Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BeritaMuhammadiyah

Enam Jurus Pengembangan Cabang Ranting Muhammadiyah

×

Enam Jurus Pengembangan Cabang Ranting Muhammadiyah

Share this article

KHITTAH – Kini usia Muhammadiyah telah mencapai 107 tahun. Gerakan dakwah yang didirikan Kiai Dahlan ini telah mengembangkan sayap ke dunia internasional. Namun pembinaan jamaah di akar rumput, masih perlu mendapat perhatian khusus.

Banyak kader Muhammadiyah yang berpikiran bahwa saat ini Muhammadiyah tidak lagi memenuhi kehausan spiritual mereka. Akhirnya, kader-kader tersebut merapat ke kelompok yang mereka nilai dapat memenuhi kebutuhan itu, bahkan ada yang justru membentuk kelompok atau organisasi Islam yang baru.

Pernyataan tersebut dilontarkan Antropolog Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Wahyuddin Halim. Saat itu ia didaulat sebagai pembicara dalam Pelatihan Mujahid Cyber Progresif, Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan.
Kesimpulan tersebut didasarkan pada penelitian etnografi yang ia lakukan di Kabupaten Wajo.

Menurut Wahyuddin, fakta ketidakaktifan sejumlah cabang dan ranting Muhammadiyah, sesuai dengan penelitian lapangannya di Belawa dan Sengkang, Kabupaten Wajo, sebenarnya bukanlah karena minimnya kuantitas kader Muhammadiyah.

Ia berkesimpulan, hal tersebut lebih disebabkan minimnya pembinaan spiritual sesuai dengan pemahaman keagamaan Muhammadiyah. Kader-kader Muhammadiyah di Cabang dan Ranting Muhammadiyah lebih banyak memenuhi dahaga spiritualnya melalui televisi dan internet.

“Sayangnya di televisi dan internet, sangat jarang kita dapati dai populer yang sesuai dengan paham keagamaan Muhammadiyah,” jelas alumni Program Doktor Antropologi Australian National University ini.

Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jamaluddin Ahmad mengungkapkan bahwa Muhammadiyah sebenarnya telah menyadari masalah kerapuhan cabang dan ranting.

“Kehadiran LPCR sebenarnya untuk menjawab persoalan tersebut. LPCR telah lahir sejak 2010 dengan tugas pembinaan cabang dan ranting, yang melekat pada fungsi Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah,” ungkapnya.

Salah satu ijtihad yang dilakukan LPCR, menggelar Expo Nasional Cabang dan Ranting. Expo tersebut, kata Jamaluddin, bertujuan agar Pimpinan Wilayah dan Daerah se-Indonesia bisa saling belajar untuk mengembangkan cabang-ranting.

“Setidaknya, kita dapat mendapatkan model ideal, bagaimana cabang dan ranting itu. Jadi bukan sekadar idealitas di atas kertas, tapi ada contoh nyata penerapannya.”

Berdasarkan hasil temuan lapangan LPCR dalam mengobservasi cabang dan ranting Muhammadiyah se-Indonesia, setidaknya ada enam “jurus” yang perlu diperkuat untuk membangun cabang dan ranting unggul.

Pertama, kata Jamaluddin, pembinaan jamaah. Pada aspek ini, terdapat beberapa indikator, yakni makmurnya masjid yang ditunjukkan dengan jumlah jamaah, kegiatan pembinaan, dan besarnya dana masjid yang bisa digalang untuk kepentingan umat.

“Cabang dan ranting unggulan memiliki pengajian rutin sepekan sekali, yang dikelola secara profesional. Oleh karena itu, perlu ada Korps Mubalig. Aktifnya Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah juga menjadi indikator,” tambah Jamaluddin, yang ditemui Khittah saat menghadiri Rapat Koordinasi Panitia Expo Nasional Cabang dan Ranting di Limbung, Kabupaten Gowa, beberapa waktu lalu.

Contoh PCM yang memiliki masjid yang makmur, smbungnya, yaitu PCM Banjarmasin 04 dengan Masjid Al-Jihad. “Di sana uang infaq setiap salat Jumat terkumpul 40-an juta Rupiah. Ada lagi PRM Pandes Plered Bantul dengan Masjid Baitul Jabbar, memiliki infaq bulanan lebih dari 300 juta rupiah.”

Jamaluddin juga mencontohkan model pengajian rutin Ahad pagi yang dapat dirujuk cabang lain. PCM Semin Gunung kidul punya tiga ribuan jamaah, PCM Ajibarang Banyumas empat ribu jamaah, PCM Blimbing Sukoharjo empat ribu jamaah, PCM Pekalongan Timur seribuan jamaah, PRM Pendowoharjo Barat Sewon Bantul, 700-1000 an jamaah.

Jurus kedua, sambung Jamaluddin, yaitu memperkuat aspek kepemimpinan, organisasi, dan manajemen. “Indikator aspek ini, adanya kepemimpinan kolektif kolegial, administrasi yang tertib, keuangan yang sehat dan berdaya, sistem dan kesejahteraan SDM-nya, program program terlaksana secara terukur dan terevaluasi, dan adanya pengembangan organisasi. l”

“PCM yang unggul di aspek ini, misalnya PCM cileungsi Bogor, PCM Sepanjang Sidoarjo Jawa Timur, PCM Babat Lamongan, PCM GKB Gresik Jatim, PCM Sukanjadi Bandung, PRM Gading Klaten, PRM Gunungpring,” kata Wakil Ketua LPCR PP Muhammadiyah ini.

Ketiga, cabang dan ranting unggul dapat dilihat dari aspek pemberdayaan ekonomi dan sosial keummatan. Indikatornya, kata Jamaluddin, memiliki sumber dana dari AUM maupun usaha ekonomi bisnis milik organisasi.

“Selain itu, Lazismu sukses, warga Muhammadiyah merasa diperhatikan, masyarakat merasakan manfaat dari keberadaan persyarikatan,” sambungnya.

Jamaluddin mencontohkan PRM Pujon Kidul Malang dengan desa wisatanya, PRM Sendang harjo dengan Toko Serba Ada dan budidaya kambing untuk 103 kepala keluarga. PCM Krembangan Surabaya dengan keberhasilannya dalam membangun perkampungan madani, yang semula adalah tempat lokalisasi.

Jurus keempat, yaitu mengembangkan AUM Unggulan. Indikatornya, cabang dan ranting memiliki AUM yang dipercaya masyarakat, memiliki AUM yang Kreatif, inovatif dan solutif bagi warga Muhammadiyah dan umat.

Jamaluddin mengemukakan keberhasilan PCM babat mengelola AUM berupa Perumahan Muhammadiyah “Islamic Residence” di Pucakwangi seluas 5,6 hektar. PRM Keji Muntilan memiliki AUM pabrik kayu lapis, PCM Gedebage Bandung memiliki AUM berupa pabrik Spidol White Board.

“PCM Kinali Sumbar memiliki AUM sarang burung walet, PRM Sendangharjo Brondong Lamongan memiliki Toko Serba ada, PRM Gunungpring Muntilan Magelang membeli dan memiliki 21 mobil baru untuk antar jemput siswa, PCM Sukajadi Bandung dengan Penginapan dan pusat kulinernya, PRM Gading Klaten dengan bisnis parkir, dan masih banyak contoh lainnya,” jelasnya.

Jurus kelima, lanjut Jamaluddin, yaitu mendorong kaderisasi dan partisipasi Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM). “Tolok ukur aspek ini adalah keaktifan AMM. Ada proses rekrutmen anggota Muhammadiyah, proses perkaderan yang sesuai sistem, kepengurusan cabang dan ranting yang didominasi pengurus berusia di bawah 40 tahun.”

Hal yang tak kalah pentingnya, jurus keenam, penguasaan media dakwah dan informasi. Aspek ini ditunjukan dengan kepemilikan media informasi yang mampu terbit atau siaran secara rutin dan berkesinambungan. Materi dakwah senantiasa terbarukan, memiliki perpustakaan dan gerakan literasi.

Teladan yang dapat diikuti jejaknya, kata Jamaluddin, misalnya PCM Banjarmasin 04, dengan Radio Suara Al Jihad FM, PRM Al Ummah Banjarmasin memiliki Al Ummah TV, PCM Kepil dan PCM Delanggu Klaten Jawa Tengah dengan radio komunitas, PCM Semin Gunung Kidul dengan dokumentasi Video pengajian Ahad pagi, yang sering disiarkan ulang oleh TVMU.

Berdasarkan gambaran tersebut, optimisme memperkuat cabang dan ranting perlu dibangun kembali. Meski gaung internasionalisasi Muhammadiyah kini menjadi prioritas gerakan, cabang dan ranting tak boleh dilupakan.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner UIAD

Leave a Reply