Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Kabar Muktamar

SS: Jika Berpolitik, Yang Paling Penting adalah Kompetensi Ideologi

×

SS: Jika Berpolitik, Yang Paling Penting adalah Kompetensi Ideologi

Share this article

KHITTAH.CO, Makassar- Seminar dan Pelatihan Ideopolitor Muhammadiyah Sulawesi Selatan resmi dibuka, Rabu, 26 Oktober 2022, di Hotel Sultan Alauddin Makassar.

Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel, Syaiful Saleh menekankan, bahwa kompetensi pertama yang harus dimiliki oleh kader bangsa Persyarikatan ini adalah kompetensi ideologi.

“Orang Muhammadiyah yang tidak punya kompetensi ideologi, kalau kalah dalam bertarung, itu bisa hancur, celana dalam juga bisa dia buka. Ini karena tidak punya kekuatan ideologi,” kata Syaiful tegas.

Ia menekankan, ideologi merupakan kunci dari semua kompetensi kader Muhammadiyah dalam bertarung di dunia politik.

Muhammadiyah meyakini, kompetensi politik menjadi nomor dua, sementara kompetensi organisasi menjadi ketiga.

Ini karena dengan ideologi Muhammadiyah yang kuat, politisi tidak akan tersesat dengan keterampilan berpolitik dan berorganisasinya.

“Karena dengan ideologi Muhammadiyah, konsekuensi tanggung jawab pasti nampak. Kader yang berideologi kuat tidak akan menjadi pecundang. Karena itu, kompetensi ideologi menjadi wajib. Jika tidak mantap, biar jadi apa, pasti akan terseret, membawa Muhammadiyah ke dalam kerusakan,” ungkap dia.

Syaiful juga menyebut Muhammadiyah merupakan payung besar bagi semua politisi, meski memang bukan partai politik.

“Warga kita bisa masuk di partai mana saja, sepanjang visi misinya senapas dengan Muhammadiyah,” ujar dia.

Karena itulah, kata dia, ketua partai jika ingin meminang kader Muhammadiyah untuk maju dalam suksesi, harus menjalin komunikasi dengan Pimpinan Persyarikatan.

Wakil Ketua yang mengoordinasi Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) ini menyebut, jika idealitas ini dilaksanakan, maka Muhammadiyah akan benar-benar menjadi tenda besar.

“Dengan begitu, tidak usah ada yang kasak-kusuk untuk mencari suara jika sudah dekat-dekat pemilihan,” ujar dia.

Sementara itu, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel, Ambo Asse mengutip Quran Surah Al-Hajj ayat 41.

Menurut dia, ayat ini berkaitan dengan kedaulatan dan orang-orang yang diberi kekuasaan dan kedudukan di muka bumi ini.

“Apa yang harus dilakukan orang-orang ini? Aqaamushshalaah, waatuzzakaah, dan ketiga waamaru bil ma’ruf, keempat wanahau ‘anil munkar. Lalu peringatan, walillaahi aqibatul umur,” ujar dia.

Kader bangsa Muhammadiyah harus berpegang pada ayat ini. Jika sudah diberikan kedudukan, harus menunaikan salat. Maksudnya jangan lupa berkomunikasi dengan Allah.

“Kalau sudah diberi fasilitas, ingat-ingat pelihara komunikasi ke kiri, ke kanan, ke depan, santuni orang yang lemah, tunaikan zakat, berinfak,” ujar Guru Besar Ilmu Hadis ini.

Ia menegaskan, kader bangsa harus terus beramal makruf di mana saja. Ambo mengingatkan, ma’ruf adalah kebaikan yang dipahami secara universal.

Wanahau ‘anil munkar, kemudian mencegah kemungkaran. Ingat, jangan hanya melarang orang, tapi diri kita yang terlebih dahulu menahan diri dari kemungkaran. Karena semua atas itu, Allah pasti mengetahui,” kata dia.

Ia menegaskan, Muhammadiyah memang sudah seharusnya mempersiapkan diri menghadapi tahun politik. “Kalau tidak, siap saja kita bisa kalah apalagi kalau tidak. Karena itu, kalau tidak siap, jangan maju,” kata dia.

Muhammadiyah harus melihat dan mengkaji potensi kader yang bisa diajukan untuk menjadi kader bangsa.

Menurut Ambo Asse, untuk tahun politik 2024 ini, Muhammadiyah Sulsel berfokus saja untuk mengutus kadernya pada tataran legislatif DPR atau DPRD.

“LHKP ini juga kita harapkan dapat menjalin komunikasi dengan partai-partai yang memiungkinkan untuk diisi oleh kader kita. Ini bisa dibilang amanah, LHKP melakukan komunikasi politik ke partai yang cocok. Atau jika ada partai yang melihat kader kita, harus diarahkan untuk berkomunikasi dengan pimpinan,’ tutup Ambo Asse.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply