Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Tabligh

Basmalah, Apa yang Tidak Banyak Kita Ketahui Tentangnya?

×

Basmalah, Apa yang Tidak Banyak Kita Ketahui Tentangnya?

Share this article

 

Hal yang Harus Diketahui Tentang Basmalah
KHITTAH.co- Basmalah, setiap Muslim pasti seringkali membacanya, bismillahirrahmaanirrahiim. Tidak hanya dalam salat, basmalah dibaca saban memulai suatu aktivitas.
Nah, sesering kita membaca basamalah, apakah kita tahu sejumlah hal terkait pembuka surah dalam Alquran ini? Pastikan jawaban Anda dengan membaca ulasan berikut.
Tidak ada dalam Surah At-Taubah
Selain membaca taudz atau au’dzubillaahi minasysyaithaanirraajiim, sebagaimana perintah Allah dalam Surah An-Nahl ayat 98, di awal surah biasanya kita membaca basmalah.
Akan tetapi, terkhusus di Surah At-Taubah, ada pendapat ulama yang mengatakan, bahwa kita cukup dengan membaca taudz. Kenyataannya, kalau kita cek di mushaf, basmalah juga biasanya tidak tertulis atau tercantum di atasnya.
Tahukah Anda mengapa demikian?

Alasan tidak dibacanya basmalah pada surah At-Taubah,  karena surah tersebut mengandung ancaman kepada para musyrikin, orang-orang musyrik, yang menyekutukan Allah Swt.

Basmalah ‘kan mengandung rahmat. Hal ini dipandang tidak layak untuk ditujukan kepada para musyrikin.

Akan tetapi, penting untuk digarisbawahi, ada juga sejumlah ulama yang berpandangan bahwa membaca basmalah untuk surah At-Taubah, boleh-boleh saja,ya!

Terkait alasan yang telah diulas tadi, sejumlah ulama berpendapat, tidak dibacanya basmalah itu terkhusus bagi musyrikin. Bagi muslimin, boleh-boleh saja sebagai harapan untuk memeroleh rahmat Allah.

Alasan selanjutnya terkait basmalah dan Surah At-taubah adalah ini adalah, Surah at-Taubah diduga sebagai kelanjutan daripada surah al-Anfaal. Kita tahu kan, Surah At-Taubah itu surah ke sembilan, sementara Al-Anfal merupakan surah ke delapan.

Nah, terkait alasan ini, sejumlah ulama berpendapat, jika memang Surah At-Taubah merupakan lanjutan Surah Al-Anfal, tidak mengapa jika kita membaca di permulaan surah At-Taubah.

Hal ini beralasan, tidak ada halangan atau larangan membaca basmalah pada awal setiap juz yang biasanya merupakan pertengahan (lanjutan) dari satu surah.

Nah, terkait basmalah dan Surah At-taubah ini, memang terdapat, paling tidak, tiga garis besar pendapat dari sejumlah ulama.

Pendapat tersebut, yakni, basmalah merupakan bagian dari surat Al-Fatihah dan surat-surat yang lain; basmallah adalah tersendiri, tidak masuk bagian surat; terakhir, basmallah masuk ke dalam surat Al-Fatihah, namun tidak masuk ke dalam surat selain Al-Fatihah.

Cendekiawan Pradana Boy Ztf menjelaskan, sebagian sahabat dan tabi’in dari Madinah menganggap bahwa basmallah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ayat dari surat-surat di Alquran.

Kang Boy, sebagaimana dikutip dari laman ibtimes, menyebut sejumlah nama yang menyepakati terkait pendapat tersebut, di antaranya,  Imam Syafii dalam Qoul Jjadiid-nya, Imam Ahmad, Ats-Tsauri, dan dari kalangan Syiah Imamiyah.

Sementara itu, ulama yang berpendapat bahwa basmalah adalah ayat tersendiri yang diturunkan khusus untuk menjadi permulaan dari surat-surat dan pemisah antar surat, adalah Imam Malik dan beberapa ulama Madinah.

Pendapat terakhir, Hamzah dan kalangan qurro Kuffah menyebut bahwa basmalah adalah ayat dari Surat Al-Fatihah tetapi bukan bagian ayat dari surat-surat yang lain.

Rahmat yang Plural

Hal lain terkait basmalah yang juga harus diketahui adalah dalam lafaz agung tersebut terdapat penegasan bahwa Allah Swt juga melimpahkan kasih-Nya bagi seluruh makhluk.

Allah juga melimpahkan kasih bagi siapa pun, baik mukmin maupun yang bukan mukmin. Inilah mengapa Allah bernama ‘Ar-Rahman’, sebagaimana dalam lafaz basmalah. Prof. M. Quraish Shihab menafsirkan demikian.

Untuk ‘Ar-Rahiim’, Allah menyayangi, memberi rahmat, khusus bağı mukminin di akhirat kelak. Dari sini, diyakini bahwa Allah melimpahkan rahmat-Nya untuk semua makhluk, semua manusia. Karena itu, kita patut bahkan wajib ‘meniru’ Allah dalam hal tersebut.

Pendapat lain menafsirkan ‘Ar-Rahman’ sebagai sifat rahmat Allah sejak dahulu kala tanpa awal, sedangkan ‘Ar-Rahiim’ menunjukkan perbuatan (fi’il) Allah Swt. merahmati semua  hamba-Nya yang berhak untuk mendapatkan rahmat-Nya.

Tafsiran‘Ar-Rahiim”  tersebut sebagaimana dalam ayat وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا, yang artinya “Dan adalah Dia (Allah) Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ahzab [33]: 43). 

Pendapat ini disetujui oleh Ibnul Qayyim dan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu Ta’ala. dalam Syarh Al-Mandzumah Al-Baiquniyyah.

Meski demikian, ada juga yang berpendapat bahwa kata ‘Ar-Rahiim’ juga bermakna kasih kepada siapa pun manusia, bahkan bagi kafir. Hal ini merujuk pada ayat:

إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada seluruh manusia.” (QS. Al-Baqarah: 143).

Dalam ayat Al-Baqarah tersebut,  kata ‘Ar-Rahiim’ satu kalimat dengan  kata ‘manusia’. Mahakasih Allah ditujukan bagi manusia. Berdasarkan kaidah bahasa Arab, “An-Naas” atau ‘manusia’ di sini bersifat umum. Wallaahu a’lam!

Nah, itulah sejumlah hal terkait basmalah yang harus kita ketahui. Alangkah lucunya, selama ini, kita sering melafazkan kalimat agung ini tapi tidak memahami hal-hal penting terkait basmalah tersebut.

Semoga kita bisa mengambil hikmah!

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner UIAD

Leave a Reply