KHITTAH.CO, TANA TORAJA – Di balik kesuksesan Tapak Suci Putera Muhammadiyah di Tana Toraja, terdapat kisah inspiratif dari Ketua Pimpinan Daerah (Pimda) 152 dan istrinya, Irma Rusman Saleh. Meski aktivitasnya sehari-hari keduanya sangat padat, mereka tetap punya waktu untuk Tapak Suci. Keduanya memberi kesan bahwa pengabdian kepada Muhammadiyah tidak mengenal kata sibuk.
Diketahui, Sumartin adalah ASN di Pemda Tana Toraja. Sementara istrinya berprofesi sebagai guru di SMAN 9 Tana Toraja. Keduanya harus membagi waktu untuk pekerjaan, keluarga dan dakwah.
“Melibatkan diri dalam Muhammadiyah bukan hanya di waktu luang, tetapi kita harus meluangkan waktu untuk Muhammadiyah,” ujar Sumartin, 2 November 2024.
Menurut dia, usaha membesarkan Ortom seperti Tapak Suci adalah prioritas yang tak bisa ditunda apalagi dikesampingkan.
Bersama istrinya, Sumartin saling bahu-membahu dalam berbagai kegiatan Tapak Suci, mulai dari mendampingi kader, memimpin latihan, hingga merencanakan strategi pengembangan unit latihan baru.
Istrinya, yang aktif dalam mendidik generasi muda di sekolah, juga memberikan dukungan penuh terhadap program Tapak Suci, terutama di lingkungan sekolah tempatnya mengajar.
Di SMA 9 Tana Toraja, di mana istrinya mengajar, mereka berhasil membentuk salah satu unit latihan Tapak Suci yang aktif dan produktif hingga melahirkan kader-kader muda berbakat.
Bagi Sumartin dan istrinya, Tapak Suci lebih dari sekadar organisasi bela diri. Keduanya memandang Tapak Suci sebagai wadah untuk menanamkan nilai-nilai keislaman, disiplin, dan semangat kepemimpinan kepada para generasi muda.
Mereka melihat Tapak Suci sebagai medium penting untuk membangun karakter kuat yang tidak hanya berguna di gelanggang bela diri, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu sejalan dengan falsafah Tapak Suci, “Dengan Iman dan Akhlak saya menjadi kuat, tanpa Iman dan Akhlak saya menjadi lemah,”. Mereka percaya bahwa keimanan dan akhlak yang baik adalah kunci kekuatan dalam setiap aspek kehidupan.
Di tengah segala tantangan dan keterbatasan waktu, pasangan ini tetap menunjukkan dedikasi luar biasa dalam membesarkan Tapak Suci di Tana Toraja. Mereka tidak hanya bekerja untuk mencari nafkah, tetapi juga terus berkontribusi dalam membina kader Muhammadiyah melalui Tapak Suci. Komitmen mereka menjadi teladan bagi para kader muda, bahwa dakwah dan perjuangan adalah bagian dari tanggung jawab setiap kader Muhammadiyah.
Kisah Sumartin dan istrinya adalah bukti bahwa dengan niat yang kuat, waktu yang terbatas bukanlah halangan untuk terus berbuat bagi agama dan Persyarikatan. Mereka telah mengajarkan kepada kita semua bahwa ber-Muhammadiyah bukan hanya sebatas aktivitas di waktu luang, melainkan harus menjadi bagian dari hidup itu sendiri. (Rls)