KHITTAH.CO, Bantaeng- Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Bantaeng me-launching komunitas Pegiat Aksara yang dirangkaikan dialog pendidikan bertema “Arah Pendidikan (ditinjau dari aspek Agama Politik Kebangsaan, Media dan Sosiologi),” Sabtu (10/4/21).
Komunitas tersebut dibentuk oleh bidang pengembangan ilmu pengetahuan PD IPM Bantaeng sejak 30 Desember 2020 dengan misi menguatkan dan menanamkan budaya literasi yang bukan hanya di IPM namun juga bagi kalangan pelajar dan mahasiswa.
Amin Rais selaku Founder Pegiat Aksara mengatakan dibentuknya komunitas ini bertujuan menampung aspirasi pelajar sebagai wadah untuk menyalurkan dan mengasah bakatnya agar menjadi lebih baik lagi di dunia literasi. Ia berharap kehadiran komunitas Pegiat Aksara dapat menjadi tempat berproses bagi pelajar yang bergabung, dalam membentuk pribadi aktif dan kritis.
“Semoga nantinya, komunitas ini dapat bertransformasi menjadi wadah bagi pelajar yang ingin mengasah bakatnya untuk menjadi penulis, ataupun sebagai kutu buku,” ujarnya.
Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel Dr. Dahlan Lamabawa menyampaikan agar IPM Bantaeng dapat berhasil mewujudkan komunitas positif sebagai wadah pengembangan diri seorang pelajar.
“Saya kira komunitas yang dibentuk ini menjadi salah satu solusi masa depan bangsa, pelajar saat ini butuh nutrisi bacaan yang cukup mumpuni untuk membumikan amal ilmiah,” katanya.
Lebih lanjut, Dr. Dahlan juga selaku sekretaris direktur Pendidikan Ulama Tarjih ini mendorong pelajar untuk melakukan perubahan dengan mencerahkan dan mencerdaskan ummat.
“Pelajar saat ini harus mencerahkan dan mencerdaskan. Al-Quran itu kalam Allah yang dibaca, dihafal dan diamalkan. Dengan demikian sampailah pada amal ilmiah, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang saleh. Palajar juga harus menjawab tantangan zaman, bukan hanya tingkat literasi Indonesia yang rendah, namun juga prodaknya. Karena itu perbanyaklah membaca, kurang membaca berarti kurang kreatif dan inovatif,” tutupnya.
Sementara itu, ketua majelis pustaka PW Muhammadiyah Sulsel, Hadi Saputra menjelaskan pendidikan di abad 21 membutuhkan mentalitas critical, creative, communication dan collaboration.
“Pendidikan kita hanya mencetak pekerja, tukang, buruh, dan tidak melahirkan atau mencetak orang yang intelek dan kreativ. Saat ini dibutuhkan mentalitas 4 C; critical, creative, communication, collaboration pada orientasi pendidikan itu sendiri,” imbuhnya. (Amin)