KHITTAH.CO, MAKASSAR – Seorang penjual pentolan di depan kampus Unismuh Makassar bernama Yusuf sudah berjualan hampir satu dekade. Jualannya itu menjadi jajanan favorit mahasiswa Unismuh.
Awalnya, Yusuf menjajakan dagangannya itu di area kampus, tepatnya di Balai Sidang, dan berlangsung selama lima tahun. Namun, gegara COVID-19, pihak kampus menutup area kantin dan tak lagi membukanya hingga kini.
“Kantin di dalam kampus belum buka lagi sejak COVID-19,” ujar Yusuf saat ditemui di tempat jualannya, Selasa, 12 November 2024.
Meski begitu, ia tak putus ide. Keinginannya untuk melayani pelanggan membuatnya mangkal di depan kampus.
Ia menceritakan proses pengurusan izin berjualan di tempat itu tidak mudah. Yusuf terelebih dahulu meminta izin kepada Kelurahan Rappocini.
Meski lokasinya berubah, Yusuf tetap menyajikan pentolannya dengan rasa yang tak berubah. Bagi dia, rasa dan kualitas produk adalah penting untuk menjaga kepercayaan pelanggan.
Usahanya itu tetap berjalan lancar hingga kini. Namun harga bahan pokok yang fluktuatif kadang-kadang mengurangi pemasukannya.
“Alhamdulillah, ada-ada ji itu pembeli. Kadang kalau harga bahan murah, untungnya bagus. Tapi kalau daging dan bahan lainnya di pasar naik, keuntungan saya bisa menipis,” ungkap dia.
Pelanggan Didominasi Mahasiswa
Kebanyakan pelanggan Yusuf adalah Mahasiswa Unismuh Makassar. Mereka kerap berkunjung dan mengobrol di gerobaknya.
Menurut Yusuf, mahasiswa sering bercerita kepada dia soal alasan mereka suka jajan pentolan karena rasanya yang khas. Disisi lain, sikapnya yang ramah terhadap mahasiswa menjadi nilai tambah.
Karena jualannya selalu ramai dikunjungi mahasiswa, ia termotivasi untuk tetap berjualan meski didera kesulitan.
Saat ditanyai soal pengalamannya selama berjualan, Yusuf menyebut ada momen tertentu yang membuat jumlah penjualannya menurun. Salah satunya adalah aksi demonstrasi mahasiswa.
Dalam kondisi tersebut, mahasiswa Unismuh Makassar yang sering jajan pentolan memilih tak keluar kampus.
Alasan Mahasiswa Senang Jajan Pentolan
Salah satu mahasiswa bernama Irma mengungkapkan bahwa pentol yang dijajakan Yusuf memiliki cita rasa yang unik dibandingkan dengan penjual pentol lainnya di sekitar kampus.
“Pentol Pak Yusuf rasanya enak dan beda dari yang lain. Selain itu, Pak Yusuf orangnya ramah dan gampang berbaur dengan orang-orang, jadi saya senang beli di sana,” kata Irma.
Komentar ini memperlihatkan betapa keramahan Yusuf juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembeli.
Menurut Irma, sosok Yusuf menjadi inspirasi bagi banyak orang di sekitar kampus Unismuh Makassar. Tak hanya sebagai penjual pentola, tetapi juga menjual pengalaman dan keramahan.
“Pak Yusuf adalah contoh nyata dari keteguhan hati dalam menjalani usaha kecil,” tandas Irma.
Risqa Ayu Ramadani – Mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi 5A