Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Manifesto Insan Cendekia Transformatif, IMM Gowa Egaliter-Partisipatori

99
×

Manifesto Insan Cendekia Transformatif, IMM Gowa Egaliter-Partisipatori

Share this article
Manifesto Insan Cendekia Transformatif, IMM Gowa Egaliter-Partisipatori
Example 468x60

KHITTAH.CO, Tapak tilas perjuangan Ikatan Mahasiwa Muhammadiyah (IMM) dalam lanskap ke-Indonesian tidak diragukan lagi komitmen dan kontribusinya membangun bangsa.

Heterogenitas problematika dan pergolakan menjadi sahabat karib dalam prosesi perjalanan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menuju pendewasaan organisasi.

Example 300x600

Kini, di usia yang cukup dewasa, kita mesti terus bertanya dan berpikir, kapal besar yang bernama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di mana dan kemana akan berlabuh?

Menurut analisis individual penulis, beberapa hal fundamental yang perlu diulas adalah kader IMM sebagai insan cendekia transformatif, agenda transformasi organisasi, dan transformasi kadernya.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai insan cendekia seperti yang dikontruksi secara teoritik oleh Abdul Halim Sani bahwa seorang cendekia merupakan penafsir jalan hidup.

Seorang cendekia merupakan insan paripurna yang datang dari masa depan untuk menafsirkan titik temu kalimatun sawa’ dan arah muara di mana gerakan tertuju.

Paradigma-futuristik menjadi condition sine qua non, “syarat mutlak” yang inheren dan terpatri dalam sukma insan cendekia.

Kesadaran yang melampaui mayoritas kesadaran kekinian sudah seharusnya menjadi desain paradigma kasadaran kader Ikatan dalam menatap masa depan.

Insan cendekia dengan sengenap kesadarannya dalam menatap masa depan diharapkan mampu mentransformasikan kontruksi idealitasnya ke kondisi aktual, “aktualisasi idealitas”.

Insan cendekia yang mampu melaksanakan agenda-agenda transformasi menurut hemat penulis itulah yang disebut sebagai akademisi cum aktivis, yang menjadi postur ideal masyarakat Ikatan.

Konsepsi kepemimpinan insan cendekia di tubuh Ikatan meniscayakan kepemimpinan egaliter-partisipatif.

Konsep kepemimpinan egaliter-partisipatif dapat diintrepetasikan secara kreatif sebagai gerakan kepemimpinan emansipatori.

Kepemimpinan emansipatori itu berupaya membukakan ruang-ruang aktualisasi selebar-lebarnya serta partisipasi-aktif pada setiap kader Ikatan.

Kepemimpinan egaliter-emansipatori meniscayakan keterbukaan kepemimpinan serta keterlibatan semua pihak tidak hanya unsur elite pimpinan Ikatan di segala sektor mutlak diperlukan didalam upaya mengkonstruksi serta mengkonsolidasikan agenda-agenda strategis Ikatan di masa depan.

Sehingga, kultur kepemimpinan Ikatan dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat Ikatan. Itu juga akan mempertegas bahwa Ikatan adalah milik semua bukan milik individu, suku, golongan serta unsur-unsur primordialitas lainnya.

Interpretasi aktual kebutuhan gerakan Ikatan di era kontemporer yang sesuai dengan napas dan spirit zaman, memerlukan kontemplasi intelektual dalam merancang bangunan perubahan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di abupaten Gowa.

Agenda transformasi organisasi dan kader Ikatan difokuskan pada 4 aspek, yaitu : intelektualisme, reformulasi kaderisasi, peran sosial-kebangsaan Ikatan, serta agenda diaspora organisasi dan kader IMM.

Intelektualisme

Harus kita akui dengan lapang dada bahwa narasi-narasi yang dibangun oleh kader Ikatan hanya sampai pada urgensi dan signifikansi denyut nadi intelektualisme di tubuh ikatan semata, tanpa tawaran bangun rancang keilmuan epistimologi keilmuan.

Intelektual profetik bagi penulis bukanlah epistimologi keilmuan ikatan melainkan hanya antitesis kesadaran yang diinisiasi oleh Paulo Freire.

Intelektual profetik dapat disimplikasikan sebagai seorang intelektual yang memiliki kesadaran profetik.

Epistemologi keilmuan “intelektual” yang menjadi tawaran sebagai epistemologi keilmuan Ikatan di masa kini, merupakan integralisasi keilmuan yang menggunakan pendekatan multidisiplin, interdisiplin, dan transdisiplin atau para akademisi menyebutnya sebagai manifesto Amin Abdullah.

Hal itu sangat memungkinkan, Ikatan dengan segala infrastuktur organisasinya, mampu mendesain akademisi Islam dengan perangkat keilmuan integratif yang berwawasan multidisiplin, interdisiplin, dan transdisiplin.

Reformulasi kaderisasi

Pengaderan merupakan sesuatu yang elementer di tubuh ikatan. Bahkan, abangda Najih Prasetyo memberikan metafor tentang pengaderan.

Ia mengungkapkan bahwa pengaderan ibarat tulang punggung IMM yang menjadikan Ikatan tetap eksis.

Karena pengaderan merupakan sesuatu yang esensial dalam tubuh ikatan, maka ruang-ruang kaderisasi perlu ditinjau ulang secara terus menerus. Kita tidak boleh menutup pintu ijtihad dan memfinalisasi ruang-ruang kaderisasi.

Pengaderan dan manusia merupakan dua unsur yang tidak bisa dinegasikan dan nafikan salah satu antar keduanya.

Pengaderan adalah ruang dan manusia yang mengisi ruang itu. Manusia adalah organisme yang berkembang atau dalam bahasa Heraklitos “panta rhei kai uden menei“, segala sesuatu berubah, tidak ada sesuatu yang statis semuanya dinamis.

Perubahan itu, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Karena itulah, ruang pengaderan harus bisa mengembangkan diri sesuai dengan kebutuhan manusia dan terbuka bagi setiap kemungkinan pembaharuan.

Pengaderan utama, khususnya pengaderan dasar, merupakan ruang yang hidup, ruang-ruang internalisasi ideologi yang berkembang sesuai dengan denyut nadi perkembangan manusia.

Ada kecenderungan memfinalisasi ruang-ruang kaderisasi, menjadikan ruang-ruang kaderisasi sebagai sesuatu yang melebihi kitab suci, sehingga kemungkinan untuk rekontekstualisasi pengaderan menjadi sesuatu yang terlarang.

Beberapa problematika di ruangan pengaderan dasar, materi ideologi terkhusus materi tentang wawasan dan orientasi gerakan IMM dan Muhammadiyah sangat minimalis dan tidak proporsional.

Jadi, sangat memungkinkan proses internalisasi ideologi tidak maksimal di ruang-ruang pengaderan dasar.

Pola-pola relasional antara instruktur dengan peserta pengaderan yang terkadang otoriter-irrasional juga sudah seharusnya pendekatan-pendekatan persuasif-rasional yang diterapkan dan tetap, sesuai dengan kondisi psikologis generasi Z.

Peran sosial-kebangsaan kader IMM

Ikatan sebagai organisasi pergerakan tentunya memiliki peran pressure kebijakan pemerintah /public policy yang tidak berpihak pada rakyat dengan merespons secara aktif-demonstratif, menyuarakan aspirasi masyarakat yang termarjinalkan, dan tetap berada pada garis perjuangan dalam menyuarakan kebenaran.

Tak ayal, kader Ikatan mesti melek politik, tidak sebaliknya menjadi manusia-manusia yang apolitik. Mayoritas kaum muda, khususnya yang bergelut di dunia aktivisme, mencurigai politik penuh dengan intrik, manuver, menghalalkan berbagai macam cara untuk mendapat kuasa.

Akibat stigmatisasi tersebut, banyak orang yang alergi dan apatis terhadap politik. Mempersepsikan politik secara parsial-subjektif tentu merupakan kekeliruan yang fatal.

Bukankah segala sesuatu yang menyangkut hajat beserta hayat orang banyak diselesaikan di dapur-dapur perpolitikan?

Sudah seharusnya Ikatan menjadikan inkubator insan politisi-intelektual, intelektual-politisi. Politisi yang intelektual dapat diterjemahkan sebagai insan politik yang memiliki visi jauh ke depan dan tetap menjunjung tinggi moralitas luhur pengetahuan.

Agenda Diaspora Organisasi dan Kader

Diaspora organisasi diterjemahkan secara kreatif sebagai langkah kolaboratif lintas lembaga yang ada pada tataran Kabupaten Gowa.Itu diupayakan oleh ikatan secara organisasional.

Transformasi kader diterjemahkan sebagai proses diaspora kader Ikatan ke berbagai sektor, baik itu politik, ekonomi, pendidikan dan berbagai sektor profesionalisme lainnya yang memungkinkan.

Agenda diaspora sebagai proses eksternalisasi gerakan-gerakan demonstratif Ikatan, dalam mendistribusikan kader-kader unggulan ikatan dapat dimaknai sebagai langkah hegemoni kepemimpinan Ikatan di Gowa.

Untuk menindaklanjuti desain diaspora, komisariat memiliki peran vital dalam menyiapkan insan-insan unggulan ikatan. Sementara itu, cabang dengan segala jejaringnya bertanggungjawab penuh mendistribusikan kader terbaik ikatan.

Ditulis oleh: Adam Fortuna Yusuf Ranterapa’
Kabid RPK PC IMM Gowa

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

[metaslider id="39673"]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *