Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
ArsipOpini

IMM “Kepemimpinan dan Inovasi”

35
×

IMM “Kepemimpinan dan Inovasi”

Share this article
Example 468x60

IMM “Kepemimpinan Dan Inovasi”

IMG_20160726_115254

Example 300x600

Sakinah Fitrianti Baharuddin

Pada setiap organisasi apakah pada tingkat lembaga pendidikan, perusahaan, birokrasi pemerintah, hingga pada level lembaga kemahasiswaan terdapat relasi yang kuat antara pola kepemimpinan dan inovasi yang terjadi dalam internal tiap lembaga organisasi. Pergantian struktur kepemimpinan akan cukup berpengaruh terhadap setiap pengambilan kebijakan demi keberlanjutan eksistensi sebuah organisasi. Setidaknya, hal ini yang menjadi dinamika di tubuh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kota Makassar.

Besar harapan antara regenerasi kepengurusan dan lahirnya ide-ide besar untuk organisasi menjadi harapan besar seluruh kader IMM. Jika,  ritme kepemimpinan yang terbangun dalam tubuh IMM adalah kolektivisme terapan dan menjadi  cracking values  dalam organisai maka, ada harapan akan terjadi transformasi perubahan baik terhadap nalar berpikir anggota organisasi maupun internal kelembagaan secara universal.

Penulis mencoba mengambil salah satu sampel  inovasi dalam kepemimpinan pada perusahaan Apple Computer. Steve Jobs adalah pemimpin dibalik kesuksesan perusahaan Apple Cumputer yang menghasilkan berbagai produk inovatif. Steve Jobs (dalam Young & Simon, 2005) adalah seorang tokoh yang mengubah computer besar menjadi computer kecil yang mudah dibawa. Kini perusahaan Apple Computer telah menghasilkan produk inovatif seperti iPad dan Smartphone yang punya peran luar biasa dalam proses kehidupan manusia. Lalu.

Bagaimana dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah? Jika, merujuk pandangan pakar organisasi Rosabeth Moss Kanther (1996) dari Universitas Harvard, keunggulan sebuah organisasi mulai tingkatan organisasi kecil sampai organisasi besar ditentukan oleh tiga hal, yakni konsep (concept), kompetensi (competence), dan koneksi (connection). Ketiga point yang disebutkan diatas setidaknya harus menjadi pilar IMM dan menjadi persepsi kolektif pimpinan dan seluruh kader untuk  perjuangan kepengurusan kedepannya. Bagi penulis untuk mencapai yang dikatakan Kanther, hasrat menalar kader IMM harus melampaui generasi sebelumnya. Menjauhkan ego superior antar Komisariat, Korkom, hingga kepengurusan tingkat pusat.

Dibalik kesuksesan perusahaan inovatif seperti yang diceritakan diatas, ada seorang tokoh yang menjadi sumber inspirasi. IMM membutuhkan figur kharismatik yang tentunya tak hanya fasih bersandiwara di balik otoritas dalil-dalil agama tetapi, memiliki nalar sosialita untuk aktif mengurus pelbagai realitas masalah kebutuhan kader di level komisariat ke level atas. Sosok religius dan inovatif adalah pemimpin yang di rindukan di tubuh IMM. Lalu, benarkah IMM telah mengusahakan, melahirkan, dan memiliki sosok ideal itu?.

Ada beberapa hal biasanya yang dilakukan oleh seorang pemimpin inovatif. Mereka memiliki visi yang jelas kemana organisasi akan dibawa, dan mereka mampu mewujudkannya menjadi kenyataan. Mereka adalah orang yang berani mengambil risiko dengan dengan mencoba hal baru. Mereka adalah orang yang berpikiran positif terhadap para anggota dan memperlakukan para anggotanya dengan penuh kepercayaan agar mereka dapat mewujudkan potensi kreatif yang dimilikinya semaksimal mungkin.

Pemimpin inovatif adalah pemimpin yang tidak menghukum para anggotanya karena berbuat kesalahan, selama kesalahan yang dilakukan bukan dengan niat buruk. Pemimpin memberikan peluang kepada para anggotanya untuk belajar dari kesalahan. Mereka adalah pemimpin yang menghargai pendapat anggotanya dan memberi apresiasi pada hasil karya anggotanya.

Di sisi lain, pemimpin inovatif berani mengubah cara berorganisasi yang membuat proses inovasi mandeg. Sebagai pemimpin dia membuat suasana organisasi jadi sangat menyenangkan. Organisasi yang sangat birokratis dan kaku, serba diatur dari atas, dan anggota yang menunggu perintah. Adalah organisasi yang akan membunuh gagasan inovatif anggota organisasi.

Pemimpin inovatif adalah pemimpin yang mengubah organisasi yang sangat birokratis menjadi organisasi yang memberikan keleluasaan pada anggota untuk berbuat sesuai dengan keinginan mereka selama hal yang dilakukan sesuai dengan visi, misi, dan tata nilai dalam organisasi. Sebagai pemimpin, organisasi beserta anggotanya akan menemui titik sublim kejenuhan bila tidak ada hal-hal baru yang dilakukan.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah selaku anak kandung perserikatan Muhammadiyah setidaknya harus merenungi inti sari ajaran agama yakni “kalau hari ini sama dengan hari kemarin, maka kamu akan menjadi orang yang merugi. Kalau hari ini lebih baik dari kemarin, kamu adalah orang beruntung. Tetapi kalau hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka celakalah kamu”. Apa yang dilakukan IMM demi kemanusiaan sifatnya jangka panjang.

Out put IMM adalah melahirkan sumber daya manusia berkualitas maka, inovasi adalah suatu bentuk keniscayaan perubahan ha yang baik namun, harus digaris bawahi tiap ide dan gagasan perubahan bersifat incremental (sedikit demi sedikit). Tiap kader selalu memiliki kedinamisan mentalitas karakter dan mengubahnya menjadi lebih baik butuh waktu yang bertahap karena  yang dilakukan adalah proses membangun kesadaran bagi individu kader. Maka, jika itu adalah kesungguhan niat bersama IMM telah memenuhi apa yang dikatakan Alvin Toffler “throw-away society“ kebutuhan manusia selalu meningkat. Musyawarah cabang dan gagasan telah lahir maka tugas kita adalah melakukan pengembangan terhadap gagasan tersebut. (*)

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

[metaslider id="39673"]