Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
ArsipOpini

Saya Abituren Abi 212 & 411

×

Saya Abituren Abi 212 & 411

Share this article

Oleh: Muh Ikbal Majid

Pagi Tanggal 3 juni 2016 saya mendarat di bandara internasional Soekarno-Hatta jakarta selanjutnya menuju ke kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Menteng Jakarta Pusat untuk sekadar beristirahat sejenak sebab waktu masih agak pagi. Jarum jam menunjuk jam 10.00 saya beranjak dari kantor pusat muhammadiyah berjalan kaki menuju gedung sebelahnya yakni kantor pusat Pelajar Islam Indonesia (PII) untuk menghadiri undangan deklarasi Barisan Ganyang Komunis Indonesia (BGKI) yang dimotori oleh ustadz Alfiyan Tanjung yang pada saat itu masih menjabat sebagai presiden taruna muslim dan juga sebagai kader senior PII sekaligus kader Muhammadiyah.

Tepat jam 10.30 waktu Jakarta deklarasi BGKI dimulai, yang dihadiri beberapa aktifis dari berbagai latar rrmas baik ormas Islam maupun Nasionalis berkumpul dan berikhtiar untuk membendung bangkitnya Komunis gaya baru, pada deklarasi tersebut kami sepakat menunjuk ustadz Alfiyan Tanjung sebagai ketua umum dan saya sendiri ditunjuk sebagai ketua dan deklarator Sulawesi.

Setelah seremonial deklarasi selesai dilanjutkan dengan rapat dan diskusi tentang organ yang baru saja kami dirikan selanjutnya saya bersama ustadz alfiyan tanjung bergeser ke mesjid istiqlal dan disana kami rapat persiapan untuk melaksanakan aksi perdana menuntut Ahok agar diproses hukum karena telah menistakan surat al-Maidah kala itu.

Sesuai kesepakatan rapat aksi kita mulai jam 14.00 yang dipimpin langsung oleh Habib Riziek Syihab imam besar FPI star dari halaman Istiqlal menuju area Monas dan selanjutnya memusatkan aksi pas di depan Istana Presiden, dalam aksi tersebut penulis menjadi salah satu orator perwakilan Angkatan Muda Muhammadiyah walaupun belum secara resmi elemen muhammadiyah bergabung dalam aksi menuntut penjarakan Ahok itu, baru beberapa hari setelahnya Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah secara resmi sebagai pelapor pertama dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh ahok.

Jam. 15.20 peserta aksi yang diikuti sekitar 2000an peserta yang dihadiri mayoritas FPI dan dihadiri beberapa tokoh yang penulis masih ingat namanya:

IB HRS (Penggagas utama)

Ustadz Arifin Ilham

Ustadz Bakhtiar Natsir

Ustadz Al Khattat

Ustadz Alfiyan Tanjung

Ustadz Yusuf Martak

Hamdan zoelfa (Parmusi)

Naufal dunggiyo (Muhammadiyah)

Mayor karaeng sila (Panglima PETA)

Muh. Ikbal majid (KOKAM)

Nama-nama yang tertera di atas masuk ke Istana Presiden untuk bertemu bapak Presiden Jokowi  menuntut penegakan hukum kepada Basuki Cahya Purnama alias Ahok atas perbuatannya menistakan surat al-Maidah, namun ketika rombongan kami tiba di ruang tunggu istana kami mendapatkan kabar bahwa presiden sedang tidak ada di istana pada saat itu dan delegasi hanya diterima oleh bapak Menkopolhukam Wiranto.

HRS dan seluruh rombongan merasa sangat kecewa saat itu karena setahu kami sebelumnya bahwa delegasi ummat Islam akan diterima langsung oleh pak Jokowi namun apa lacur kita sudah di dalam istana dan dengan kebesaran hati HRS dan para ulama maka tuntutan kami serahkan kepada bapak Wiranto walaupun penuh dengan kekecewaan.

Selesai berbincang-bincang dengan Wiranto waktu ashar sudah masuk dan delegasi melaksanakan shalat ashar dimesjid kompleks istana presiden setelah itu kami keluar dari istana dan HRS menyerukan agar peserta aksi membubarkan diri dengan tertib sambil menunggu informasi dan instruksi dari HRS dan para tokoh lainnya.

Setelah peserta aksi diminta untuk membubarkan diri para ulama melanjutkan rapat di Masjid Istiqlal untuk merancang aksi massa yang besar dan kelak diberi nama Aksi Bela Islam (ABI 212 dan 411) yang dihadiri jutaan orang dari seluruh pelosok nusantara, esok harinya penulis pulang ke Makassar dan selanjutnya di Makassar diamanahkan sebagai jenderal lapangan aksi 212  dan 411. Di Makassar yang dihadiri ratusan ribu peserta aksi.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply