Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Harmoni Keluarga dan Sekolah: Jejak Kolaborasi Menuju Prestasi

×

Harmoni Keluarga dan Sekolah: Jejak Kolaborasi Menuju Prestasi

Share this article

Oleh: Hijrah Basri*

KHITTAH. CO – Setiap pagi, anak-anak berangkat ke sekolah dengan membawa harapan, bukan hanya harapan dan mimpi mereka sendiri, tapi juga harapan orang tua dan para guru. Prestasi anak bukan hanya hasil kerja keras di ruang kelas. Justru, langkah awalnya dimulai dari rumah, dari perhatian orang tua, dari dukungan kecil yang terus-menerus.

Ketika rumah dan sekolah saling terhubung, saling mendukung, maka proses belajar jadi lebih bermakna. Prestasi pun bukan sekadar soal nilai, tapi tentang tumbuhnya semangat, karakter, dan mimpi yang perlahan jadi nyata.

Kolaborasi ini bukan sekadar tentang berbagi informasi tetapi juga berbagi tanggung jawab dalam mendidik anak menjadi individu yang berprestasi baik secara karakter maupun secara akademik. Pendidikan yang berkualitas akan menciptakan individu yang bertanggung jawab, memiliki nilai moral dan siap berpartisipasi dalam Pembangunan bangsa.

Semua Bermula dari Rumah

Rumah adalah sekolah pertama bagi setiap anak. Di sanalah mereka belajar berkata jujur, menghargai orang lain, membentuk kebiasaan baik, hingga memahami arti tanggung jawab. Orang tua, tanpa gelar pendidik pun, sejatinya adalah guru pertama yang paling berpengaruh. Saat anak merasa didengar dan dimotivasi di rumah, mereka lebih siap dan percaya diri menghadapi dunia luar, termasuk lingkungan sekolah.

Kisah Muhammad Al Fatih, yang juga dikenal sebagai Sultan Mehmed II  adalah salah satu tokoh besar dalam Sejarah Islam yang mencerminkan keberhasilan pengasuhan orang tua yang visioner. Beliau dikenal sebagai sang penakluk Konstantinopel, ayahnya Sultan Murad II menanamkan nilai-nilai kepemimpinan dan tanggung jawab sejak dini kepada Al Fatih.

Tumbuh dalam pengasuhan ayah yang tegas, Sultan Murad II mengutus seorang ulama Syekh Aq Syamsuddin, untuk mendidik Al Fatih dalam ilmu agama dan ilmu duniawi. Ibunya Huma Hatun mengajarkan Al Fatih dengan nila-nilai spiritual motivasi dan kasih sayang. Mentornya adalah ulama yang kompetensi keilmuannya tersohor.

orang- orang sukses rata-rata tumbuh dalam pengasuhan yang baik. Ayah dan ibu menjadi role model dalam kehidupan sang anak, membentuk akhlak dan membangun kebiasaan yang positif sejak dini. Al Fatih adalah sebuah kisah inspiratif bagaimana pengasuhan yang benar dapat menghasilkan pemimpin besar yang tidak hanya sukses di dunia, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.

Dukungan sederhana seperti menanyakan bagaimana hari mereka di sekolah, membantu mengerjakan PR, atau sekadar mendengarkan cerita mereka, bisa membuat anak merasa diperhatikan. Dan rasa aman itulah yang menjadi fondasi kuat untuk tumbuh dan berkembang. Sebagai tambahan Siti Hajar dan Nabi Ismail bukanlah sekadar ritual semata dalam prosesi rukun haji dan umrah tetapi refleksi dan pesan Allah SWT kepada ummatnya bahwa Siti Hajar seorang ibu yang gigih  berikhtiar tetapi zam-zam mengalir lewat kaki Ismail.

Ikhtiar dan keyakinan yang kuat menyerahkan sepenuhnya hanya kepada Allah akan membuahkan hasil maksimal. Secara tersirat mengirimkan pesan Ilahi bahwa orang tua yang gigih dalam kebaikan dan berpasrah kepada Allah, ikhlasnya akan berbayar dengan lipat ganda keberkahan dan jejaknya membumi hingga akhir zaman.

Sekolah, Ladang Subur untuk Tumbuh

Sekolah adalah tempat anak-anak memperluas cakrawala. Di sinilah mereka bertemu dengan teman sebaya, belajar bekerja dalam tim, menghadapi tantangan, dan tentu saja, mendapatkan ilmu dari para guru. Namun, sehebat apa pun sekolah, hasilnya tidak akan maksimal jika tidak didukung oleh lingkungan rumah.

Guru memerlukan pemahaman terhadap latar belakang murid, dan di sinilah peran orang tua menjadi penting. Ketika komunikasi antara guru dan orang tua terjalin dengan baik, proses belajar mengajar bisa menjadi lebih efektif dan personal. Anak pun akan merasa bahwa orang dewasa di sekelilingnya bekerja sama untuk kebaikan dirinya.

Albert Einstein, seorang ilmuwan yang dikenal dengan teori Relativitasnya. Einstein kecil memiliki kisah unik karena pada usia tiga tahun kemampuannya berbicara lambat, tetapi terapi yang luar biasa dari gurunya di Swiss yang merangsang nalar kritis Einstein mengejar minatnya dalam ilmu matematika dan fisika. Salah satu gurunya, Jost Winteler memotivasi Einstein untuk berpikir bebas, mengasah kemampuan analisinya, mengeksplorasi ide-ide baru tanpa tekanan yang berlebihan pada nilai (Isaacson, W., 2018).

Kisah Einstein menunjukkan bagaimana sekolah yang tepat dan guru yang inpiratif menjadi faktor kunci dalam keberhasilan seseorang bahkan jika awalnya tidak sesuai dengan sistem pendidikan yang berlaku. Sekolah yang ramah anak dan guru yang fleksibel akan mampu memberikan peluang terbaik dalam kehidupan seorang anak.

Kolaborasi Rumah dan Sekolah  adalah Kunci Menuju Prestasi

Kolaborasi antara rumah dan sekolah bukan lagi sekadar teori ideal. Pada era sekarang, dengan teknologi yang memudahkan komunikasi, kerja sama bisa dibangun secara aktif dan menyenangkan. Grup WhatsApp orang tua, rapat daring, atau kegiatan bersama antara sekolah dan keluarga adalah bentuk konkret dari kolaborasi itu.

Prestasi anak tidak lagi dipandang hanya dari segi akademik, tapi juga dari bagaimana mereka berkembang secara emosional dan sosial. Ketika rumah dan sekolah berjalan seirama, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang seimbang—cerdas secara intelektual, matang secara emosional, dan tangguh dalam menghadapi tantangan. Dari peran super leader di sekolah mengacu kepada proses yang diambil dan dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi aktif seluruh pihak. Hal ini untuk menjawab tantangan di Era Revolusi Industri 4.0, sekolah memerlukan karakter kuat untuk untuk menjawab tantangan zaman.

Tumbuh Bersama, Menuju Masa Depan Cerah

Membangun generasi berprestasi bukan tugas satu pihak saja. Ia adalah hasil dari perjalanan panjang yang dilalui bersama, dari ruang keluarga ke ruang kelas, dari pagi hari yang penuh semangat hingga malam yang diisi pelukan hangat dan nasihat bijak. Mari terus merawat kolaborasi ini. Karena, dari rumah ke sekolah, ada jejak harapan yang sedang ditulis, dan di setiap langkahnya, anak-anak belajar menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri.

Kolaborasi antara orang tua dan guru adalah kunci penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan fisik dan mental anak serta mendorong lahirnya prestasi, dengan komunikasi yang baik, saling pengertian dan kerja sama yang aktif, keduanya dapat memahami kebutuhan anak, memberikan dukungan yang selaras, dan membangun motivasi belajar.

Mari terus bersinergi membangun sumber daya manusia lewat pendidikan, karena pendidikan memegang peran kunci dalam membentuk masa depan suatu bangsa. Masa depan dunia ada di kelas hari ini. Demikianlah ruang kelas akan menjadi saksi lahirnya peradaban.

Jalan pagi ke tepi pantai

Bersama sahabat penuh semangat

Orang tua dan guru berkolaborasi

Prestasi berkarya menjadi kuat

 

*Mahasiswa PPS Kebijakan Pendidikan dan Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang dan Pengurus Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sulawesi Selatan.

 

 

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner PMB UMSI

Leave a Reply