Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Momentum Ramadan, Pemuda Muhammadiyah Wajo Gelar Dialog Refleksikan Persoalan Bangsa

×

Momentum Ramadan, Pemuda Muhammadiyah Wajo Gelar Dialog Refleksikan Persoalan Bangsa

Share this article

KHITTAH.CO, WAJO – Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PD PM) Kabupaten Wajo menggelar Dialog Kebangsaan, Kamis 7 April 2022. 

Dialog Kebangsaan yang mengusung tema “Merawat Kebangsaan dengan Keberkahan Ramadan” ini bertempat di Masjid Al Ikhlas Muhammadiyah Ranting Callaccu. 

Kegiatan Dialog Kebangsaan ini juga diikui sebanyak 80 orang peserta dari PD PM Kabupaten Wajo, warga, simpatisan Muhammadiyah, serta masyarakat setempat. 

Kepala Kesbangpol Wajo, Alamsyah, dalam pemaparannya memyampaikan bahwa kondisi kebangsaan kita saat sangat tidak menentu.

Diketahui, saat ini, Indonesia sedang menghadapi kondisi minyak goreng langka, bahan bakar minyak naik, wacana tiga periode terus bergulir.

Alamsyah menyampaikan, dari berbagai permasalahan tersebut, Gerakan Muhammadiyah menjadi penyeimbang dalam membangun bangsa. 

“Kita lihat pilar-pilarnya memberantas kemiskinan majelis dan lembaga Muhammadiyah kiprah dikabupaten Wajo ini, secara statistik data BPS kita telah berhasil mengurangi kemiskinan sangat signifikan. Tidak bisa dinafikan peran-peran Muhammadiyah disini dengan segala potensinya,” ungkapnya. 

Sementara itu, Ketua PD PM Kabupaten Wajo Sulaeman Nyampa mengungkapkan, dialog ini dilatarbelakangi oleh kajian PD PM Wajo atas kondisi bangsa ini.

“Kita hari ini lagi sakit, dibutuhkan cara untuk kembali sehat. Tentunya dengan membuka dialog, ini merupakan bentuk ikhtiar kita, selain untuk membuka wawasan keislaman dan kebangsaan,” ungkap dia.

Pria yang juga akrab disapa Daeng Nyampa ini juga menuturkan, dengan melihat dinamika kebangsaan tersebut, momentum Ramadan ini menjadi momentum untuk berbenah. 

Narasumber lainnya, Dr KH Mustari Bosra dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan menyampaikan bahwa umat Islam merupakan yang terbesar di Indonesia. Maka dari itu, jika terjadi perkembangan, tentunya akan membawa dampak positif bagi Bangsa Indonesia.

“Kita mesti menjaga integrasi ke-Indonesiaan dan ini menjadi tugas Muhammadiyah,” ungkap Mustari. 

Mustari Bosra yang juga merupakan Dosen Sejarah UNM tersebut mengingatkan kelompok minoritas tidak boleh dikucilkan. Piagam Madinah di Zaman Rasulullah menjadi contoh bahwa kita bisa bersatu dalam keberagaman.

“Muhammadiyah sendiri telah mengeluarkan putusan konsep kenegaraan Darul Ahdi wa Syahada sebagai Warga Negara Republik Indonesia,” tandas dia (rls/ Fikar).

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply