Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
ArsipOpiniPendidikan

Mengintip Cara Mengajar di Finlandia

×

Mengintip Cara Mengajar di Finlandia

Share this article

Oleh: Haris Zainuddin

Alumni Program Pascasarjana Pendidikan Dasar UNM, Pengurus Majelis Pustaka dan Informasi PW Muhammadiyah Sulsel

KHITTAH.co — Timothy D. Walker dalam buku terbarunya Teach Like Finland atau Mengajar Seperti Finlandia membeberkan beberapa rahasia strategi pembalajaran di Finlandia yang sangat menyenangkan.

Timothy atau yang akrab disapa Tim, saat ini mengajar di sebuah sekolah dasar di Finlandia. Sebelum ke Finlandia, Tim adalah guru di Amerika Serikat (AS). Ia sangat kewalahan mengajar di AS. Setiap hari, ia tiba di sekolah pukul 6.30 pagi dan kadang pulang di malam hari.

Ia kemudian hijrah ke Finlandia setelah mendengar cerita dari istrinya bahwa di Finlandia, seorang guru kelas satu, sama seperti Tim, bekerja tidak lebih dari enam jam setiap hari. Tiga tahun kemudian, Tim dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke Finlandia.

Di Finlandia, Tim menemukan lima bahan kebahagiaan yang diterapkan dalam konteks kelas yang menyenangkan.

Pertama, pendidikan di Finlandia sangat memerhatikan kesejahteraan, baik itu murid mau pun guru. Kesehatan fisik, emosi, dan mental guru siswa menjadi hal penting dalam pendidikan di Finlandia. Langkah sederhana inilah yang pada akhirnya, memperbaiki kualitas belajar mengajar dan membuat kelas menjadi lebih menyenangkan.

Siswa di Finlandia terbiasa beristirahat lima menit setiap 45 menit pelajaran. Menurut Tim, setelah sekitar 45 menit di dalam kelas, siswa akan terlihat menyeret kakinya di dalam kelas.

Setelah istirahat 15 menit, siswa di Finlandia akan masuk kelas dengan melompat-lompat dan mereka akan lebih fokus selama pelajaran. Istirahat dengan frekuensi yang cukup membuat siswa tetap segar seharian.

Kedua, memberikan rasa “dimiliki”. Secara rutin, Tim selalu menyapa siswanya, berdiri tegak di depan pintu dan menyapa nama mereka satu per satu saat memasuki kelas. Selain itu, makan siang bersama mereka secara teratur, dan melaksanakan kunjungan rumah untuk memperdalam hubungan guru dan murid.

Tim percaya bahwa guru-guru yang berkomitmen untuk mengenal murid-murid mereka suka atau tidak suka akan mengembangkan berbagai macam metode untuk mengenal murid-murid itu dengan lebih baik, yang pada akhirnya akan berkontribusi dalam membentuk rasa “dimiliki” dari setiap murid.

Ketiga, mendorong siswa agar memiliki kemandirian. Takheran jika di Finlandia, Anda akan melihat siswa kelas dua berjalan ke rumah sendiri. Di Finlandia, anak-anak tampak lebih mandiri, namun sebenarnya, mereka tidak memiliki gen mandiri.

Tim mengamati banyaknya kesempatan di rumah dan di sekolah untuk melakukan banyak hal sendiri tanpa bantuan orang lain. Melalui kesempatan tersebut, mereka tampaknya lebih mampu mengarahkan dirinya sendiri sebagai pelajar.

Ini adalah sesuatu yang sangat penting dalam pendidikan di Finlandia. Beberapa strategi yang dilakukan Tim untuk mengembangkan kemampuan siswa yang supermandiri yakni dengan memberikan kebebasan, meninggalkan batas, menawarkan pilihan, membuat rencana bersama siswa, membuat jadi nyata, dan tuntutan tanggung jawab.

Keempat, penguasaan. Tim mengatakan bahwa untuk menjadi bahagia, salah satu hal yang harus kita miliki adalah perasaan kompeten dalam satu area tertentu, seperti memahat, koding, atau menulis.

Dengan pengalaman mengajar di Finlandia, Tim mengumpulkan beberapa strategi pengelolaan kelas untuk mengembangkan penguasaan, yakni mengajarkan hal-hal mendasar; gunakan teknologi; berikan pendampingan; buktikan pembelajaran; dan diskusikan soal nilai.

Kelima, pola pikir. Dalam rangka meningkatkan kegembiraan dalam kelas, sebagai guru perlu menumbuhkan pendekatan ubudance-oriented. Strategi untuk membina sudut pandang abudance-oriented tersebut, pendidik Finlandia menerapkan beberapa pendekatan dalam pekerjaan mereka: mencari flow, berkulit tebal, kolaborasi lewat kopi, menyambut para ahli, berlibur, dan yang terakhir, jangan lupa bahagia.

Menurut Tim, strategi paling penting sebenarnya adalah sesuatu yang paling sederhana: jangan lupa bahagia. Kebahagiaanlah yang membuat Tim tetap mengajar. Berkomitmen, entah mengajar di Finlandia, Indonesia, atau tempat lain di dunia untuk mengingat dan memprioritaskannya di dalam kelas.

Nah, sistem pendidikan yang membahagiakan menjadi fokus utama pendidikan di Finlandia. Para siswa gembira mempelajari banyak hal dengan enteng.

Bagaimana dengan di Indonesia?

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply