KHITTAH.CO, MAKASSAR – Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyoroti minimnya jumlah kader dai dan mubaligh di tingkat cabang dan ranting Muhammadiyah.
Dalam upaya menjawab tantangan tersebut, Sekretaris Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Dr Askuri, menekankan pentingnya melakukan revitalisasi kader mubaligh hingga ke level ranting.
Pernyataan ini disampaikan Askuri saat memberikan sambutan dalam acara Rihlah Dakwah, Refreshing Muballigh, dan Studi Kerja Manajemen Angkatan III Korps Muballigh Muhammadiyah Majelis Tabligh PP Muhammadiyah di Hotel Aryaduta Makassar, Jumat 30 Agustus 2024.
Acara ini berlangsung selama tiga hari dimulai 30 Agustus hingga 1 September 2024 dan
dibuka oleh Ketua PP Muhammadiyah, Dr. KH M Saad Ibrahim.
Askuri mengakui, kekurangan mubaligh khususnya di tingkat ranting sangat terasa terutama di bulan Ramadan. “Di masjid-masjid Muhammadiyah pada tingkat ranting, kita benar-benar merasakan kekurangan dai dan mubaligh, terutama saat Ramadan,” ujarnya.
Berdasarkan data Dewan Masjid Indonesia, terdapat sekitar 750 ribu masjid di seluruh Indonesia, meskipun data Kementerian Agama menyebutkan angka 540 ribu.
Dari jumlah tersebut, diperkirakan 13 persen atau sekitar 97 ribu adalah masjid Muhammadiyah. “Dari data ini, kita membutuhkan sekitar 19.500 mubaligh untuk memenuhi kebutuhan saat ini,” tambahnya.
Untuk mengatasi masalah ini, Majelis Tabligh PP Muhammadiyah secara periodik melakukan konsolidasi di 34 majelis tabligh tingkat wilayah. Namun, dari 34 majelis tersebut, hanya 37 persen yang dinilai aktif.
“Kami berharap, melalui konsolidasi ini, semangat majelis tabligh dapat kembali bangkit dan berperan lebih kuat dalam gerakan dakwah,” kata Askuri.
Di akhir sambutannya, Askuri mengucapkan terima kasih kepada Unismuh Makassar dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel atas dukungan dan kerjasama mereka, sehingga acara ini dapat berjalan dengan baik.
KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL
