Oleh: Muh Yusri K (Aktivis IMM)
KHITTAH.CO — Musyawarah Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Makassar tidak sekadar menjadi agenda rutin organisasi. Lebih dari itu, forum ini merupakan momentum berharga untuk meneguhkan kembali jati diri kader, menyatukan gagasan, sekaligus merumuskan arah gerakan yang lebih progresif.
Musyawarah juga menjadi ruang konsolidasi, mempererat ukhuwah, merawat semangat kolektif, dan melahirkan kepemimpinan yang inklusif serta kolaboratif. Sebab, kepemimpinan dalam IMM bukan hanya soal jabatan, melainkan amanah dakwah intelektual yang harus ditunaikan dengan penuh kesungguhan.
Kepemimpinan Inklusif
IMM merupakan ruang kaderisasi sekaligus pengabdian. Di tengah dinamika zaman yang kian kompleks, organisasi ini dituntut menghadirkan sosok pemimpin yang tidak hanya tegas, tetapi juga mampu merangkul perbedaan dan menumbuhkan partisipasi seluruh kader.
Kepemimpinan inklusif berarti memberi ruang bagi setiap gagasan, mendengar, memahami, dan memfasilitasi tumbuh kembang kader. Perbedaan latar belakang, minat, maupun pandangan bukanlah penghalang, melainkan potensi kekuatan. Dengan kepemimpinan seperti ini, IMM akan tetap solid dan progresif, sejalan dengan semangat ukhuwah Islamiyah serta nilai-nilai Muhammadiyah.
Pentingnya Kolaborasi
Kekuatan IMM tidak hanya bertumpu pada konsolidasi internal, tetapi juga pada kemampuan membangun jejaring eksternal. Kolaborasi menjadi kunci agar IMM mampu memberikan jawaban nyata atas tantangan sosial masyarakat.
Kolaborasi internal berarti memperkuat sinergi antarbiro, komisariat, dan cabang, sehingga gerakan tidak berjalan parsial. Sementara kolaborasi eksternal melibatkan kerja sama dengan organisasi mahasiswa lain, komunitas sosial, lembaga pendidikan, hingga pemerintah. Dengan pola ini, IMM tidak hanya hadir sebagai penonton, melainkan aktor yang aktif memberi kontribusi nyata bagi umat dan bangsa.
Titik Tolak Baru
Kepemimpinan inklusif dan kolaboratif bukan jargon, melainkan kebutuhan mendesak bagi IMM saat ini. Merangkul seluruh kader akan menjaga soliditas organisasi, sedangkan menjalin kolaborasi akan memperluas peran dan pengaruhnya.
IMM Makassar perlu menjadi pelopor kepemimpinan terbuka sekaligus penggerak gerakan sinergis. Dari IMM, kita belajar bahwa kepemimpinan sejati bukan soal siapa yang paling menonjol, melainkan siapa yang paling mampu merangkul, menggerakkan, dan menumbuhkan.
Harapannya, Musyawarah Cabang IMM Makassar menjadi titik awal lahirnya gagasan segar serta langkah strategis. Dengan begitu, IMM dapat terus memainkan peran nyata di tengah masyarakat sebagai laboratorium kader umat dan bangsa yang visioner, kritis, dan solutif.