Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

IMM Sebagai Tumpuan Kader Mahasiswa Kedokteran

×

IMM Sebagai Tumpuan Kader Mahasiswa Kedokteran

Share this article

Oleh: Andi Muhammad Fadhel (Aktivis IMM)

KHITTAH. CO – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sejak kelahirannya pada tahun 1964 telah menegaskan diri sebagai organisasi kader yang berkomitmen pada pengembangan intelektual, keagamaan, dan kemasyarakatan. IMM bukan sekadar organisasi ekstra kampus, melainkan ruang pembentukan generasi muda Muhammadiyah yang peka terhadap persoalan bangsa. Dalam konteks mahasiswa kedokteran, IMM menjadi laboratorium kader yang menghubungkan keilmuan medis dengan tanggung jawab sosial untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatan.

Kesehatan adalah kebutuhan dasar yang tidak bisa dilepaskan dari kualitas hidup masyarakat. Realitas di lapangan menunjukkan bahwa banyak masalah kesehatan berawal dari rendahnya pengetahuan, sikap, dan perilaku. Masalah sederhana seperti pola makan, kebersihan lingkungan, atau keterlambatan berobat seringkali membawa dampak serius. Karena itu, peningkatan taraf hidup di bidang kesehatan tidak hanya bergantung pada ketersediaan fasilitas medis, tetapi juga pada kesadaran masyarakat untuk menjaga diri dan lingkungannya.

Di sinilah peran penyuluhan kesehatan menjadi penting. Nursalam (2009) menegaskan bahwa penyuluhan kesehatan merupakan proses pendidikan yang bertujuan mengubah perilaku melalui peningkatan pengetahuan, sikap, hingga praktik nyata. IMM dengan basis mahasiswa, terutama yang berasal dari fakultas kedokteran, dapat mengambil peran strategis dalam proses ini. Mereka bukan hanya calon tenaga medis, tetapi juga agen dakwah dan transformasi sosial.

Penyuluhan kesehatan bukan hanya transfer informasi, tetapi juga proses yang melibatkan banyak faktor. Keberhasilan penyuluhan dipengaruhi oleh metode, materi, tenaga pendidik, serta media yang digunakan (Keraf & Dua, 2001). IMM memanfaatkan hal ini dengan pendekatan yang variatif: ceramah di masjid atau balai desa, diskusi kelompok di kampus atau komunitas, hingga penggunaan media cetak dan digital seperti leaflet, poster, serta konten di media sosial.

Metode ceramah, misalnya, menjadi salah satu cara yang paling ekonomis untuk menjangkau masyarakat luas. Namun, IMM tidak berhenti pada metode konvensional. Simulasi, demonstrasi, hingga permainan peran juga digunakan untuk membuat pesan kesehatan lebih mudah dipahami. Kader kedokteran yang tergabung di IMM memiliki nilai tambah: mereka mampu menjembatani bahasa medis yang rumit menjadi pesan sederhana yang bisa dipraktikkan masyarakat.

Selain metode, media penyuluhan juga penting. Keraf & Dua (2001) menyebutkan media dapat berupa elektronik, cetak, maupun papan. IMM sering menggunakan leaflet sebagai penguat pesan setelah ceramah atau diskusi. Kehadiran media digital juga memberi peluang lebih luas—IMM bisa menjangkau generasi muda melalui Instagram, TikTok, atau podcast dengan konten kesehatan yang edukatif. Dengan cara ini, penyuluhan tidak lagi terbatas pada ruang kelas atau desa, tetapi bisa meluas hingga dunia maya.

Peran Mahasiswa Kedokteran dalam IMM

Mahasiswa kedokteran memiliki posisi strategis dalam IMM. Mereka menguasai pengetahuan medis, tetapi sekaligus dibekali nilai Islam dan kepemimpinan. Dengan bekal itu, mereka tidak hanya menyampaikan teori, melainkan juga memberi teladan. IMM melatih kader kedokteran untuk tidak sekadar berorientasi akademik, tetapi juga hadir di tengah masyarakat sebagai pendidik kesehatan. Kegiatan bakti sosial, pemeriksaan kesehatan gratis, kampanye pencegahan penyakit, hingga edukasi gaya hidup sehat adalah contoh konkret pengabdian IMM di bidang kesehatan.

Melalui kegiatan ini, mahasiswa kedokteran belajar mengaplikasikan ilmu, masyarakat memperoleh pengetahuan baru, dan tercipta jembatan kepercayaan antara kalangan medis dengan komunitas. Lebih jauh, IMM juga menanamkan kesadaran bahwa kesehatan adalah tanggung jawab kolektif. Setiap individu, keluarga, dan kelompok masyarakat harus mengambil peran. Dengan pendekatan ini, IMM bukan hanya mendidik masyarakat untuk hidup sehat, tetapi juga membangun norma baru—bahwa menjaga kesehatan adalah bagian dari ibadah.

Meski memiliki peran strategis, IMM tidak luput dari tantangan. Pertama, keterbatasan sumber daya: kegiatan penyuluhan sering terkendala dana, alat bantu, maupun akses ke daerah terpencil. Kedua, keterbatasan waktu kader, terutama mahasiswa kedokteran yang padat dengan jadwal kuliah dan praktik. Ketiga, masih adanya masyarakat yang sulit menerima informasi kesehatan karena faktor budaya atau kebiasaan. Namun di balik tantangan itu, IMM memiliki peluang besar. Pertama, perkembangan teknologi digital membuka ruang penyuluhan yang lebih luas. Kedua, kehadiran IMM di banyak kampus dan daerah memberi jaringan yang kuat untuk aksi kolektif. Ketiga, reputasi Muhammadiyah sebagai organisasi yang fokus pada kesehatan melalui rumah sakit dan amal usaha menjadi modal sosial yang mendukung gerakan kader IMM.

Sebagai organisasi kader, IMM tidak hanya menyiapkan pemimpin masa depan, tetapi juga menanamkan etos pengabdian. Kader mahasiswa kedokteran dalam IMM adalah wajah generasi yang memadukan ilmu dan iman. Mereka hadir di tengah masyarakat bukan semata sebagai akademisi, tetapi sebagai penggerak perubahan. Penyuluhan kesehatan yang dilakukan IMM adalah contoh nyata bagaimana organisasi mahasiswa bisa memberi kontribusi langsung bagi peningkatan taraf hidup masyarakat. Mulai dari edukasi sederhana tentang cuci tangan, pola makan, hingga pencegahan penyakit menular, IMM menunjukkan bahwa dakwah bisa diwujudkan melalui aksi kecil yang berdampak besar.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah membuktikan diri sebagai wadah yang relevan bagi mahasiswa kedokteran. Melalui penyuluhan kesehatan, IMM bukan hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga menggerakkan kesadaran kolektif untuk hidup sehat. Dengan menggabungkan nilai Islam, ilmu kedokteran, dan semangat pengabdian, IMM tampil sebagai tumpuan harapan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di bidang kesehatan. Dalam era modern yang penuh tantangan, IMM perlu terus berinovasi: menguatkan kaderisasi, memperluas media dakwah kesehatan, dan membangun sinergi dengan berbagai pihak. Dengan demikian, IMM akan selalu hadir bukan hanya sebagai organisasi mahasiswa, tetapi juga sebagai kekuatan sosial yang memberi solusi nyata bagi umat dan bangsa.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner UNISMUH MAKASSAR

Leave a Reply