Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BeritaDaerah

Jalan Panjang Tantangan Dakwah Muhammadiyah Luwu

54
×

Jalan Panjang Tantangan Dakwah Muhammadiyah Luwu

Share this article
Example 468x60
Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Luwu, Buntoro Agam

KHITTAH.CO, Luwu- Muhammadiyah di tanah Luwu menghadapi tantangan tersendiri pasca pemekaran wilayah. Diketahui, dahulunya tanah Luwu hanya terdiri atas satu kabupaten. Kini, berubah menjadi empat.

Tim Khittah mengunjungi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Luwu, pada Kamis, 12 Januari 2023. Sekretaris PDM Luwu, Buntoro Agam menemui kami di Kompleks SD Muhammadiyah Lamasi.

Example 300x600

Kepada Khittah, Buntoro Agam memaparkan satu masalah, yaitu jarak. Pasalnya, pasca pemekaran, antara Lamasi dan ibu kota Kabupaten Luwu, Belopa, dipisahkan oleh Kota Palopo.

“Bayangkan, kami, pengurus PDM yang ada di Lamasi ini harus menempuh lebih 90 km, hampir 100 km untuk berkoordinasi langsung, menghadiri kegiatan atau rapat di Belopa,” ungkap Buntoro.

Atas masalah ini, Buntoro bahkan sempat berpikiran “unik”: Bagaimana kalau untuk Lamasi, kita buatkan PDM baru, yaitu PDM Luwu Tengah?

Ia mengungkapkan, saat ini, ada wacana terkait pembentukan Kabupaten Luwu Tengah. Karena itulah, dia berpikir, meski kabupaten Luwu Tengah itu belum resmi berdiri, PDM-nya bisa lebih dahulu.

Meski demikian, dia mengaku menyadari tembok tinggi yang menghadang, yaitu aturan organisasi. Aturan di Muhammadiyah, pimpinan daerah harus berbasis kota atau kabupaten.

Masalah lain yang dihadapi adalah minimnya kader. Kebanyakan kader hijrah ke tempat lain. Beruntung, masih ada Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) baru saja terbentuk.

Meski demikian, PDM Luwu tidak pasrah. Terlebih, tantangan lebih besar sedang meronrong untuk dihadapi, yaitu kristenisasi.

Tantangan Kristenisasi

Buntoro mengatakan, bahkan untuk wilayah Lamasi, dirinya memprediksi sudah 50% masyarakat yang terpapar kristenisasi.

“Pergerakan mereka kencang sekali. Ada yang pernah kami utus, kalau tidak kami ambil, pasti masuk Kristen. Bahkan, ini, para janda-janda saja, ada yang kemarin itu dinikahi supaya masuk kristen,” kata dia.

Kata dia, sebenarnya, tarik-menarik itu sudah ia hadapi sejak dirinya masih di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Hanya saja, kini, kristenisasi itu lebih masif. Terlebih pasca bencana banjir yang melanda Luwu.

“Ternyata, rumah yang ditumpangi itu adalah rumah misionaris. Jadi, yang tergerus rumahnya di pinggir sungai itu, kami selamatkan, kita belikan lahan. Begitulah, karena bantuan sosial para misionaris itu sangat kencang,” ungkap Buntoro.

Ia menambahkan, sekolah yang disediakan untuk misi kristenisasi itu juga gratis dan terbilang berkualitas. “Rata-rata orang dari luar yang diambil jadi guru. Makanya di Luwu itu, kristenisasi sudah 30%, kalau di Lamasi sudah 50%,” ungkap dia.

Minim Ulama dan Mubalig

Sayangnya, kata Buntoro, Luwu kekurangan sumber daya ulama dan mubalig. Meski demikian, pihaknya seringkali mendatangkan mubalig dan ulama dari Palopo, bahkan dari Makassar.

Pihaknya juga sudah mengutus sejumlah anak untuk mengikuti Program Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM). Hanya saja, kata dia, syarat untuk masuk PUTM itu seringkali tidak disanggupi oleh calon mahasiswa dari Luwu.

“Kami pernah mencoba mengutus ke sana dengan jalur khusus, tapi anaknya yang tidak tahan, dia mundur. Karena memang, dia itu merupakan kader khusus kami, dia muallaf. Kami memilih dia, karena memang keinginanannya untuk belajar itu tinggi, tapi akhirnya tidak selesai,” ungkap dia.

Karena itu, dirinya berharap, PUTM mengutus banyak mahasiswanya ke daerah Luwu, terlebih untuk Lamasi. Pasalnya, daerah ini terbilang rentan.

Sementara itu, kata dia, animo masyarakat Muslim Lamasi untuk belajar agama terbilang tinggi. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Lamasi merupakan yang paling aktif menggelar pengajian. Ini berlangsung sudah berpuluh tahun.

Bahkan, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Lamasi kini merupakan orang yang tertarik untuk bergabung Persyarikatan karena rutinnya pengajian di Lamasi.

Pengajian rutin juga digelar di rumah Ketua PCM Lamasi. Hadirin pengajian kebanyakan adalah warga sekitar, meski mereka tidak berafiliasi kepada Muhammadiyah.

Sekolah Muhammadiyah

Satu hal lagi yang patut disyukuri dari Muhammadiyah Lamasi adalah keberadaan SD Muhammadiyah Lamasi. Sekolah ini diminati oleh warga.

“Banyak yang bukan warga Muhammadiyah mulai tertarik dengan sekolah kita, karena sekolah kita ini ada plusnya, yaitu hafalan. Jadi, pengelola sekolah mencanangkan bahwa tamat SD, paling sedikit harus ada 1 juz dihafal,” ungkap Buntoro.

Bahkan, kini, program tersebut dinaikkan tingkatnya. Siswa kelas 3 diupayakan sudah menghafal 1 juz, dengan target, setamatnya SD, siswa tersebut sudah menghapal 2 juz.

Ia bersykur, karena kini, banyak putera Lamasi yang merupakan alumni program tahfiz dari luar. “Ada yang dari Makassar, ada yang dari Balebo. Kemudian, ada 1 orang dari Pendidikan Ulama Tarjih Muhamadiyah (PUTM). Alhamdulillah, kita berdayakan di sekolah ini. Dia punya wacana, ingin membuka pondok tahfiz di sini,” kata dia.

Angkatan Muda Muhammadiyah

Satu hal yang juga menjadi fokus Muhammadiyah Luwu adalah penguatan gerakan angkatan muda Muhammadiyah.

“Kita di sini, ortomnya, tinggal Nasyiatul ‘Aisyiyah yang belum ada. Sampai pasca pemekaran pun tidak ada, tapi alhamdulillah, sudah ada formaturnya, 9 orang. Kemarin kami rapatkan, salah satu calon formatur itu hadir. Insya Allah dalam waktu dekat ini dapat terbentuk. Mudah-mudahan bisa ikut Musywil Nasyiah. Saya kemarin kejar Muktamar, tapi ternyata tidak bisa,” ungkap Buntoro.

Dirinya bersyukur karena kini, Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah sudah terbentuk setelah 12 tahun vakum.

Demikian pula dengan Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Bahkan, baru-baru ini, IPM melaksanakan Musyawarah Daerah XVII, akhir Januari lalu. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah juga telah terbentuk.

Harapan Muhammadiyah Luwu

PDM Luwu berharap, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan lebih intensif lagi mengadakan pembinaan kepada PDM Luwu.

Ia meminta PWM Sulsel turun tangan lebih aktif memfasilitasi atau memediasi PDM Luwu, termasuk terkait alas hak aset-aset Persyarikatan.

Demikian pula terkait pemberdayaan masyarakat dan pengembangan cabang-ranting, seperti yang dilakukan di PCM/PRM di Jawa.

“Di Larompong yang kita ukur itu, ada lahan kita 3 hektar di lokasi itu. Kemudian, ada kebun juga itu seluas 2 hektar. Ada empang juga. Kita harapkan Majelis Pemberdayaan Masyarakat atau LPCR untuk turun membina kami terkait pemberdayaan lahan-lahan ini. Karena selama ini belum ada pembinaan langsung seperti itu,” tutup Buntoro.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

[metaslider id="39673"]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *