Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Berusia 29 Tahun, Ahmad Mu’abid Jadi Ketua PDM Termuda

×

Berusia 29 Tahun, Ahmad Mu’abid Jadi Ketua PDM Termuda

Share this article

KHITTAH.CO, Toraja Utara– Muhammadiyah Sulawesi Selatan mengukir sejarah baru. Pasalnya, Muhammadiyah Toraja Utara berhasil menghelat musyawarah daerah untuk kedua kalinya.

Toraja Utara merupakan daerah dengan masyarakat yang minoritas muslim. Kabupaten ini juga merupakan yang termuda di Sulawesi Selatan.

Meski berlangsung amat sederhana dan singkat, pelaksanaan musyda itu harus disyukuri. Estafet kepemimpinan Persyarikatan Toraja Utara masih berlanjut.

Selain itu, ukiran sejarah itu juga datang dari terpilihnya Ahmad Mu’abid. Sejarah itu karena Mu’abid merupakan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah termuda.

Ahmad Mu’abid masih berusia 29 tahun. Ia merupakan putera dari Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bantaeng Periode 2015–2022, Amri Pakkanna.

Saat ini, Mu’abid bertugas di Kantor Urusan Agama Toraja Utara. Ia menjadi pengurus PDM Toraja Utara sejak periode 2015–2022.

Ketua PDM termuda ini terpilih setelah rapat 11 anggota PDM Toraja Utara Periode 2022–2027, pada Ahad, 28 Mei 2023 di Aula Kantor Bupati Toraja Utara.

Selain karena masih muda, Ia dipilih karena kapasitas keilmuannya yang dianggap mumpuni. Mu’abid merupakan alumni Universitas Al-Azhar Mesir.

Dalam pidato iftitahnya, ia mengaku masih merasa berat atas amanah yang diberikan kepadanya.

Meski demikian, Ia percaya bahwa amanah itu merupakan takdir Allah yang harus ia emban. “Layukallifullaahu nafsan illa wus aha,” kata dia mengutip firman Allah.

Ia berharap, bersama anggota PDM yang terpilih, Muhammadiyah Toraja Utara dapat lebih masif menjalankan dakwah amar ma’ruf nahi munkar.

“Semoga kita menjadi orang-orang yang senantiasa mengikuti jalan Rasulullah, karena dengan namanyalah kita membentuk organisasi Muhammadiyah,” kata dia.

Mu’abid menekankan, PDM Toraja Utara ini benar-benar menerapkan kolektif-kolegial. Ia berharap, dirinya tidak dibiarkan jalan sendirian.

“Kita harus bersama-sama. Saya tidak bisa sendiri. Biasanya kalau orang muda yang diberikan amanah, dibiarkan jalan sendiri. Itu menurut pengalaman saya,’ kata dia tertawa kecil.

“Karena seringkali, kasih-mi yang muda. Saya berharap, kita di Muhammadiyah kita berjalan bersama-sama. Kalau kumpul Pimpinan Daerah Muhammadiyah, kita sama-sama,” ungkap dia.

Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan, Pantja Nur Wahidin, menekankan bahwa Persyarikatan memang menerapkan prinsip kolektif kolegial.

“Jangan karena masih muda, tenaga masih kuat, semua urusan diserahkan ke pundaknya. Itu namanya kita tiada kolektif kolegial. Itu namanya menganiaya ketua,” ujar dia disambut tawa hadirn.

Pantja mengingatkan, dinamika organisasi akan selalu ada. Namun, dalam Muhammadiyah, jika keputusan dari musyawarah telah ditetapkan, semuanya sudah taat.

“Kita sami’na wa atha’na. Kita menerimanya dengan tulus dan menjalankannya dengan sebaik-baiknya dan bersama-sama,” tegas dia.

Ia menekankan, Pimpinan Muhammadiyah selalu mengambil keputusan berdasarkan hasil musyawarah secara kolektif.

“Tidak semata-mata keputusan ketua saja yang diikuti, tapi keputusan pimpinan. 11 orang PDM yang terpilih, itulah yang mengendalikan seluruh gerak Persyarikatan Muhammadiyah di Toraja Utara, bukan hanya satu orang,” ungkap dia.

Ia juga mengamanahkan, PDM Toraja Utara untuk segera menyusun struktur pimpinan, termasuk pengurus majelis dan lembaga yang sesuai dengan kebutuhan PDM Tana Toraja.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply