasi dan imajinasi kita sendiri. Kita menanggung sendirian, berapa kali perbandingan yang harus dipisahkan dari kehadiran, disatukan dan dipisahkan dari realitas antara kehadiran dan ketidakhadiran dalam kemiripan. Apa yang membuat kita menolak tanda-tanda kemiripan antara “orang lapar” dengan “binatang lapar” dan di tengah kelimpahan pangan di bumi? Perut kenyang dan mata kenyang dari orang-orang yang menikmati suguhan makanan atau obyek yang menarik hasrat, hingga kita tidak mampu membedakan lagi perut kenyang dan mata kenyang akibat kelimpah-ruahan dunia. Kita tidak cukup berada dalam pemahaman tentang identitas, perbedaan alami dan perbandingan antara satu dengan lainnya hanya karena belum ada persamaan dengan relasi-relasi yang membentuknya, melainkan juga ketidakhadiran relasi antara pikiran dan hasrat terhadap kerawanan perbedaan wajah, telinga, mata, bibir, dan hidung (wujud manusia dan wujud mesin). Dari sini, ‘kemiripan’ dan ‘keserupaan’ (resemblance and similarity) dalam benda-benda yang mengelilingi kita, dalam relasi antara wujud alami dan wujud virtual.

 

Dunia yang disibukkan permasalahan perut, wajah, telinga, mata, mulut, dan hidung sebagai penanda terakhir dari kemiripan identitas, susunan, alamiah atau sekedar relasi perbandingan dan kemiripan lainnya melalui tampilan luar atau persepsi indera. Tanda yang terkodekan mengarah pada dunia abstrak dalam kemiripan tanpa rujukan dan tanpa bentuk. Titik pergerakan kemiripan memenuhi nol derajat relasi antara teater di atas panggung dan teater kehidupan yang terinspirasi dalam ucapan, fantasi, hasrat dan pikiran tanpa representasi melalui sentuhan tulisan mengenai peristiwa. Esensi dunia melalui teater kehidupan berselang-seling relasinya dengan teater di atas panggung resmi. Pergerakan ketidakpastian makna suara tulisan dan suara pikiran tidak memiliki keterkaitan dengan kemiripan sejauh perbedaan cara pembacaan berhenti hanya pada satu suara alami yang tersembunyi dalam suara individu. Titik kemiripan muncul dari perbedaan suara yang tersembunyi dibalik yang kita alami, dengar, rasakan, dan pikirkan. Entahlah, aliran suara bass, tenor dan bariton, pria dan wanita tidak dimaksudkan berada dalam wilayah kemiripan kualitatif memasuki pikiran kita. Paling penting, bahwa suara batin dari tulisan dan suara tanda dari hasrat sebagai syarat atas kemungkinan lahirnya pengetahuan. Karena itu, kedalaman suara batin sesuai dengan suara alami secara kualitatif yang disintesiskan dengan citra-suara dari hasrat tanpa ruang tertinggi. Kedalaman yang kosong dari hasrat yang bersentuhan langsung dengan tampilan luar dan persepsi indera yang terbatas mengalami perbedaan suara-tanda dari hasrat tanpa batas yang terbebas dari representasi, yaitu gambar, nalar, pemahaman, dan imajinasi. Misalnya, kemiripan mengakhiri kulit polesan di saat memiliki keterkaitan dengan perbandingan, identitas dan alami terhadap kulit. Citra alami dan citra virtual, kulit alami dan kulit polesan keluar dari kemiripan. Sesungguhnya, kemiripan tidak lain sebagai perwujudan yang tersembunyi dibalik perbedaan.

 

Begitupun juga simulakra, sistem pengetahuan tentang perbandingan yang menghubungkan terhadap benda-benda melalui sistem tanda, sehingga kemiripan masih membingungkan apakah asli atau artifisial, alami atau virtual sebagai akibat ketidakterlibatan perbedaan didalamnya. 

 

Berkat kemiripan, perbedaan dibebaskan dari ketundukan pada identitas, sehingga kita akan mulai berpikir secara tidak tergesa-gesa menyangkut kesatuan konsep perbedaan dan kemiripan untuk menuntun identitas sebagai sudut pandang tersendiri yang tidak dapat membuat ‘satelisasi’ dan peminggiran atas individu atau subyek lainnya dalam pemikiran. Hasrat yang produktif dan membebaskan dari pikiran yang diselubungi oleh kemiripan antara Cogito Cartesian dan Cogito Kantian jauh lebih tepat, dibandingkan hasrat yang menghilang dari orang-orang yang berenergi monster dalam pikirannya. Dapat dikatakan, bahwa kelesuan berpikir berada antara kemiripan dan kesetaraan dengan kemalasan untuk ‘memproduksi’. Sehingga, kemiripan bukanlah sebagai efek samping dari pengurangan jumlah yang termuat dalam tabel matematis atau indeks. Tetapi, tanda kemiripan untuk ‘memproduksi’ atau ‘melipatgandakan’ sesuatu seiring ‘perbedaaan kecil’ yang tersembunyi dari kenampakan benda-benda dan tampilan luar dari dunia eksternal. Sambil memutar dari samping kiri obyek pengetahuan sebelumnya, perbandingan yang terukur dan tidak terukur akan menjejali setiap sisi kemiripan diantara benda-benda. 

 

Kemiripan yang tidak terbebas dari lingkaran dirinya sendiri pada akhirnya hanya mampu untuk meniru dirinya kembali, ditambah dengan sekedar kemiripan yang samar-samar di sekitar poros perbedaan identitas, alami dan tampilan luar dari dunia eksternal. Kita tidak melihat suatu rintangan antara benda-benda yang direpresentasi dalam pikiran dan hasrat dengan identitas yang melepaskan dirinya dari subordinasi yang ditunjukkan oleh perbedaan. Cara lain yang dimainkan oleh kemiripan melalui pelepasan dari relasi representasi (nalar, pemahaman dan imajinasi) atas konsep yang keluar dari pikiran.

 

Pada saat kemiripan memasuki suatu fase, dimana ia kembali menjadi bentuk pengetahuan  melalui mode wujud yang menguji penampilan dirinya diantara benda-benda membuat kita tidak membingungkan. Penampilan diri hanya mengarah pada satu benda tanpa kemiripan, kecuali kita melihat syarat perbandingan diantara dua benda atau lebih dapat memenuhi kemiripan. Bahkan lebih teliti diantara mereka menandai salah satu dari benda-benda menunjukkan perbedaan tipis yang perlu mendapat pengakuan darinya. Pemenuhan syarat diantara dua benda atau lebih dalam masa pertumbuhannya yang memiliki tatanan begitu rawan penampilan dirinya antara kemiripan yang sama-samar dan ilusi padahal diakui sebagai sudut pandang tidak masuk akal. Representasi tanda yang menandaianya tidak lebih dari pemikiran yang musnah dihadapan fantasi dan hasrat yang terakhir. Kita semakin heran, tatkala seseorang mencoba memiripkan kekuatan fantasi dan hasrat dihubungkan dengan tatanan dan kesamaan antara benda-benda. Perhatian kita pada daya tarik obyek pengetahuan kadangkala ada kemiripan yang memproduksi sesuatu dianggap sebagai tanda bukti sekaligus ‘ada-adaan’ saja diantara dua benda atau lebih sebelum menghilang dalam kemiripan dirinya diantara mereka. Untuk menghilangkan pemborosan tanda bukti antara benda-benda yang menyamarkan kemiripan yang tidak dapat dinalar, sehingga penampilan dirinya akan membingungkan, maka kita perlu menerima kemiripan dengan perbedaan, ukuran dan tatanan. Menerima kemiripan berarti menyediakan perbandingan melalui syarat darinya, yaitu dua benda atau lebih. Selebihnya, hanyalah ilusi dan kesamaan atau paling tidak kemiripan tipis dan samar-samar yang membingungkan. Jadi, penampilan diri yang tertuju hanya pada satu benda menandai akhir dari kemiripan persepsi, suatu kemiripan yang keluar dari tidur terlelap nalar atau insomnia pikiran kita. Sudah tentu, kita masih memerlukan perbandingan, apapun ide universal murni atau representasi tiruan dan akhir dari ilusi masih dilihat sebagai titik perbandingan dimana kita tidak menemukan lagi dua benda atau lebih, antara satu benda dengan lainnya. Karena itu, kemiripan tidak direpresentasi dalam identitas subyektif sekaligus tidak memiliki konsekuensi apa-apa jika dibawa dalam wilayah pengetahuan. Sekarang, seseorang tidak lagi membicarakan bahwa setiap pengetahuan dicapai melalui perbandingan dua benda atau lebih. Pada kenyataannya berbicara lain, kemiripan menjadi bentuk pengetahuan selama ia dapat diuji keabsahannya, sekalipun tidak ditemukan lagi persamaan dan perbandingan yang disusun untuk menghubungkan tanda bukti-bukti yang dipikirkan tanpa samar-samar antara benda-benda. Tetapi, kemiripan bukanlah mode wujud untuk mengambil rujukan ‘akal sehat’ (tiruan Cartesian atas cogitatio natura universalis). Terhadap pengamatan dari masing-masing orang tergantung dari sudut pandangnya tentang tanda kemiripan, jika ia melekat tanda padanya. Seseorang melihat bentuk kemiripan hanya dari satu benda saja, tatkala dia dapat membayangkan dan merefleksikan pikiran tanpa keterlibatan dunia eksternal, yaitu kemungkinan sisi pergerakan dari logika berpikir universal ke logika hasrat yang imanen. Seluruh pengetahuan yang dihubungkan dengan bukti-bukti tanpa melalui definisi dan pengalaman berada diluar deduksi. Setelah kita merenung kembali dengan membangkitkan tidur lelap pikiran melalui hasrat sebagai suara bebas diantara satu benda atau lebih yang tersembunyi telah pasti keluar dari kemiripan yang samar-samar dan membingungkan.

 

Telah dihubungkan antara kemiripan dan perbandingan membuat kita melihat masih terdapat ruang kosong yang diperlu diisi dengan urutan dan tatanan sebagai dua sisi perbandingan. Tidak lebih dari perbandingan yang sederhana. Seluruh bentuk wajah adalah bukan oval, seluruh oval adalah bukan lonjong, jadi semua oval adalah bukan bulat. Sisi kemiripan yang membingungkan dibandingkan silogisme, bahwa semua orang gila adalah anti nalar, semua anti nalar adalah sakit jiwa, dan semua orang gila adalah sakit jiwa. Sebaliknya, rangkaian urutan, tingkatan, tatanan, bentuk, dan pergerakan benda-benda berada dalam perbedaan pikiran nampaknya tidak memiliki keterkaitan dengan istilah dan perbandingan dalam persfektif Foucauldian. Mungkin, seseorang belum melatih untuk berpikir bagaimana mengukur keserupaan dan kemiripan melalui perbedaan pemikiran filosofis-rizomatik dari persfektif Deleuzean (dari b=b1 cenderung pada Β=B2, dari B cenderung pada β). Sebagaimana kita telah mengetahui, bahwa seseorang yang terlatih dengan penggunaan ukuran tidak mirip dan tidak persis logika matematika sebagai pemikiran a priori yang dimainkan melalui kemiripan dan tanda-tanda serupa darinya dalam perbedaan. Mula-mula ukuran ditujukan untuk melintasi dari benda ke benda lainnya melalui pergerakan abstrak yang tidak dapat diselipkan diantara celah ruang padat dalam dunia eksternal. Seseorang secara bebas dalam pikirannya mencoba menyusun suatu perbandingan melalui ukuran; ia bertitik tolak bukan lagi dari pembagian, melainkan perbedaan besar dan kecil sebagai bagian dari perlintasan benda-benda. Kita perlu menemukan satu rangkaian susunan yang tidak dimulai dari keseluruhan dari sebagian melalui indeks menjadi sisi perbandingan dua ukuran berdasarkan perbedaan-perbedaan yang menghubungkan dirinya pada artimetika persamaan dan ketidaksamaan.

 

Kita tidak berpikir ulang mengenai ukuran yang memungkinkan kemiripan terlepas dari sisi samar-samar dan membingungkan dengan satu syarat didukung oleh pengetahuan tentang benda-benda menurut perbedaan. Pengukuran dan perbedaan-perbedaan disusun bukan hanya menurut tingkat kemungkinan kecil, tetapi juga tingkat kemungkinan besar. Dalam beberapa waktu yang lama, pengukuran dan perbedaan tidak lagi menyusun tatanan. Nilai-nilai yang terbentuk secara numerik dari aritmetika akan selalu mengalami kesulitan dalam pengukuran lompatan perubahan benda-benda, kecuali penggunaan kemiripan melalui pergerakan bilangan eksponensial. Tatanan dapat menjadi pertimbangan yang tidak tergantung pada pengetahuan tentang pengukuran, disaat pengetahuan tentang benda-benda sama konsistensinya dengan pengetahuan tentang pengukuran.

 

Kemiripan tipis, samar-samar dan lebih banyak dalam kasus tertentu tidak selamanya dapat dihubungkan dengan perbedaan menjadi kecil atau besar. Yang jelas, bahwa persyaratan secara a priori digunakan untuk mengembalikan tatanan dan perbandingan tidak lagi bertahan pada satu benda yang sama atau lebih untuk menguji kemiripan dengan perbedaan menurut tingkat adanya kemungkinan yang paling kecil atau paling besar. Termasuk, perbandingan pengukuran bilangan imajiner antara figur geometris dan figur retoris memungkinkan dapat menghubungkan dirinya dengan perbedaan kecil atau besar melalui kemiripan. Jika tidak jelas dan pasti kemiripan antara benda-benda yang tersembunyi dan menampakkan dirinya, sudah kemungkinan lebih besar akan membingungkan orang-orang terhadap posisi salah satu dari benda-benda perbandingan.

 

Perbandingan terletak pada pengetahuan tentang pengukuran menurut rangkaian kemiripan dan perbedaan yang jelas. Tetapi, bilangan eksponensial dan figur retoris, suara pikiran dan suara inderawi melalui suara bass, tenor dan bariton, suara pria dan wanita dapat dihubungkan dengan kemiripan figur geometris yang tipis, samar dan lebih banyak dalam perbedaan kecil atau besar. Kita menganggap hal tersebut sebagai perbandingan sederhana dalam membangun relasi antara kemiripan dan perbedaan yang berubah menjadi sesuatu yang tidak dapat dipikirkan atas seluruh ketidakhadiran susunan sejak dari paling kecil, tipis hingga paling banyak atau besar. 

 

Secara langsung melalui tabel pengukuran yang tersedia setelah keluar dari pijakan berbeda, tatanan mengambil-alih fungsi perbandingan di saat-saat terakhir kemiripannya dibentuk. Suatu  tatanan dihubungkan dengan kemiripan internal yang tipis dan banyak melalui hasrat, fantasi dan kesenangan dan perbedaan implisit yang kecil dan besar melalui sudut pandang, selera dan bujuk rayu diantara benda-benda atau obyek. Sebaliknya, perbandingan memungkinkan terjalin antara kemiripan internal yang banyak dan perbedaan eksternal yang kecil. Bahwa bagaimanapun juga, mustahil terdapat pertentangan antara kemiripan tipis dan banyak dan perbedaan kecil dan besar secara eksternal. Di sini, kita tidak terpaku pada isi dan bentuk yang diketahui, dipisahkan dalam perbedaan hanya untuk memenuhi fungsi penampakan mengenai dunia ditata tanpa kemiripan. Tatanan tidak lagi ditempatkan dengan pemikiran secara suka rela mengalami pertumbuhan dari yang tersembunyi hingga yang tampak, terkecil hingga terbesar. Sejauh ini, nilai subyektif masih melekat dalam kemiripan sebagai tanda bukti melalui perbandingan, tetapi telah berubah menjadi penemuan atas perbedaan tanpa melalui pengukuran dengan unit-unit kecil. Lebih dekat dari sisi perbandingan, pergeseran posisi kemiripan sekalipun masih tetap terbatas, ia tidak kecil menjadi bertambah ukuran kecil yang baru, demikian seterusnya, akhirnya lebih besar yang dihubungkan dengan perbedaan kecil atau besar. Perbandingan dengan pengukuran tidak mutlak ada kepastian dalam jumlah tidak terbatas demi pemenuhan bentuk kemiripan yang terbatas. Apa-apa yang kita katakan lebih sesuai dengan kemungkinan dibandingkan dalil kepastian tertentu secara numerik. Bentuk kemiripan tipis dan banyak akan menyempurnakan dirinya sendiri, karena kemunculan eksternalnya selalu bergerak dalam dirinya sendiri yang dihubungkan dengan perbedaan internal, kecil atau besar. Karena itu, ketidakhadiran ide universal tidak pernah mengalami kesempurnaan, jika bentuk kemiripan dan perbedaan membatasi dirinya hanya pada ruang penampakan sesuai dengan dunia eksternal. Kita akan takjub melihat kemiripan tipis dan banyak dan perbedaan kecil dan besar, jika penampakan sesuai dunia melalui kemungkinan-kemungkinan pada perbandingan satu benda atau lebih. Penempatan benda-benda secara serentak dan teliti melalui penyelidikan dengan segala kemungkinan penampakan mengenai dunia. Rahasia kemiripan eksternal berturut-turut dari kemungkinan adanya ukuran yang tipis, banyak dan bahkan samar-samar masih ditata melalui pengetahuan tentang benda-benda, dibatasi untuk sekalian kalinya.

 

Berkenaan dengan prinsip perbedaan dengan jalan memutar dari samping membuat benda-benda dapat reduplikasi sedemikian rupa tanpa salinan menjadi dunia yang ditampakkan menurut kemiripan. Ruang dari dunia sekarang kembali kosong tanpa lensa memasuki pengetahuan dalam relasi antara kemiripan dan perbandingan dibangun setelah menawarkan satu citra di luar benda-benda yang menyerupai dirinya sendiri.

 

 Salinan dan citra itu bersamaan dengan kemiripan tidak pernah berakhir melalui teks tertulis terutama peristiwa penyilangan kata-kata, benda-benda dan pemikiran yang membawa dirinya dalam dunia tanpa batas, titik tolak ingatan berpetualang untuk menemukan titik akhir dari nalar. Descartes, Bataille, Heidegger hingga Deleuze mengisi dan mengosongkan kerangka epistemik yang  bergerak dari satu pemikiran ke pemikiran lainnya. Kemiripan berhubungan dengan mode berpikir hasil dari sintesa pikiran dan hasrat, fantasi dan bahasa, sehingga kemiripan akhirnya ditarik masuk dalam hal-hal yang membingungkan ditata ulang. Dalam bentuk pengetahuan yang keluar dari batasan-batasan, bentuk kemiripan banyak tidak lebih kuat dari perbedaan kecil. Satu pembicaraan yang tidak masuk habitus, jika ia meninggalkan ingatan dalam sintesis waktu yang mengalir dengan berada di masa lalu yang memungkinkan melangkah ke masa kini dengan cara dilintasinya. Pengetahuan dalam sintesa waktu itu bagaimana kebingungan dapat berbeda dengan ambuitas dalam kemiripan di masa kini yang dialirkan dari masa lalu. Hal-hal yang sesaat tidak lagi untuk membentuk kekhasan yang berbeda, bahwa masa lalu dijalani secara alami perlahan-lahan akan direfleksikan untuk masa kini. Tetapi, masa lalu tetap menjadi miliknya sendiri, titik kemiripan banyak tidak berarti apa-apa bagi perbedaan kecil. Sementara, masa kini tetap terbuka untuk melangkah ke masa depan secara umum dalam bentuk harapan. Sebaliknya, menurut sudut pandang reproduksi yang terlibat dalam ingatan. Adalah masa lalu (waktu berganti dari anugerah ke kuasa) jika tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, maka waktulah menggilas kita (begitu ungkapan orang, entah dulu, kini dan besok). Sejauh ini, kita melihat masa lalu secara umum adalah jejak-jejak dimana setiap kehadiran sebelumnya menemukan dirinya dalam perbedaan kecil dari kemiripan masa kini dengan masa lalu yang tanpa difokuskan atau direprsentasikanpun ia akan diingat sebagai bagian dari waktu sebagai kuasa. Ketidakhadiran batas-batas representasi atau reproduksi ingatan dan hasrat untuk berkuasa atas dirinya sebenarnya dapat disintesakan dengan relasi variabel tanpa kemiripan diantara perbedaan melangkah menuju ke titik akhir dari generalitas. Segalanya adalah waktu untuk berkuasa dalam kehidupan kita antara kemiripan dan perbedaan. Supaya bukan lagi repredoksi ingatan, anugerah dari sang waktu yang ada sekarang harus tidak menyerupai di masa kini, kecuali terjadi ‘proses diferensiasi atas perbedaan’ dalam ingatan kolektif dan individu yang telah tertawan oleh masa lalu. Dari titik tolak ini, sang waktu akan membagi perbedaan menjadi anugerah secara serentak tetapi parsial dalam jangka waktu yang sangat memungkinkan ingatan kita saling berinteraksi antara satu sama lain. Dan, bahkan batas-batas yang berbeda, anugerah yang kita ingat sekarang masih menjadi reproduksi ingatan di hari esok. Rentetan perjalanan besar dari kuasa sang waktu adalah keseluruhan tanda-tanda yang penuh teka-teki atau rahasia yang mampu menyiksa pemikiran yang melibatkan kemiripan atau perbedaan yang datang dari segala arah.

 

Hingga kapanpun, reproduksi sebelumnya, yaitu ingatan masa lalu yang diarahkan pada saat sekarang tanpa pelibatan ingatan tetap menjadi milik dirinya sendiri. Reproduksi adalah esensi bagi perbedaan tidak hanya untuk memiripkan sesuatu, tetapi untuk mengingatkan kembali pada jejak-jejak untuk menata ulang bentuk kemiripan samar-samar di masa kini. Karena itu, anugerah di masa kini dan yang terdahulu merupakan perbedaan dari dua contoh yang mirip beriringan dalam rentang waktu yang saling berdekatan. Selain itu, masa kini harus mengandung dimensi lain yang tidak dimiliki oleh perbedaan anatara dulu dan kini selamanya tidak merepresentasi rentetan waktu yang pertama, kedua dan seterusnya masing-masing milik dirinya sendiri. Kita  hadir sekarang untuk menganugerahi diri sendiri melaluu waktu untuk berkuasa atas objek masa depan; ia tidak hanya dihubungkan dengan ingatan tetapi sebagai apa yang merefleksikan dirinya pada saat yang berbeda seperti membentuk ingatan untuk dianugerahi masa kini.

 

Meskipun kemiripan tanpa identitas, kemudian tidak lebih dari ilusi yang tidak terelakkkan. Kata lain, konsep refleksi yang akan menjelaskan citra dan  yang berbeda dalam pikiran tentang perbedaan berdasarkan kategori-kategori kemiripan. Tetapi, semuanya itu tidak mustahil terjadi karena pengulangan berada dalam kuasa sang waktu tidak terlihat, ia menyembunyikan dirinya seperti benda-benda yang tersembunyi. Pada saat yang lain menyembunyikan sifat perbedaan itu sendiri atau yang sesungguhnya. Ia diberikan dua rententan heterogenitas bagi kemiripan dan dua sisi perbedaan yang bermain dalam permainan diantara pembeda atas perbedaan-perbedaan.

 

Ilusi yang berbeda tidak membuat kita lebih memahami perbedaan berdasarkan kemiripan sebelumnya. Perbedaan dan kemiripan sesungguhnya lebih memahami dirinya sendiri, seperti masa lalu milik dirinya sendiri, bukan milik masa kini. Kenyataannya, masa kini bukan karena ketidakhadiran salinan masa depan, bahasa dari waktu menciptakan jejak-jejaknya sendiri seiring pembeda memainkan perannya sebagai ‘pembeda dalam kemiripan’ untuk menunjukkan suatu perbedaan atas perbedaan. Dalam memainkan peran ini, ia membedakan perbedaan antara hal-hal yang berbeda yang dimiripkan, yang menghubungkan satu sama lain secara berentetan. 

 

Dari cara yang berbeda, kemiripan ditemukan setelah diproyeksikan atau lebih tepatnya titik perbedaan internal dan kemiripan eksternal yang disintesakan dalam titik tolak yang sama. Kita perlu mengatakan, bahwa kemiripan dan perbedaan ada saat keduanya ‘direproduksi’. Keduanya adalah bagian dari sistem tanda yang berhubungan berbeda melalui perbedaan (tidak heran, jika sistem tersebut dikenal sebagai simulakra). Kali ini, tidak ada lagi kemiripan yang samar-samar, tetapi ilusi, yaitu ilusi yang tidak terhindarkan yang merupakan sumber yang membingungkan, tetapi masih dapat dimiripkan untuk perbedaan. Simulakra bukan hanya salinan dari salinan yang melibatkan relasi kemiripan tanpa batas. Kemiripan semakin membuat kita lebih teliti terhadap pengetahuan tentang wajah: manusia ada dalam citra dan wajah yang berbeda dalam perbedaan menurut kemiripan. Tetapi, dia menyerupai kejahatan kita yang terjatuh dalam kelenyapan wajah  sejati, sehingga simulakra seperti pemuda berwajah tampan sebagai perbedaan dari salinan iblis dirinya sendiri mengarah pada kemiripan. Jauh-jauh sebelumnya, mereka memiliki kemiripan eksternal dan mereka hidup dalam perbedaan sebagai anugerahnya. Jika mereka menghasilkan efek kemiripan eksternal, mereka mengambil jalan keluar dan masuk kembali dalam ilusi yang berbeda , bukan prinsip internal; ia sendiri dibangun atas dasar disparitas. Ini adalah karakteristik terakhirnya. Bagaimanapun, tatkala simulakra sendiri meniru salinan dirinya sendiri, berarti ia adalah salah satu yang tidak diketahui bentuk kemiripannya. Di atas semua hal itu, kita memulai dari titik tolak perbedaan pemikiran untuk melepaskan bentuk keseragaman yang diarahkan pada perbedaan melalui kemiripan konsep pemikiran atau cara berpikir.

 

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply