Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

PCM Lempangang Gelar Penguatan Keislaman dan Kemuhammadiyahan untuk Guru

×

PCM Lempangang Gelar Penguatan Keislaman dan Kemuhammadiyahan untuk Guru

Share this article

KHITTAH.CO, ​GOWA — Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Lempangang Kabupaten Gowa, melaksanakan penguatan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan terhadap guru-guru yang mengajar di sekolah Muhammadiyah Lempangang. Kegiatan ini Berlangsung di Aula Planet Bechkam 18 Gowa, Senin, 23 Desember 2019.

​Ketua Majelis Dikdasmen PCM Lempangang Natsir Jafar melaporkan bahwa selain penguatan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, juga dilakukan penandatanganan pakta integritas terhadap Guru dan Pegawai Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) Cabang Lempangang.

Kegiatan ini dihadiri oleh guru dari empat sekolah di Kecamatan Lempangang yaitu SMA Muhammadiyah Lempangang, MTS Muhammadiyah Lempangang, MIM Bontobiddia dan ​TK Aisyiyah Lempangang.​

Suasana peserta di Aula Planet Bechkam

Sementara itu, Ketua PCM Lempangang Basri Mattayang mengatakan bahwa tujuan kegiatan ini dilaksanakan demi saling mengembirakan di Muhammadiyah khususnya di AUM Lempangang. Menurutnya, bermuhammadiyah itu adalah nikmat, maka harus saling mengembirakan.

“​Kegiatan ini tidak main-main bapak ibu, saking seriusnya ini kegiatan, kita mengundang langsung pemateri dari PWM Sulsel Ketua Majelis Dikdasmen. Mungkin baru kali ini PCM mengundang dari PWM sebagai pemateri,” ungkapnya.

Basri menambahkan, Persyarikatan Muhammadiyah dan AUM itu tidak bisa dipisahkan. “Inti dari tujuan Muhammadiyah adalah menciptakan masyarakat yang sebenar-benarnya, demi mencapai tujuan Muhammadiyah itu peran bapak ibu guru di sekolah harus maksimal,” tambah nakhoda Cabang Lempangang ini.

​Basri Mattayang mengingatkan bahwa kurikulum sekolah Muhammadiyah, harus sinkron dengan aturan di persyarikatan Muhammadiyah. Diharapkan AUM dan persyarikatan Muhammadiyah harus ada koordinasi yang baik.

“Bapak ibu guru perlu pahami bahwa siswa-siswi yang ada di sekolah Muhammadiyah adalah produk Muhammadiyah dan juga sebagai calon-calon warga Muhammadiyah. Sadar tidak sadar pasti seperti itu, karena kedepan nantinya jika sudah sukses, minimal mereka mengingat bahwa pernah sekolah di sekolah Muhammadiyah,” jelas Basri.

​Setidaknya, kata Basri, yang bisa dimiliki oleh pengelola amal usaha adalah harus ikhlas dan profesional.
​Ikhlas dalam artian bukan tidak digaji, tetap digaji tapi dengan dasar nilai keislaman dan kemuhammadiyahan. Sehingga beda daripada guru-guru yang diluar sekolah Muhammadiyah.

​”Saya sampaikan kepada Majelis Dikdasmen PWM bahwa inilah guru-guru terbaik di PCM Lempangang. Juga saya harapkan agar tahfidz di MTS kedepannya itu bisa ditingkatkan, kalau bisa satu kelas dulu dibuka untuk percontohan dan harus fokus tentang tahfidz. Terakhir saya sampaikan, bahwa ketika ada pegawai negeri mengajar di AUM maka harus tetap ikuti aturan di persyarikatan Muhammadiyah. Kita tidak mau ada pegawai negeri ngajar di AUM hanya asal-asalan, kita butuhkan guru yang ihklas dan profesional,” kata Basri.

​Sementara itu, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gowa, Muslimin B mengungkapkan, jika ingin bergembira di Muhammadiyah, adakan pertemuan sesering mungkin.

“​Mudah-mudahan bapak ibu kehadirannya mendapatkan keberkahan. Semoga pertemuan ini bisa bernilai ibadah disisi Allah SWT, karena ber Muhammadiyah kita punya pedoman, jadi bapak ibu jangan maki ragu ber Muhammadiyah. Kita sebagai kader Muhammadiyah adalah pengikut Muhammad, jadi saya harapkan kepada bapak ibu agar yakin apa yang dilakukan di AUM ini adalah yang terbaik,” ungkap Muslimin saat menyampaikan sambutan.

Suasana saat penandatanganan pakta integritas

Lanjut Muslimin, bahwa ​Muhammadiyah adalah organisasi yang punya dasar gerakan dari QS Al-‘Imran ayat 104, pada dasarnya ada segolongan yang akan berbuat kebaikan dan mencegah keburukan. “Sehingga Muhammadiyah tetap semangat untuk berbuat kebaikan melalui AUM. ​Kalau sudah masuk di AUM berarti siap jadi kader Muhammadiyah dan sekali​ Muhammadiyah tetap Muhammadiyah,” pungkasnya.

“​Mengajar di AUM harus menghilangkan rasa keragu-raguan terhadap Muhammadiyah, juga harus diperkuat fisik, ilmu dan kejujuran. Kalau guru sendiri tidak jujur maka lebih-lebih muridnya, guru yang punya Ilmu tinggi tidak boleh sombong karena di atas langit masih langit dan Ilmu yang tinggi masih ada ilmu yang lebih tinggi. Muhammadiyah adalah gerakan maka harus bergerak untuk berbuat baik dan tetap berdasarkan Islam, kalau tidak berdasarkan Islam yakin tidak dapat apa-apa,” tutupnya.

Materi-materi yang disajikan dalam pelatihan ini, yaitu​ Kebijakan Dikdasmen PDM Gowa yang menyangkut Guru dan Pegawai AUM, peran dan posisi Guru di AUM, aplikasi Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah untuk Guru, dan PHIWM untuk Guru AUM dan aplikasi kompetensi guru Muhammadiyah. (Baslam)

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner PMB UMSI

Leave a Reply