Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Komitmen LDK PWM Sulsel Hadir di Seluruh Elemen Masyarakat

×

Komitmen LDK PWM Sulsel Hadir di Seluruh Elemen Masyarakat

Share this article

KHITTAH.CO, MAKASSAR- Muhammadiyah Sulawesi Selatan kembali menunjukkan komitmennya untuk hadir di seluruh elemen masyarakat. Hal itu terbukti dengan khidmat Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan yang menyasar sejumlah kelompok masyarakat rentan.

LDK PWM Sulsel telah hadir di sejumlah lembaga pemasyarakatan untuk membina para narapidana. Hal itu setelah LDK PWM Sulsel menandatangani kesepakatan kerja sama dengan Kementerian Hukum dan HAM Sulsel. Terakhir, LDK Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bulukumba melakukan pembinaan kepada narapidana Lapas Kelas II A Bumi Panrita Lopi itu.

Tidak hanya itu, LDK PWM Sulsel juga telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Badan Narkotika Nasional. Dengan itu, LDK PWM Sulsel akan melakukan pendampingan bagi penyintas, terutama warga binaan lembaga rehabilitasi BNN.

Hal itu disampaikan oleh Ketua LDK PWM Sulsel Usman Jazad saat memberikan sambutan dalam pembukaan Pelatihan Dakwah Komunitas pada Sabtu–Ahad, 6–7 Januari 2024 di Hotel Sultan Alauddin Makassar.

Bahkan, kata dia, pihaknya akan menyasar komunitas rentan lainnya, seperti pekerja seks komersial (PSK) dan LGBT. Karena itulah, LDK PWM Sulsel menghelat Pelatihan Dakwah Komunitas untuk meningkatkan kapasitas para dai komunitas Persyarikatan.

Lebih lanjut, kata Ujaz sapaan karib Usman Jazad, LDK menghelat pelatihan itu berdasarkan kesadaran bahwa dakwah selalu memiliki dimensi absolut dan dimensi temporer.

Dimensi absolut itu, jelas Ujaz, tidak akan pernah berubah sampai kapanpun, seperti misi dan sumber dakwah yakni Quran dan Sunah.

Sementara itu, dimensi temporer merupakan unsur dakwah yang justru harus selalu berubah menyesuaikan dengan perkembangan zaman, seperti pendekatan, metode, dan prototipe mubalig bergantung jemaah yang dihadapi.

“Karena mendakwahkan Islam artinya memberikan jawaban Islam atas problematika keumatan dan kemanusiaan. Dakwah tidak boleh berbisik pada orang tuli dan tidak boleh tersenyum pada orang buta. Terlebih, manusia memang ditakdirkan unik dan berbeda, maka pendekatan dakwahnya pun harus berbeda,” ujar dia.

Ujaz meyakini, bahwa pendekatan dakwah memang harus selalu berbeda. Karena itulah, dakwah berbasis komunitas harus dihadirkan. Pasca pelatihan, LDK PWM Sulsel akan meluncurkan Korps Dai’/ Dai’ah Komunitas (Kodak) Muhammadiyah.

LDK PWM Sulsel, melalui Kodak, berkomitmen untuk menjadi ujung tombak dakwah Persyarikatan yang hadir di seluruh elemen masyarakat termasuk bagi kalangan profesional juga aparat negara seperti TNI/ Polri.

Hal itu terbukti, di sela-sela pembukaan pelatihan yang dihelat, LDK PWM Sulsel melakukan penandatanganan MoU dengan Dirlantas Polda Sulsel yang diwakili oleh Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Administrasi, Muhammad Yusuf.

Atas MoU itu, LDK PWM Sulsel akan melakukan pendidikan, pembinaan, dan bimbingan keagaman bagi personel Dirlantas Polda Sulsel.

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel mengapresiasi kiprah LDK Periode 2022–2027. Salah satu wujudya, dua Wakil Ketua PWM Sulsel hadir dalam pembukaan Pelatihan Dakwah Komunitas, yaitu Muh Syaiful Saleh dan Dahlan Lamabawa yang memang mengoordinatori LDK PWM Sulsel.

Saat menyampaikan amanah, Dahlan Lamabawa bahkan menyebut LDK sebagai ujung tombak Persyarikatan yang memiliki peran amat penting.

Ia menyebut, kehadiran LDK tersebut merupakan bukti bahwa Muhammadiyah serius dan sungguh-sungguh hadir dan berbakti bagi masyarakat, bangsa, dan masyarakat melalui pendampingan dan pembinaan dakwah komunitas.

Wakil Ketua PWM Sulsel itu menyampaikan, masyarakat yang menjadi sasaran dakwah Muhammadiyah juga selalu mengalami perkembangan di semua aspek hidupnya.

Seluruh aspek hidup masyarakat itu sedang diterpa sejumlah masalah dan membutuhkan pendampingan. Karena itulah, LDK harus hadir. Namun, karena problematika yang dihadapi masyarakat amat kompleks, maka dai dan dai’ah pendamping juga harus terlatih.

“Karena itu, Pelatihan Dakwah Komunitas ini menjadi amat penting. Masyarakat kita sudah hidup dengan komunitasnya dan budayanya masing-masing. Syukur, kalau budayanya baik dan tidak menyimpang dari ajaran Islam. Karena itu, untuk menghadapi masalah yang kompleks, dai kita harus terlatih,” tegas dia.

Lebih lanjut, Dahlan menekankan, dai dan dai’ah komunitas Muhammadiyah harus memiliki tiga kompetensi dasar, yakni, kompetensi ideologis, metodologis, dan kompetensi kepribadian mubalig Muhammadiyah.

Ia menggarisbawahi terkait kompetensi ideologis. Kata Dahlan, dai komunitas Persyarikatan harus memahami paham agama menurut Muhammadiyah. Identitas dai Muhammadiyah harus jelas dalam berdakwah. Pemahaman agama dai Muhammadiyah harus murni.

“Karena di masyarakat, agama Islam itu akan tetap murni, tapi cara beragamanya kadang bercampur baur. Karena itulah, para dai, mubalig harus paham betul, paham agama dalam Muhammadiyah,” tandas dia.

 

 

 

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply