KHITTAH.CO– Muhammadiyah hadir menyatakan tidak bermazhab, tapi merujuk langsung pada Al Quran dan Hadits yang Maqbulah. Demikian ditegaskan Dr H Abdullah Renre, M Ag, yang merupakan Direktur Pendidikan Ulama Tarjih (PUT) Unismuh Makassar dalam sebuah pengajian di Kabupaten Jeneponto, beberapa waktu lalu.
Mengapa istilah tidak bermahzab? Abdullah Renre, menjabarkan secara ontologis. Kedatangan Islam, oleh Nabi Muhammad Saw waktu itu mengembangkan Islam dengan dakwah pencerahan, yaitu mengeluarkan umat dari kegelapan, kejahilian dan kebodohan.
Selanjutnya, lanjut dia, adalah era kepemimpinan Khulafaur Rasyidin selama 20 tahun, dari era itu Islam terus megalami kenaikan grafik. Tahun-tahun selanjutnya kepemimpinan adalah ad dhaulah hingga Islam mencapai puncak kejayaannya pada era dhaulah Dinasti Abbasiyah.
“Disinilah era kejayaan Islam yang kita sebut sebagai masa kejayaan. Semua negara pada waktu itu hampir telah dikuasai, pengaruh Islam semakin meluas dan terasa, namun sayang setelah era itu, Islam kemudian setelahnya kembali mengalami kemunduran.”
Pakar sejarah Islam UIN Alauddin Makassar ini melanjutkan, bahwa generasi itulah yang bertahan cukup panjang dan stagnan dalam ketertinggalannya. Akan tetapi tambah ia lagi, di abad 20 Islam memasuki era baru. Di Era ini, umat Islam mulai menyatakan diri untuk mau bengkit kembali.
“Meski disadari bahwa Barat sudah terlalu jauh lebih maju, akan tetapi semangat itu mesti tetap digelorakan,” terang Wakil Ketua PWM Sulsel.
Kehadiran Muhammadiyah adalah untuk membangun peradaban yang jernih yang kemudian disebut sebagai gerakan modernis. “Jadi gerakan Muhammadiyah adalah gerakan modernis dengan rujukan pada Al Quran dan Hadist yang maqbulah,” imbuhnya.