Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Guru

×

Guru

Share this article

Oleh: Daniel Mohammad Rosyid*

Hari ini kita memperingati Hari Guru Nasional. Tiba waktunya untuk melihat kembali peran guru di era digital pasca pandemi. Sudah jelas bahwa sebelum pandemi, peran guru sudah dikurangi oleh internet. Ruang Guru salah satu pengurangnya. Internet telah melubangi tembok-tembok tinggi sekolah. Peran itu makin berkurang selama pandemi. Kita perlu memikirkan ulang peran guru dalam pendidikan kita.

Pandemi mengajarkan bahwa rumah bisa lebih berperan dalam pendidikan. Mengambil alih semua tugas-tugas pendidikan dari keluarga terbukti keliru. Bahkan tugas utama keluarga sebenarnya adalah pendidikan. Hanya anak yg terdidik dengan baik di rumah yang mampu menghadapi guru di sekolah dengan efektif sekaligus mengurangi tugas-tugas guru yang kompleks. Mengatakan bahwa keluarga tidak mampu mendidik tidak saja keliru tapi juga menyesatkan. Adalah tugas pemerintah dan masyarakat untuk memampukan keluarga menjadi satuan pendidikan yang efektif. Bukan malah melemahkannya.

Kinerja belajar anak sesungguhnya tidak pernah ditentukan oleh kurikulum dan sarana persekolahan. Adab dan akhlak murid lebih ditentukan terutama oleh ayah dan ibu mereka sendiri di rumah melalui teladan adab dan akhlak di rumah sehari-hari. Kejujuran, amanah, kesetiaan, kepedulian, pengorbanan dan tanggungjawab terbaik dipelajari di rumah dari teladan orang tua. Guru di sekolah mungkin bisa memberi penguatan adab dan akhlak, serta kecakapan dan keterampilan teknis tertentu seperti sains, dan matematika. Guru sering terlalu disibukkan oleh tugas2 administratif dan teknis.

Banyak sekolah hanya menjadi tempat guru mengajar, tapi bukan tempat murid belajar. Alam terbuka dan masyarakat bisa menjadi tempat belajar yang  lebih baik daripada sekolah karena memberi pengalaman nyata pada murid. Pengalaman tetap guru terbaik. Tugas terpenting guru bukan mengajar tapi membantu murid belajar sebagai proses memaknai pengalaman murid. Relevansi jauh lebih penting daripada mutu bagi belajar yang bermakna. Makna terpenting bagi murid adalah kemerdekaan. Jadi tugas guru terpenting adalah membantu murid belajar merdeka. Hanya pribadi yang merdeka yang mampu mengambil tanggung jawab, mandiri, cerdas, sehat dan produktif.

Obsesi mutu berlebihan melalui standard telah meminggirkan relevansi dalam proses pembelajaran di sekolah. Keunikan murid  hilang. Murid lebih sering dibandingkan dengan murid lain dengan standard itu. Padahal yang lebih penting adalah membandingkan seorang murid hari ini dengan diri murid itu sehari atau seminggu sebelumnya. Ketrampilan memaknai pengalaman murid berkembang melengkapi pertumbuhan fisik dan mental murid.

Kelemahan pokok persekolahan adalah lingkungannya yang terlalu aman dan nyaman, sehingga membosankan. Terutama bagi murid laki-laki. Di ruang-ruang kelas umumnya tidak ada tantangan yang berarti secara fisik, mental atau spiritual. Ini adalah kurikulum tak tertulis yang justru lebih membentuk murid, bukan kurikulum yang tertulis dan guru yang berapi-api di depan kelas. Full day schools bisa menjadi tempat belajar yang terburuk bagi murid.

Guru di persekolahan gagal menyiapkan lulusan yang mandiri, bertanggungjawab, sehat dan produktif. Banyak kampus didirikan untuk menutup-nutupi kegagalan persekolahan ini. Bahkan diperlukan sebuah Permendikbud untuk melindungi mahasiswa dari bahaya kekerasan seksual sebagian karena mahasiswa tidak tahu konsep aurat apalagi zina sebagai pengetahuan yg seharusnya dipelajari di rumah dan masjid dekat rumah.  Akibatnya perguruan tinggi disibukkan untuk menghadapi mahasiswa yang tidak mandiri dan dewasa. Ini melemahkan tugas utama perguruan tinggi dalam rangka knowledge creation and innovation.

Suatu ketika Muhammad Rasulullah mengatakan hanya ada 2 pekerjaan di dunia ini, yaitu guru dan selain guru. Artinya, setiap orang adalah guru saat memberi teladan,  dan menjadi murid saat melihat teladan. Ke depan ini, kita perlu lebih banyak belajar dan berguru, bukan bersekolah.

 

* Guru Besar Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply